Yang jelas, terlepas dari bagaimana sepak terjangnya, maka tak dipungkiri juga, ada sisi positif kepemimpinannya yang bisa jadi pelajaran berharga dalam rangka hikmah kepemimpinan.
Ya, tak lepas juga bagaimanakah kedepannya Rizieq bersama pengikutnya, apakah akan tetap berdiri di luar pemerintahan, sebagai fungsi kontrol pemerintahan bersama pengikutnya, ataukah justru kedepannya malah terjun ke kancah politik praktis, maka itu adalah terserah dari Rizieq.
Yang jelas, tidaklah sangat terlarang kalau Rizieq membawa pengikutnya tetap berdiri sebagai pihak yang dianggap berseberangan oleh suatu rezim.
Sebab, dinamika politik dan demokrasi Indonesia tentu akan selalu berwarna, ada yang berdiri di pemerintahan, ada yang berdiri di luar pemerintahan sebagai fungsi kontrol ataupun check and balance.
Kalaupun Rizieq dan pengikutnya tetap berdiri sebagai fungsi kontrol pemerintah, itu tetap bagus, dan bahkan sangat baik bagi sistem pemerintahan suatu negara.
Namun demikian, kalaupun Rizieq dan pengikutnya harus terjun ke kancah politik berebut kekuasaan, itu juga tidaklah sangat terlarang, malah jadi semakin ada warna dalam dinamika politik dan demokrasi.
Yang pasti, kalaupun Rizieq harus terjun ke kancah politik, maka tantangan terberat bagi Rizieq adalah mengatasi godaan gelimang kekuasaan, sehingga tergoda atau tidaknya, tinggal bagaimana Rizieq saja menyikapinya, sekali lagi itu kalau Rizieq terjun ke kancah politik praktis yang sarat dengan kepentingan-kepentingan.
***
Sejatinya, indahnya demokrasi dan indahnya dinamika politik yang sebenarnya di Indonesia itu, adalah demokrasi dan politik yang berjalan sesuai dengan koridornya yaitu berlandaskan pada demokrasi Pancasila, sehingga demokrasi yang berjalan adalah demokrasi yang bukan "democrazy", tapi demokrasi yang benar-benar demokratis.
Salam hangat.
Sigit Eka Pribadi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H