Seolah-olah mendengarkan, namun yang terjadi ternyata adalah, justru kita mengabaikan lawan bicara kita, masuk telinga kiri, keluar telinga kanan.
Dan kalaupun memberi respon hanya sekadarnya saja, karena mereka ataupun kita tetap fokus pada aktivitasnya tersebut.
Setelah meminta respon dari apa yang diutarakan, ternyata justru terbengong bengong dan bertanya balik bahkan gagal memahami mengenai apa yang tadi disampaikan.
Nah, sudah barang tentu hal ini pasti amatlah menjengkelkan, sudah panjang lebar berbicara tapi malah tidak disimak dengan serius, justru saat di tanya malah balik bertanya.
Pada umumnya salah satu yang menjadi penyebabnya dari apa yang penulis jabarkan tersebut adalah karena fenomena gawai yang tak bisa lepas dari genggaman.
Ya, disadari atau tidak disadari inilah perilaku yang sudah menggejala dalam kehidupan keseharian kita.
Ketika gawai sudah tak bisa lepas dari perhatian dan genggaman, maka hal untuk menghargai lawan bicara saat sedang bertutur dengan menyimaknya secara seksama seringkali menjadi tak digubris lagi.
Bahkan bila mencermati secara mendalam, dari berbagai pengalaman yang ada, maka penulis lebih banyak menemukan bahwa gawai lah yang memang lebih dominan menjadi tren dari penyebabnya.
Memang juga ada berbagai penyebab yang lainnya seperti, karena kurang konsentrasi, karena banyak pikiran, dan mungkin penyebab lainnya.
Namun dari sekian penyebab, memang kenyataannya, fenomena gawai yang tak bisa lepas dari genggaman adalah menjadi penyebab yang paling dominan.
Dengan adanya gawai keberadaan dan pertemuan fisik jadi terasa hambar. Tidak saling menatap wajah dan sibuk dengan layar gawai tak menyimak lawan bicara.