Lucu jadinya, kalau boleh diistilahkan sih, Jokowi sedang menyindir dengan keras para menterinya dengan cuplikan reff syair lagu dari kangen band, kamu dimana dengan siapa, sekarang berbuat apa, ya semoga saja kemarahan Jokowi tersebut tidak hanya sekedar berefek "panas-panas tahi ayam" belaka.
Memang benar, secara umumnya kondisi pandemi ini merupakan kondisi yang datangnya tiba-tiba, semua negara memang baru membangun standarisasinya masing-masing, bagaimana mengatasi pandemi korona ini, termasuk juga berbagai protokol pencegahannya.
Tapi setidaknya dalam menelurkan kebijakan terkait pandemi ini, seyogiayanya pemerintah dan seluruh perangkatnya tidaklah harus grasak grusuk, terburu-buru menelurkan kebijakan-kebijakan yang sifatnya baru dan insidentil terkait pandemi ini, termasuk juga dalam membangun koordinasi dan komunikasi yang efektif.
Dan yang jelas dalam hal ini keterlibatan seluruh pihak-pihak terkait haruslah totalitas, jangan ego sektoral, hanya satu dua pihak saja yang jumpalitan dan jungkir balik, serius menangani pandemi, tapi pihak terkait lainnya justru "tidur".
Jadi, berlatar dari semua ini, maka inilah juga seyogianya yang secara umumnya perlu jadi evaluasi yang konferehensif bagi pemerintah.
Sebaiknya sebelum mencanangkan berbagai hal insidentil terkait pandemi ini, sangat perlu digodok matang dahulu, dipersiapkan dan dimatangkan sesiap-siapnya, seluruh pihak terkait yang terlibat dituntut totalitas.
Seharusnya juga saat akan memulai masa PSBB transisi ataupun sewaktu akan mulai menguji coba new normal ini, perlu dipertimbangkan matang dahulu, maka yang perlu diintensifkan dan dimasifkan adalah sosialisasinya dahulu, jangan malah kebalikkannya, dicoba dulu baru disosialisasikan, masa tega sekali sih, keselematan nyawa masyarakat kok jadi bahan percobaan.
Dan akhirnya apa, sekalipun diksi new normal sudah diganti dengan adaptasi kebiasaan baru, tapi karena sudah terlanjur dilemparkan ke publik dan meski sudah mulai sering digembar gemborkan, tetap saja membuat kondisi menjadi di atas normal, sebagian masyarakat tetap menganggap semuanya sudah normal kembali.
Inilah yang jadi memprihatinkan dan sungguh sangat disayangkan, andaikata sosialisasinya dahulu yang dikedepankan dan tidak dulu melempar diksi new normal dan mendahulukan uji cobanya mungkin ceritanya bisa lain, tapi apa hendak dikata, nasi sudah jadi bubur, kondisi dilapangan sudah terlanjur jadi "diatas normal"
Yang jelas, kalau kedepannya secara nasional grafik konfirmasi positif korona tak kunjung melandai turun, cluster-cluster baru penularan dan zona merah semakin meluas, maka mau tidak mau, suka atau tidak suka, PSBB yang semula haruslah diberlakukan kembali, dan ini adalah amanah UUD 1945, merupakan tanggung jawab sepenuhnya pemerintah dan negara, untuk menyelamatkan jiwa raga rakyatnya.
Semoga bermanfaat.