Era adaptasi kebiasaan baru memang harus dijalani, dan memang juga inilah realita yang harus dihadapi meski masih ditengah pandemi.
Ya, unpredictable and unknow inilah faktanya, memang pandemi ini telah menimbulkan krisis multidimensi, mengacaukan, mengobrak-abrik rencana dan target serta segala sesuatunya yang telah disusun lama menjadi tidak bisa diprediksi dan tidak pasti.
The future is here, inilah kiranya yang bisa menjadi salah satu rancangan visi baru yang paling realistis untuk diadaptasikan oleh para pelaku usaha di era adaptasi kebiasaan baru ini, sehingga kesegeraan dalam menyesuaikan diri pada kondisi adaptasi kebiasaan baru ini memang juga mengharuskan kesegeraan beradaptasinya gaya hidup dan gaya kerja.
Bila berkaitan dengan gaya kerja, maka disini artinya optimisme yang kuat dalam menjalani era adaptasi kebiasaan baru juga merupakan senjata ampuh dalam rangka mengadaptasikan gaya kerja.
Optimisme sebagai power of now, sebagai arah dan fokus menjalani masa kekinian, tidak menyerahkan kendali pada kondisi unpredictable and unknow, sehingga dalam menghadapinya memang harus mampu mengendalikannya dengan mengoptimasi gaya kerja.
Lantas seperti apakah mengoptimasi gaya kerja di era adaptasi kebiasaan baru tersebut?
Ya, era adaptasi kebiasaan baru gaya kerja dalam dunia pekerjaaan menuntut orang-orang yang bisa bertahan atau yang dipertahankan dalam lingkungan pekerjaannya di kantor untuk mengoptimasi diri.
Dimana artinya three soft skills atau tiga kompetensi dasar dalam bekerja yaitu knowledge (pengetahuan), skill (keterampilan), dan attitude (sikap) harus dioptimasi menyesuaikan dengan kondisi era adaptasi kebiasaan baru.
Sedikit menerangkan, sebagai founder sebuah perusahaan yang bergerak di bidang penyiaran radio, maka penulis sudah mulai menerapkan rancangan visi baru ini kepada para karyawan.
Dan artinya dalam hal ini setelah penulis menjabarkan rancangan visi baru ini kepada para karyawan, maka selanjutnya para karyawan juga harus mampu mengadaptasikannya dengan mengoptimasi gaya kerja sesuai bidang pekerjaan masing-masing dalam lingkup perusahaan penulis.
Sehingga disini penulis menegaskan kepada para karyawan, siapa yang nantinya tidak mampu ataupun tidak setuju untuk beradaptasi dengan rancangan visi baru yang penulis terapkan dengan cara mengoptimasi diri ini, maka penulis mempersilahkan untuk mengajukan resign atau mengundurkan diri.
Sebenarnya ini bukanlah ancaman, tapi sebagai ultimatum untuk memotivasi dan mengingatkan, bahwa kondisi era adaptasi kebiasaan baru ini tetap harus optimis dan optimal berpacu diantara kondisi unpredictable dan uknown.
Dan penulis rasa, sepertinya juga rancangan-rancangan visi baru di era adaptasi baru ini, kurang lebihnya akan sama diberlakukan oleh para pelaku usaha lainnya sesuai bidang bisnisnya masing-masing.
Oleh karenanya melalui artikel ini penulis ingin berbagi tips kepada para karyawan, bagaimana standarisasi optimasi adaptasi gaya kerja baru tersebut, seperti berikut ini;
1. Karyawan harus bisa bertransisi dan bertransformasi untuk memvirtualisasi diri (Self Virtualization).
Re-design diri kalian, buatlah diri kalian virtual ataupun digital artinya dengan memedomani setiap perkembangan baru yang aktual di era adaptasi kebiasaan baru ini, yang mulai beradaptasi secara virtual, maka para karyawan juga harus mampu mendesain diri, memvirtualisasi diri, memvisualisasi diri, dan mengaktualisasikan diri dengan era adaptasi kebiasaan baru.
Sehingga dua kompetensi dari tiga kompetensi dasar yang penulis jabarkan sebelumnya yaitu pengetahuan dan keterampilan para karyawan tentunya akan dioptimasi oleh kantor ataupun para founder pelaku usaha.
Karena yang jelas juga disini, dengan mencermati setiap perkembangan yang terjadi di era adaptasi kebiasaan baru, maka para pelaku usaha ataupun kantor, pasti juga akan meningkatkan dua kompetensi dasar para karyawannya ini dengan training tambahan yang ada kaitannya dengan virtual dan digital, termasuk berbagai peluang bisnis yang ada didalamnya, sekaligus juga meng-engagetement karyawan agar bisa saling memberi feed back yang solutif dan positif.
Nah, pastinya setelah progress ini dilakukan oleh kantor, maka para karyawan harus sudah siap battle dan diharapkan mampu mengotimalkan diri, bahkan mampu mengembangkan optimasi tersebut secara proaktif, atau tidak statis hanya berdasar optimasi dari kantor saja, tapi harus meningkatkannya lagi dengan semakin mengasahnya, agar lebih optimal dalam battle di era adaptasi kebiasaan baru tersebut.
Maka perlu proaktif mengoptimasi diri secara mandiri guna mem-back up kompetensi diri seperti, mengoptimasi negotiation skill, presentation skill, listening skill, writting skill, dan skill lainnya hingga mengoptimasi knowledging untuk memperkaya wawasan bagi kedepannya di era adaptasi kebiasaan baru.
2. Karyawan harus bisa solutif, fleksibel dan mengelastiskan diri dalam bekerja (Solution, Flexible and Elastic to Operating Program).
Ya, maksudnya disinilah bagaimana karyawan juga memiliki kompetensi sikap atau attitude yang semakin solutif, yaitu mampu memberi sumbangsih solusi, ide, saran, dan masukan untuk perkembangan inovasi dan kreatifitas kedepan bagi kemajuan diri dan kantor untuk selalu siap battle di era adaptasi kebiasaan baru ini.
Disamping itu juga bisa memfleksibelkan dan mengelastiskan attitude nya dalam setiap program kerja ataupun program kerja baru yang disesuaikan dengan kondisi era adaptasi kebiasaan baru.
Sehingga disini, dibutuhkan karyawan yang benar-benar memiliki rasa memiliki yang tinggi atas job desk-nya dan memahami seberapa penting perannya bagi eksistensi kantor di era adaptasi kebiasaan baru.
3. Karyawan harus menjadi penjaga ataupun pengawal keberlangsungan eksistensi kantor (Guard and Avenge).
Karyawan adalah aset dan ujung tombak yang berharga bagi perusahaan ataupun kantor, dan pastinya para karyawan akan sangat mengetahui bagaimana seluk beluknya ataupun mungkin kondisi dapur perusahaan.
Sehingga disinilah kiranya para karyawan bisa menjadi para penjaga, para pejuang yang selalu siap battle, turut andil berjuang bersama melanggengkan eksistensi perusahaan.
Sukses dan tidaknya, bertahan dan tidaknya eksitensi perusahaan, akan beriringan juga bagaimana nasib para karyawan kedepanya.
Oleh karenanya disinilah kiranya, bagaimana karyawan bisa mengejawantahkan dirinya menjadi para penjaga dan para pejuang tangguh bagi keberlangsungan hidup perusahaan kedepannya di era adaptasi kebiasaan baru.
-----
Inilah kiranya beberapa tips, tentang bagaimana para karyawan ataupun para pekerja dalam rangka mengoptimasi gaya kerja dalam rangka beradaptasi dengan era adaptasi kebiasaan baru ini.
Dan apa yang menjadi rancangan visi baru dalam hal optimasi gaya kerja ini merupakan rancangan baru yang tercipta dari pemikiran penulis yang sudah penulis terapkan atau masih baru berjalan di lingkungan kerja penulis.
Oleh karenanya, dengan tidak mengurangi rasa hormat, semoga artikel ini bisa menjadi tambahan saran yang bermanfaat.
Salam hangat.
Sigit Eka Pribadi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H