Nah, agar para bawahan kamu bisa selalu bertindak dan bersikap loyal terhadap kepemimpinan kamu, maka buatlah suasana dalam team work kamu familiar layaknya tidak ada jurang pemisah antara kamu sebagai atasan dan mereka sebagai bawahan, sekali lagi ingat "layaknya".
Lalu familiar yang seperti apa?
Nah, upayakan kamu bisa memanggil bawahan kamu atau juga bawahan kamu yang usianya di atas kamu dengan tata bahasa pergaulan atau panggilan yang santun seperti bang, mbak, mas, bu, atau pak.
Pokoknya jangan sampai bertindak memperlakukan yang merendahkan mereka, tapi rendah hati dan upayakan selalu menggunakan modulasi suara yang santun dan lembut kepada mereka.
Loh bukannya kalau begini malah kelihatannya jadi kurang berwibawa?
Oh tentu bukan begitu, justru kalau kamu selalu bertindak familiar kepada mereka, itu artinya kamu menghormati dan menghargai mereka meskipun mereka adalah bawahan kamu.
Mereka justru akan menjadi sungkan dan lebih hormat kepada kamu, sehingga membuat mereka jadi ewuh pakewuh dan jadi nggak enak hati, kalau mereka mau bertindak tidak loyal kepada kamu.
Di sinilah sebenarnya wibawa kamu sebagai atasan itu sejatinya terwujud, meski kamu adalah atasan mereka tapi kamu tidak serta merta bertindak semena-mena memperlakukan mereka sebagai bawahan.
Yang kedua adalah mengimprovisasi ketegasan dengan penegasan yang santun dan bijaksana.
Tegas dalam memimpin sangat berdampak pada kewibawaan, performa, dan pengaruh kamu sebagai atasan.
Terkadang tegas bila kurang bijak menerapkannya justru bisa berbuah jadi otoriter, di sinilah yang akhirnya membuat bawahan jadi merasa tidak di orangkan.