Harga mahal yang memang harus ditanggung pemerintah, alih-alih bisa menutupi defisit pendapatan negara yang terbebani tombokan Rp. 307,2 Triliun, karena justru pemerintah harus nombok lagi untuk menambah pembiayaan belanja negara sebesar Rp. 545,7 Triliun.
Ternyata juga jurus stimulus yang akan digelontorkan jor-joran dalam rangka menghadapi pandemi justru semakin membuat defisit APBN pada pos pendapatan, karena semakin terbebani lagi hingga Rp. 852,9 Triliun.
Artinya dalam hal ini dengan semakin meningkatnya pagu pembiayaan belanja negara hingga Rp. 852,9 Triliun, maka pemerintah harus segera mencari cara demi menjaga stabilitas keuangan, ekonomi negara dan APBN, sehingga pemerintah langsung mengeluarkan jurus APBN Perubahan.
Sehingga APBN awal setelah APBN-P adalah sebagai berikut;
Target Pendapatan Rp. 2.613,8 Triliun.
Pagu Belanja Rp. 2.613,8 Triliun.
Maka dapat dilihat sebagai berikut;
Pendapatan negara sampai sekarang adalah Rp.1.760,9 Triliun, maka sesuai jurus APBN-P beban target pendapatan negara bertambah untuk menutupi tombokan Rp. 852,9 Triliun.
Maka pos pendapatan APBN yang semula hanya ditargetkan Rp. 2.233,2 triliun, semakin terbebani untuk mencapai target pendapatan yang semakin berat karena naik hingga Rp. 2.613,8 Triliun.
Belanja sampai saat ini Rp. 1.760,9 triliun. Sesuai APBN-P, pagu belanja negara rencananya akan dinaikan pembiayaannya sampai Rp.852,9 Triliun, termasuk didalamnya paket tambahan stimulus, baik itu pembiayaan utang dan non utang, hingga THR dan Gaji 13, sehingga total pagu Belanja APBN naik menjadi Rp. 2.613,8 Triliun.
Ternyata, paket stimulus sebesar Rp. 405,1 triliun yang digelontorkan tersebut, ujung-ujungnya juga tombokan yang turut jadi biang keladi makin defisitnya pendapatan.
Pemerintah tak kehabisan akal, segera pasang kuda-kuda, dan menyiapkan jurus baru untuk menstabilkan APBN dan menutupi tombokan yang jumlahnya hingga Rp 852,9 Triliun tersebut.
Jurus baru tersebut antara lain;
Penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) tambahan senilai Rp.160,2 Triliun, sementara target yang direncanakan sebelumnya adalah Rp. 389,3 Triliun, artinya target pendapatan SBN terbebani lagi hingga Rp. 549,5 Triliun.