Ternyata apa yang diprediksikan politisi kondang, vokal dan kritis Amien Rais sekarang ini semakin nampak nyata, minimnya eksistensi oposisi terhadap pemerintah menjadi bumerang.
Karena faktanya pemerintah saat ini terkesan mulai agak sedikit semakin kontroversi dalam menelurkan aturan dan kebijakan, baik aturan dan kebijakan populis maupun non populis.
Aturan dan kebijakan tersebut ternyata lebih banyak memberikan tekanan tekanan kepada masyarakat, padahal masyarakat sudah semakin berat dengan beban hidup.
Lihat saja, kebijakan reformasi birokrasi yang lebih banyak menguntungkan investor tapi kurang memberi manfaat bagi masyarakat, kebijakan kenaikan berbagai tarif layanan publik tapi kurang peningkatan mutu dan layanan yang signifikan, dan yang paling memperparah adalah yaitu munculnya mahkluk yang bernama Omnimbus Law, belum lagi soal rancangan kebijakan lainnya.
Ditambah lagi dengan berbagai persoalan lainnya seperti BUMN dengan bergunung gunung ketidakberesannya, kasus korupsi yang semakin menggila, bahkan penanganannya semakin berbelit dan masih banyak kasus korupsi yang mangkrak, KPK yang diharapkan semakin bertaji justru menemukan titik terburuknya, ditinggalkan oleh masyarakat karena sekarang dengan berlakunya UU KPK yang baru, maka KPK sekarang hanya jadi sekedar lembaga penghias belaka yang kini perlahan telah mati dengan sendirinya, belum lagi menyangkut berbagai aturan dan kebijakan lainnya.
Hukum yang diharapkan dapat mengontrol dan membatasi ranah kuasa justru semakin mengarah terbalik, kekuasaan semakin mengangkangi hukum karena ada ulah oknum pemangku kepentingan belaka.
Lalu, DPR yang diharapkan dapat mewakili rakyat untuk memperjuangkan suara dan aspirasi rakyat, justru semakin jauh panggang daripada api, sebagian besar para legislatornya justru semakin mesra bermain dengan kekuasaan pemerintah demi melanggengkan kekuasaan dan hanya sedikit sekali legislator yang masih memikirkan kemashlatan masyarakat.
Dan dapat di simpulkan kesemuannya ini ternyata lebih banyak menghasilkan ketidakberpihakan pemerintah kepada masyarakat. Justru kondisi masyarakat semakin tertekan bahkan masyarakat semakin dibuat bingung dengan pemerintah saat ini.
Jadi apa yang dikritisi oleh politisi Amien Rais bahwa negara tanpa eksistensi oposisi itu bisa terjadi kerawanan pemerintah lepas kontrol dan semakin menjurus ke arah kekuasaan otoriter adalah benar adanya.
Buktinya, yah sekarang inilah bisa kita lihat, bagaimana bibit bibit potensi itu mulai terasa, pemerintah saat ini terkesan semakin menjadikan masyarakat sebagai obyek kuasa semata, terlalu munafik kalau kita saat ini menafikan kondisi yang memprihatinkan saat ini.
Dimanakah para oposisi kita dimana para negarawan kita, dimanakah mahasiswa, mana ormas, mana LSM, masa sih tidak ada gerakan greget sama sekali untuk mengontrol dan mengkritisi pemerintah?
Ini sangat memprihatinkan, ironi dan miris sekali rasanya, jauh berberda sekali rasanya ketika dulu rezim Soeharto tumbang, rezim Megawati berkuasa, rezim SBY berkuasa banyak sekali yang vokal mengkritisi pemerintah.
Saat itu masih banyak para aktivis aktivis yang kritis terhadap pemerintah, tapi sekarang ini jadi mengherankan dimana mereka semua, masa sih hanya sembunyi saja, tidak ada gregetnya sama sekali.
Kalau banyak yang hanya diam saja, dan hanya segelintir orang yang bergerak dan berjuang untuk kontrol pemerintah dimana kekuatannya.
Kekuatan untuk fungsi kontrol pemerintah sejatinya bukan hanya oposisi saja, atau milik segelintir orang saja, tapi seluruh elemen bangsa ini patut turut serta menjadi fungsi kontrol pemerintah termasuk juga media.
Memang media saat ini sebagian besarnya masih konsisten menjadi pilar ke empat bangsa untuk fungsi kontrol pemerintah, tapi juga perlu didukung elemen bangsa yang lainnya.
Untuk sementara ini sosok kontroversi seperti Amien Rais yang berani, keras, kritis, namun visioner masih langka sekali adanya di negeri ini.
Memang masih ada sosok sosok seperti Rocky Gerung, Sujiwo Tejo dan beberapa lainnya yang masih kritis terhadap pemerintah, tapi mana yang lainnya.
Menjadi oposisi bukanlah berarti makar terhadap pemerintah, tapi sebagai fungsi kontrol agar pemerintah selalu memiliki batasan batasan fundamental dan integritas yang bijak dalam menjalankan pemerintahan dan kekuasaan.
Namun sayangnya, sekarang ini aktivis aktivis yang kritis terhadap pemerintah semakin menghilang, sembunyi dan langka, menyedihkan sekali rasanya.
Kondisi ini sebenarnya tidak elok terjadi, jangan hanya dibiarkan dan didiamkan saja, para aktivis yang vokal mengkritisi pemerintah harus bangkit dan bertumbuhan kembali memperjuangkan kepentingan masyarakat banyak.
Masyarakat sudah terlalu penuh dengan beban yang berat untuk sekedar mencari sesuap nasi dan memenuhi kebutuhan periuk dan dapur keluarga, tapi tekanan pemerintah semakin dirasa menambah berat beban hidup masyarakat, bagaimana ceritanya masyarakat bisa sejahtera kalau kondisinya semakin tertekan seperti ini.
Masyarakat hanya berharap muncul sosok sosok pemberani, para aktivis yang konstan dan konsisten berjuang demi kepentingan dan kemashlatan masyarakat.
Tapi entahlah, sekarang ini, semuanya itu tinggal bagaimana kesadaran bersama tersebut timbul dari hati dan nurani saja.
Catatan wong cilik.
Semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H