"Boleh dong Zaidan, papah pasti bolehin dong, mamah bener tuh, dikampung eyang memang baik baik temennya, papah juga gak jahat kok, temen temen sekolah Zaidan aja yang gak tau, kan papah disini juga sekolah, cuma sekolahannya papah lama, gak sama kayak sekolahannya Zaidan, soalnya papah gak boleh pulang dulu kalo belum belum selesai belajarnya".
"Ooohh, gitu kah pah, jadi papah ini sekarang lagi sekolah, jadi memang salah dong temen Zaidan itu, dasar juga gak tau main olokin Zaidan ajah, tapi pah sekolahannya papah bener bener gak bolehin papah pulang gitu biar sebentaaaar ajah pah."
"Zaidan mesti sabar nunggu papah selesai sekolah dong, papah janji sama Zaidan kalo papah sudah selesai sekolahnya, papah janji gak akan ninggalin Zaidan sama mamah lagi kayak sekarang, tapi Zaidan juga harus janji, sabar nungguin papah, setuju".
"Setuju paahh, kalo gitu yuk bikin janji, sini mah pah jari kelingking mamah sama papah.
Tiga jari kelingking tangan kanan kami saling berkait mengukir janji yang diprakarsai oleh Zaidan.
Sesaat sebelum suamiku kembali ke ruang tahanannya, kami sempatkan ngobrol sebentar, sengaja kami berucap dengan agak berbisik dengan tujuan agar Zaidan tidak mendengar apa yang kami bicarakan.
"Mas, cobaan ini akan kami jalani dengan tabah, tapi kamu juga harus kuat mas, semua ini ada hikmahnya mas, aku tau kamu pasti sangat menyesal mas, aku tak akan pernah marah padamu, aku yakin semua ini akan menjadikan pelajaran yang berharga bagi keluarga kita mas, Tuhan masih sayang dengan kita mas, aku dan Zaidan mungkin akan jadi jarang menjengukmu, ini demi kebaikan Zaidan juga, aku tak ingin dengan semakin bertambah matang pikiran Zaidan maka semakin tau juga dia tentang papahnya, belum waktunya dia tau apa yang menimpa papahnya".
"Iya dek, aku janji, demi Tuhan aku tak akan lagi berbuat seperti ini lagi, maafkan aku ya dek, kamu dan Zaidan harus menderita akibat perbuatanku ini. Nanti setelah aku bebas, kita buka lagi lembaran baru yang indah, sampai tiba waktunya kita bisa berkumpul kembali".
-----
Hari, bulan dan tahun dengan berbagai kisah suka dan dukanya, mengiringi realita perjalanan hidup keluarga kami. Zaidan semakin besar dan sudah semakin matang berpikir.
Hari ini tepat tiga tahun sudah waktu penantian kami berdua, untuk kembali berkumpul bersama setelah sekian lamanya berpisah. Keceriaan nampak di wajah Zaidan, ditemani kedua eyang kungnya Zaidan semangat menjemput papanya yang sudah selesai menjalani masa hukuman atau bagi Zaidan papanya sudah selesai sekolah.