"Zaidan, papah itu gak jahat, papah yang lagi dijahatin orang, papah itu orang baik Zaidan, jadi Zaidan jangan sedih, Zaidan harus kuat, kalau temennya Zaidan ntar terus begitu, gak usah didengerin yah, diemin ajah gak usah ditanggapin".
Sebenarnya jawaban ku ini hanya sekedar membesarkan hati Zaidan saja, karena aku tau, besok, ataupun lusa dan hari hari berikutnya Zaidan pasti akan terus menghadapi bullyan teman temannya disekolah dan dilingkungan rumah. Zaidan pasti masih belum puas dengan jawabanku ini, tapi hanya itu jawaban yang bisa menguatkan Zaidan.
"Tapi mah, kalau temen temen Zaidan terus terusan begitu, lama lama Zaidan gak tahan mah, kalau nanti temen temen terus ngomongin papah Zaidan orang jahat".
Benarkan perkiraanku, Zaidan pasti akan menanyakan itu, semakin miris rasanya hati ini, betapa dilema ini terjadi diantara cobaan keluargaku ini, tapi aku harus kuat, apapun yang terjadi, masa depan Zaidan harus ku selamatkan.
"Zaidan sabar dulu yah, ntar kita jenguk papah dulu, kita ngomong sama papah dulu. Nah sekarang mamah tanya ke Zaidan dulu, kalau Zaidan sekolahnya pindah di kampungnya eyang kira kira Zaidan mau nggak, ditempat eyang anaknya baik baik loh."
"Mmm,,,mmm,,,tapi beneran kan mah di tempat eyang, temen temennya pada baik baik kan mah, ndak kayak disekolah Zaidan yang sekarang kan mah".
"Iya Zaidan, mamah janji sama Zaidan".
"Tapi tanya papah dulu yah mah, kalau papah bolehin, Zaidan mau aja mah".
Pilu rasanya, tapi cobaan ini memang harus aku hadapi, aku tak bisa lari dari realita ini, aku harus menyelamatkan masa depan Zaidan, aku tak ingin mental dan jiwanya rusak.
-----
Hari ini begitu cerah, ku lihat banyak kupu kupu bercumbu mesra dengan aneka bunga bunga ditaman rumahku, yang perlahan memekar menyambut mentari pagi dengan senyuman.