Mohon tunggu...
Sigit Eka Pribadi
Sigit Eka Pribadi Mohon Tunggu... Administrasi - #Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#

#Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#Menulis sesuai suara hati#Kebebasan berpendapat dijamin Konstitusi#

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menyoal Fenomena Terbentuknya Disparitas Kelompok

4 Januari 2020   19:59 Diperbarui: 4 Januari 2020   20:42 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Mengamati perkembangan sosial masyarakat Indonesia, baik hubungannya di media sosial maupun dalam hubungan nyata di dalam masyarakat.

Semakin tmpak ada tren kecenderungan untuk saling membela dalam satu kelompok dengan kelompok yang lain. Sehingga mempelopori terbaginya strata kelompok kelompok diantara masyarakat seperti kelompok minoritas dan kelompok mayoritas, yang meliputi golongan, agama, ras, hingga kesukuan.

Berbagai latar belakang alasan untuk saling membela, seperti karena alasan merasa lebih unggul, hingga perilaku saling membuli, menista, dan membenci kerap kali terjadi didalam masyarakat.

Pada akhirnya, kondisi ini semakin menimbulkan disparitas atau terpolarisasi dan terkotak kotaknya masyarakat sehingga terbentuklah kubu kubuan atau kelompok yang berseberangan, dan justru semakin berdampak menjadi jurang pemisah atau adanya efek saling menjaga jarak diantara kelompok masing masing.

Lantas sebenarnya bagaimana porsi pembelaan atau keberpihakan diantara minoritas dan mayoritas?

Tentu saja kelompok minoritas wajib di bela bila dalam posisi yang benar. Sebaliknya mayoritas juga boleh dikritisi, atau dikecam apabila memang dalam posisi yang salah.


Namun yang sering berkembang saat ini alasan pembelaan tidak lagi atas suatu asas nilai kebenaran, akan tetapi lebih pada keberpihakan antar kelompok, acap kali yang terjadi ketika pada realitanya posisi minoritas walau sebenarnya pada posisi yang salah tetap saja akan dibela mati-matian.

Misalnya saja dalam hal ujaran kebencian dan penistaan, kebencian dan menista adalah sesuatu perilaku yang mempunyai ukuran universal.

Satu orang saja dalam kelompok tersebut membenci sesuatu, maka rasa benci dapat dirasakan pula oleh orang lain dalam kelompok, bahkan menjadi terakumulasi menjadi bentuk penistaan, walaupun sebenarnya sama sekali tidak ada keterkaitan.


Membela disebabkan karena kesamaan dan kepentingan kelompok sejatinya merupakan tindakan mendegradasi diri sendiri, apalagi bila yang dibela ternyata berada pada posisi yang salah.

Contoh lainnya lagi seperti pembelaan mati matian yang disebabkan karenanya adanya disparitas diantara kelompok posisi pihak pendukung pemerintahan dan kelompok oposisi pihak pemerintahan.

Atau dengan kata lain dua kelompok masyarakat ini terbentuk atas masyarakat simpatisan kelompok yang menang dan yang paling banyak berkuasa di pemerintahan dan masyarakat simpatisan kelompok yang kalah.

Ini terjadi karena posisi pemerintah acap kali selalu ditempatkan pada posisi yang tidak mungkin salah, walau sebenarnya pemerintah diisi oleh orang orang yang juga terkadang bisa salah dalam membuat keputusan dan kebijakan.

Lantas sekarang bagaimana sebenarnya pembelaan karena nilai kebenaran itu?

Pada dasarnya setiap orang harus dapat berposisi netral terlebih dahulu, melepaskan keterpihakan dan mencari informasi sebanyak mungkin apakah keputusan melakukan pembelaan itu sudah tepat ataukah tidak.

Karena biasanya keberpihakan itu akan membuat seseorang cenderung mencari informasi sepihak pada kelompoknya saja, ini karena kepentingannya sama.

Maka kebenaran hanya menjadi mutlak milik kelompoknya saja, sehingga yang terjadi malah keberpihakan pembelaan justru telah menabrak nilai-nilai kebenaran.

Sejatinya, keberpihakan adalah sesuatu yang sangat penting namun bukan berarti keberpihakan itu berlaku atas dasar minoritas atau mayoritas tanpa menempatkan porsinya, hubungan antara mayoritas dan minoritas itu, akan selalu terjaga apabila sesuatu didudukkan pada porsi yang bijaksana dan tepat.

Pembelaan atau keberpihakan pada porsi yang tidak tepat justru malah semakin menyuburkan bibit-bibit perpecahan dan permusuhan yang lebih besar. Ibarat katanya, bagaikan semakin menyiram air cuka diantara luka.

Pembelaan terhadap minoritas memanglah sebagai bentuk perlindungan, namun bila pembelaan malah berujung pada ujaran kebencian dan penistaan, sepatutnya tidak perlu dibela tapi diserahkan ke pihak yang berwenang.

Kebenaran, keberpihakan, ataupun pembelaan bukan ditentukan karena minoritas atau mayoritas atau karena banyak atau sedikitnya kelompok, karena kebenaran sejati itu di ungkapkan dengan kepekaan rasa yang dalam  berdasar hati nurani.

Semoga bermanfaat.

Sigit Eka Pribadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun