Justru Rocky Gerung menunjukan sejatinya kapasitas dirinya sendiri pada publik, ukuran dia itu siapa jelaslah sudah hanya segitu saja otak dan pemikirannya.
Apa mungkin Rocky Gerung terlalu pintar atau malah tak pernah belajar sejarah dan amnesia karena lupa pada sejarah panjang perjuangan para Founding Father negeri ini, bagaimana mereka merumuskan Pancasila sebagai sebuah entitas yang menjadi dasar negara, yang tak sekadar simbolik, tapi esensial.
Bayangkan saja kalau Pancasila ini tak pernah dirumuskan oleh para Founding Father bangsa ini, mungkin akan banyak ideologi yang bertebaran di negeri ini.
Lalu mau jadi apa Indonesia kalau sudah begitu, apa mau seperti Uni Soviet atau Yugoslavia, yang akhirnya pecah juga berkeping-keping jadi berbagian-bagian. Pancasila itu sudah harga mati, tidak bisa diutak-utik lagi.
Inilah mengapa Rocky Gerung sudah patut dikatakan keblinger dengan apa yang sudah dilakukannya selama ini.
Yang menjadi lebih ironi lagi, ternyata Rocky Gerung masih hanya salah satu tokoh keblinger diantara tokoh publik lainnya yang keblinger.
Kalau melihat perkembangannya sampai saat ini, ternyata masih banyak tokoh-tokoh publik lainnya yang keblinger di negeri ini, mengaku politikus tapi tidak negarawan.
Politik hanya jadi hegemoni semata, kekuasaan hanya jadi libido yang harus dituruti dan diwujudkan dengan berbagai cara. Lihat saja, rakyat terkesan hanya dijadikan obyek politik semata.
Politik bermuka dua, politik dua kaki, politik kutu loncat yang menampilkan drama-drama politik yang kurang edukatif bagi rakyat.
Inilah yang jadi begitu memprihatinkan, mengapa begitu banyak para tokoh publik yang keblinger dinegeri ini.
Maka berlatar dari secara umumnya kondisi negeri ini yang diharapkan adalah, hadirnya para negarawan sejati, sejarawan sejati, Â begawan rakyat yang sejati, Filsuf yang sejati, yang benar-benar tulus berdiri dibelakang kepentingan bangsa dan negara.