Dinamisnya perkembangan zaman yang semakin modern, ternyata malah membuat sebagian para cerdik pandai, tokoh-tokoh publik, tokoh-tokoh pejabat Publik, tokoh-tokoh elit politik malah makin banyak yang keblinger.
Pendidikan makin tinggi bukannya makin merunduk, malah makin jumawa dan cenderung beridiom sempit dan naif.
Orang-orang yang ditokohkan dalam strata masyarakat malah makin banyak yang terkesan makin jauh dari ide rasional dan terkesan menyesatkan dengan statemen, retorika dan propagandanya. Padahal jelas sekali, orang yang ditokohkan itu mestinya orang terpelajar, arif dan bijaksana.
Orang keblinger, sungguh pantas diingatkan, karena merasa paling benar sendiri, sesuai pendapat pribadinya sendiri.
Tokoh publik, pejabat publik, tokoh elit politik dengan begitu mudahnya terkesan sengaja menebarkan retorika dan propaganda yang ambigu.
Seperti contoh, ada tokoh pejabat publik yang vokal berkoar-koar anti korupsi, malah jadi tersangka korupsi.
Lalu ada juga yang lantang menyuarakan demokrasi harus demokratis, demokrasi harus maju, demokrasi mati bila tidak ada oposisi, malah praktiknya justru beretorika terbalik.
Lihat saja faktanya, satu diantara tokoh publik yang keblinger seperti Rocky Gerung, dengan begitu mudahnya merendahkan Ideologi Pancasila.
Masih juga lekat dalam ingatan kontroversi Rocky Gerung yang lantang berceloteh bahwa kitab suci adalah fiksi.
Kini berulah lagi dengan pendapatnya sendiri, melecehkan Pancasila yang intinya condong mengarah bahwa sebenarnya pengejawantahan Pancasila itu tidak ada.
Padahal dari statemennya tersebut Rocky Gerung sendirilah yang sebenarnya justru melihat pancasila sebagai slogan semata.
Justru Rocky Gerung menunjukan sejatinya kapasitas dirinya sendiri pada publik, ukuran dia itu siapa jelaslah sudah hanya segitu saja otak dan pemikirannya.
Apa mungkin Rocky Gerung terlalu pintar atau malah tak pernah belajar sejarah dan amnesia karena lupa pada sejarah panjang perjuangan para Founding Father negeri ini, bagaimana mereka merumuskan Pancasila sebagai sebuah entitas yang menjadi dasar negara, yang tak sekadar simbolik, tapi esensial.
Bayangkan saja kalau Pancasila ini tak pernah dirumuskan oleh para Founding Father bangsa ini, mungkin akan banyak ideologi yang bertebaran di negeri ini.
Lalu mau jadi apa Indonesia kalau sudah begitu, apa mau seperti Uni Soviet atau Yugoslavia, yang akhirnya pecah juga berkeping-keping jadi berbagian-bagian. Pancasila itu sudah harga mati, tidak bisa diutak-utik lagi.
Inilah mengapa Rocky Gerung sudah patut dikatakan keblinger dengan apa yang sudah dilakukannya selama ini.
Yang menjadi lebih ironi lagi, ternyata Rocky Gerung masih hanya salah satu tokoh keblinger diantara tokoh publik lainnya yang keblinger.
Kalau melihat perkembangannya sampai saat ini, ternyata masih banyak tokoh-tokoh publik lainnya yang keblinger di negeri ini, mengaku politikus tapi tidak negarawan.
Politik hanya jadi hegemoni semata, kekuasaan hanya jadi libido yang harus dituruti dan diwujudkan dengan berbagai cara. Lihat saja, rakyat terkesan hanya dijadikan obyek politik semata.
Politik bermuka dua, politik dua kaki, politik kutu loncat yang menampilkan drama-drama politik yang kurang edukatif bagi rakyat.
Inilah yang jadi begitu memprihatinkan, mengapa begitu banyak para tokoh publik yang keblinger dinegeri ini.
Maka berlatar dari secara umumnya kondisi negeri ini yang diharapkan adalah, hadirnya para negarawan sejati, sejarawan sejati, begawan rakyat yang sejati, Filsuf yang sejati, yang benar-benar tulus berdiri dibelakang kepentingan bangsa dan negara.
Semoga tulisan singkat dari penulis yang masih kurang pengalaman ini dapat bermanfaat.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI