Mohon tunggu...
Sigit Eka Pribadi
Sigit Eka Pribadi Mohon Tunggu... Administrasi - #Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#

#Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#Menulis sesuai suara hati#Kebebasan berpendapat dijamin Konstitusi#

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Kepada Yth Anies Baswedan, Warga Sunter Butuh "Diorangkan"

18 November 2019   23:02 Diperbarui: 18 November 2019   23:13 685
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar warga Sunter yang tergusur | Dokumen Tribunnews.com/Antara.com

Sigit juga menjelaskan bahwa penggusuran atau penataan kawasan Sunter sudah dikomunikasikan dan disosialisasikan dengan warga, melalui Lurah Sunter Agung dan Sunter Jaya.

Surat imbauan kepada warga yang menghuni atau menduduki tanpa keterangan Hak Kepemilikan Tanah untuk mengosongkan lokasi tersebut lantaran akan dilakukan penataan saluran air, pedestrian, dan pembangunan jalan juga sudah dilakukan.

Penataan ini dilakukan dalam rangka mengembalikan fungsi saluran dan jalan, karena lokasi sunter diduduki sejumlah pemilik usaha barang bekas yang mendirikan bangunan di atas saluran.

Kemudian pemerintah Provinsi DKI Jakarta juga telah menyiapkan Rusun Marunda, Cilincing, Jakarta Utara, sebagai lokasi relokasi warga Sunter yang terkena gusuran, namun sangat disayangkan oleh pihak Pemprov ternyata warga enggan mendaftar untuk menempati Rusun.

Dari persoalan penggusuran ini, pihak pemprov DKI Jakarta mengklaim sudah menjalankannya sesuai prosedural, sehingga penggusuran ini sudah sesuai protap yang diberlakukan dan warga harus dapat mentaatinya.

Jadi intinya dalam polemik penggusuran ini, pihak yang berseteru merasa benar berdasarkan dengan alasan berdasar data dan fakta serta argumen masing-masing.

Lalu kalau sudah jadi polemik begini, adakah solusinya, apakah akan terus jadi perdebatan, digoreng sampai gosong? Apakah kalau hanya berdebat saja terus ujuk-ujuk langsung ada solusi?

Sungguh guyonan yang tak lucu kalau hanya debat-debatan saja tanpa solusi tentang bagaimana mengatasinya, apalagi bila digoreng sampai jadi arang dalam ranah politisasi, jadi tambah jenuh alias eneg juga mendengar dan melihatnya.

Yang jelas sesuai fakta dilapangan penggusuran sudah terjadi, banyak warga yang sudah tidak memiliki tempat bernaung, banyak warga yang kepanasan, kehujanan atau kedinginan di malam hari karena hanya bisa bernaung seadanya, bahkan yang lebih nemprihatinkan lagi banyak dari warga yang hanya beralas tanah beratap langit.

Mereka juga punya keluarga yaitu ada anak-anak mereka yang turut menanggung beban akibat penggusuran ini, mereka juga butuh makan, minum dan keseharian lainnya tidakkah ini menyentuh hati dan nurani?

Inilah sejatinya yang harus dipertimbangkan, biar bagaimanapun, terlepas dari polemik yang ada, seyogianya sisi humanis harus lebih dikedepankan daripada mencari pembenaran masing-masing.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun