Mohon tunggu...
Sigit Eka Pribadi
Sigit Eka Pribadi Mohon Tunggu... Administrasi - #Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#

#Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#Menulis sesuai suara hati#Kebebasan berpendapat dijamin Konstitusi#

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Inilah 99 % Pemicu Percekcokan

28 Oktober 2019   19:32 Diperbarui: 28 Oktober 2019   19:42 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar | Dokumen esdreamers.com

Karena kalau sama sama keras tidak ada yang mau mengalah maka percekcokan akan terus berlanjut dan berkembang menjadi pertengkaran.

Dalam hal ini terjadi situasi ketika sudah saling bersitegang, sebenarnya dikarenakan satu sama lain tidak berkomunikasi dengan baik dan secara secara langsung, tanpa disadari, mulai terbangun rasa kebencian, yang akhirnya seringkali mencapai titik kritis.

Percekcokan seringkali berakhir membuat ada yang merasa tersakiti dan ingin mengakhiri sebuah hubungan dengan siapa saja.

Namun sejatinya, percekcokan merupakan suatu proses pembelajaran sikap hidup, pendewasaan berpikir dan pematangan dari jiwa seseorang.

Karena dengan adanya percekcokan, orang dapat saling mengetahui sifat dan karakter seseorang yang mungkin selama ini masih tertutupi.

Percekcokan sebenarnya juga mengedukasi untuk belajar memahami orang lain, menghargai perbedaan dan mengamalkan nilai nilai kemanusiaan dalam kehidupan sehari hari.

Oleh karena itu, sekedar timbang saran dan berbagi, bila suatu kali menemukan situasi yang seperti digambarkan dalam tulisan ini semoga kedepan untuk menghindari percekcokan semakin meruncing menjadi pertengkaran maka ada baiknya harus ada pihak yang lapang dada untuk mengalah.

Tidak ada salahnya untuk menjaga hubungan tetap langgeng lebih baik mengontrol perasaan dan emosi untuk tidak melanjutkan percekcokan terlalu lama.

Ataupun kalau sudah terlanjur terjadi percekcokan maka saat berakhirnya percekcokan tersebut, seyogyianya dengan lapang dada, maka akhiri juga rasa marah dalam hati jangan terlalu lagi diambil hati apa yang sudah terjadi.

Salah satunya seyogianya dapat segera sadar bahwa percakapan sudah melenceng dari tujuan percakapan awal yakni menciptakan solusi dan menghentikan perdebatan yang terus menerus berlangsung.

Salah satunya yang bercekcok harus mampu memaklumi dan melunakkan hati dan memaafkan, dengan penuh kesabaran dan ketulusan. Namun yang pasti menghindari akar pemicu utamannya sangatlah penting yaitu menghindari pembicaraan atau dialog bernada bicara dengan intonasi tekanan suara yang keras.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun