Mohon tunggu...
Sigit Eka Pribadi
Sigit Eka Pribadi Mohon Tunggu... Administrasi - #Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#

#Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#Menulis sesuai suara hati#Kebebasan berpendapat dijamin Konstitusi#

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Inilah 99 % Pemicu Percekcokan

28 Oktober 2019   19:32 Diperbarui: 28 Oktober 2019   19:42 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam kehidupan sehari-hari tanpa kita sadari sering terjadi percekcokan yang akhirnya menimbulkan pertengkaran ataupun pertikaian, baik antara teman, kerabat, saudara bahkan suami ataupun istri.

Beragam penyebab menjadi alasan timbulnya percekcokan tersebut, namun sebenarnya ada satu akar masalah yang bisa diduga menjadi pemicu utama percekcokan itu menjadi semakin berkembang.

Apakah kira-kira sebenarnya yang diduga  menjadi pemicu utama itu?

Nah, menurut sedikit pengamatan dan analisis  penulis yang bisa menjadi pemicu utama adalah bahwa hampir 99 % percekcokan itu disebabkan karena dialog dengan nada bicara yang dan intonasi tekanan suara yang keras.

Coba saja kita luangkan sedikit waktu untuk mengingat ketika kita pernah bertengkar dengan istri atau suami, maka kalau dirunut akar asal mulanya adalah ketika salah satu diantaranya mengungkapkan perkataan dengan nada bicara yang keras.

Contohnya, ketika suami lupa taruh kunci sepeda motor, bertanya pada istri namun malah dijawab dengan nada yang agak senewen, seperti contoh dialog dibawah ini,

Suami : sayang ada liat kunci motor nggak?
Istri : ga tau, emang taruh dimana sih, makanya naru naruh jangan sembarangan (sambil membantu mencari tapi bicara dengan nada agak keras).
Suami : yaaaa namanyaaa juga lupaaa gimana siihh, namanya juga nanyaaa(tambah dengan nada keras)

Nah, selanjutnya bisa ditebak pembicaraan menjadi percekcokan dan malah bisa semakin berkembang menjadi pertengkaran. Contoh diatas masih merupakan sedikit contoh dari sekian banyaknya percekcokan yang kerap kali terjadi di kehidupan sehari hari.

Karena juga beberapa kali penulis mengamati dari beberapa percekcokan lainnya seperti diantara kawan, kerabat ataupun saudara ternyata memang berawal dari hal hal sepele yang diungkapkan dengan nada bicara dengan intonasi tekanan keras yang terdengar kurang nyaman.

Kemudian akhirnya makin berdebat, saling tidak mau kalah, ngotot, merasa paling benar, dan akhirnya malah semakin runyam jadi pertengkaran hebat. Nah kalau sudah begini bisa jadi akan merenggangkan hubungan.

Namun sejatinya agar percekcokan tidak semakin berkembang semakin hebat, maka sedapat mungkin harus bisa dihindari dan memang dalam hal ini harus ada satu pihak yang mengalah.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun