Di Indonesia, kancah pergelaran politik yang berlangsung menjadi fenomena dan misteri yang sulit direka dan ditebak kemana arahnya hingga saat ini.
Fenomena politik seperti pecah kongsi, loncat sana sini bak kutu loncat, politik oligarkis, politik anak pinak, dulu lawan sekarang kawan, dulu kawan sekarang lawan menjadi parimeter yang membuktikan betapa eksistensi keberlangsungan politik di negeri ini, masih menjadi episode episode drama politik yang membingungkan ruang publik.
Partai partai politik dan elit politik didalamnya masih berkutat pada visi dan misi yang sarat dengan kepentingan masing masing.
Episode drama politik yang disuguhkan poros inti pertarungan politik oleh 4 titik utama yaitu para elit politik seperti Prabowo, Megawati, Susilo Bambang Yudhoyono, Joko Widodo mengisahkan adegan adegan politik negeri ini.
Para elit politik seperti Fadli Zon mantan punggawa setia Jokowi sekarang jadi punggawa prabowo, Anies Baswedan mantan punggawa SBY dan Punggawa Jokowi sekarang anies malah menjadi punggawa Prabowo.
Politisi kontroversi Amien Rais, dulunya adalah penentang sejati Prabowo dan begitu anti dengan Prabowo sekarang mati matian mendukung Prabowo.
Politisi Ali Mochtar Ngabalin dulunya punggawa setia Prabowo yang paling sengit menyerang Jokowi sekarang malah mati matian membela Jokowi.
Lalu dari kontestasi partai, masih tercatat dalam sejarah ketika ketika PDIP & Gerindra pernah bersama menjadi oposisi terhadap pemerintahan SBY yang diusung Golkar, PKS dan PAN.
Sekarang malah PDIP justru berteman baik dengan Golkar mengusung Jokowi lalu Gerinda malahan berkoalisi dengan PKS dan PAN yang pernah sangat anti pada Prabowo namun tetiba berkoalisi dengan Gerindra mendukung Prabowo.
Bahkan sekarang Jokowi dan Prabowo yang sebelumnya adalah berlawanan sengit dalam kontestasi Pilpres, sekarang malah Prabowo mendekat pada Jokowi.
Inilah bukti yang menguatkan bahwa dalam politik yang berlangsung di Negeri ini, tidak ada yang tidak mungkin, semuanya adalah berlatar belakang sarat kepentingan politis.
Dan membenarkan stigma bahwa dalam politik itu, tidak ada kawan sejati atau musuh abadi, tapi yang ada adalah kepentingan yang abadi dan menyebabkan politik di negeri ini, bak sinetron dan drama yang tiada ujung pangkalnya? Lalu sampai kapan ini akan berlangsung?
Jika ini terus terusan menjadi drama politik, maka yang terjadi adalah makin terciptanya iklim sinisme, skeptisme dan hilangnya kepercayaan rakyat pada arah politik Negara.
Dan ini akan berimbas pada mosi tidak percaya rakyat pada pemerintah, karena rakyat hanya dikorbankan sebagai obyek kepentingan politik praktis semata.
Bagaimana rakyat mau percaya pada pemerintah kalau elit politik yang sejatinya mendidik rakyat tentang politik dan demokrasi justru malah layaknya seperi para aktor aktor drama dan film memainkan kisah demi kisah telenovela.
Sejatinya politik itu adalah konsepsi tatanegara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang didasari oleh asas asas demokrasi. Dan konsepsi tersebut harus mengutamankan kepentingan negara dan rakyat.
Sesuai konsep dasar Episteme politik  konsensus dasar polities/politike/politica adalah bahwa mengenai pondasi utama politik merupakan pemerintahan dan warganegara
Sejatinya politik itu didorong untuk melahirkan negarawan dari warganegara yang terpilih untuk duduk didalam pemerintahan bukannya melahirkan elit politik, yang malah menjadi jurang pemisah antara rakyat dengan negara.
Ini karena Negarawan akan selalu etis dan konsisten dalam berpolitik serta selalu menunjukan kesetiaan dan eksitensinya pada visi dan misinya sedari awal, tidak mudah termakan bujuk rayu kepentingan politis kekuasaan, tidak mudah untuk kongsi dan loncat sana sini sembarangan.
Sangat berbeda dengan elit politik yang mengemban amanah politik dari sudut pandang bahwa politik adalah kekuasaan, dan bagaimana memperoleh dan melanggengkan kekuasaan itu dengan berbagai cara.
Entah sampai kapan suguhan drama drama politik dan stigma bahwa politik adalah kepentingan yang abadi mengenai berebut kekuasaan semata, terus berlangsung dinegeri ini
Entah kapan sejatinya politik di negeri ini merupakan perwujudan yang sesungguhnya episteme politik yang hakiki, Politik yang benar benar tatanan kenegeraan dan kebangsaan  sejati dan murni mengusung kepentingan rakyat sebagai warganegara.
Semoga kedepan reformasi politik dinegeri ini terwujud nyata dan membawa arah politik negara ini menemukan jati diri yang sejati sebagai politik negara yang memajukan dan mensejahterakan negara dan bangsa Indonesia.
Semoga sedikit tulisan ini dapat bermanfaat.
Hanya berbagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H