Saya ; pak menteri gak salah apa apa saa, pak menteri nya orang baik, yah, yaitu saa,, yang namanya orang jahat itu mana mau tau, namanya juga orang jahat.
Salsa ; tapi kok orang banyak yang ngapokin puh, itu salsa liat di youtube, di twitter kok banyak orang malah kaya gak suka gitu ya puh, katanya orang jahatnya teroris, trus ada yang bilang Isis, ada yang bilang setingan, setingan itu apa sih puh, kenapa gtu puh?
Saya ; yaitulah saa,,, pokoknya yang nusuk itu orang jahat. Jadi yang namanya orang jahat itu tetap gak baik, ntar dihukum sama Tuhan.
Namun Salsa rupanya masih penasaran, belum puas dengan jawaban saya, dan mencoba akan menginterogasi saya lagi tapi saya langsung memotong keinginannya.
Udah saa,,, Salsa belum waktunya ngerti begituan, pikirannya salsa belum nyampe kesitu,,,yang penting Salsa harus pinter dan jadi orang baik yaa,,, ga boleh nakal yaa,,,
Begitu sulitnya saya menjawab pertanyaan demi pertanyaan Salsa, keponakan menggemaskan saya yang baru menginjak kelas satu SD tersebut, yang ternyata turut pula mempersoalkan terkait peristiwa penusukan Wiranto.
Sebenarnya saya ingin menjelaskan secara detil peristiwa penusukan Wiranto itu, tapi kalau melihat usia Salsa yang masih 7 tahun jadi pertimbangan saya untuk memberikan penjelasan secara detil. Belumlah elok Salsa untuk mengerti hal sedetil itu.
Mungkin tidak hanya saya saja yang mengalami hal ini, sepertinya selain saya, ada banyak masyarakat dan para orang tua lainnya yang harus memberikan pengertian dan pemahaman kepada anak-anaknya yang bertanya-tanya tentang penusukan Wiranto.
Memang tidak dipungkiri, peristiwa penusukan Wiranto yang sering berulang-ulang tayang di TV dan tersebar kemana-mana baik medsos dan youtube ini merupakan berita dan fakta.
Namun yang jadi persoalannya adalah, ketika banyak juga anak-anak yang menontonnya. Dan ini jadi catatan serius yang tidak bisa dipandang dengan sebelah mata, apalagi juga saat ini banyak didapati anak-anak juga tak lepas dari gawai yang ada digenggamannya.
Fenomena penggunaan gawai bagi anak-anak juga bukan lagi menjadi hal yang terlarang diera dekade zaman sekarang ini. Meskipun sudah berbagai upaya dilakukan orang tua untuk mengontrol anak-anaknya dalam berinteraksi menggunakan gawai terkait konten konten didalamnya tapi tetap saja ada yang lepas dari kontrol orang tua.