Pro dan kontra tentang pemberian hukuman disipilin di sekolah masih ramai jadi perdebatan dan sering diperbincangkan.
Dari dipidanakakannya sampai tindak intimidasi kepada beberapa guru karena laporan keberatan dari para orangtua murid yang tidak terima anaknya mendapatkan hukuman fisik (badan) dan non fisik di sekolah, masih mewarnai dunia pendidikan.
Misalnya, hukuman mencubit, menempeleng, menjitak, memukul bagian badan lainnya ataupun hukuman disiplin lainnya.
Padahal di satu sisi, anak didik di sekolah bila melakukan pelanggaran atau kenakalan perlu juga diberikan hukuman disiplin agar memberikan efek jera, tidak mengulanginya lagi.
Selain itu, hukuman disiplin bagi murid yang melanggar sebenarnya juga dapat memberikan edukasi, menguatkan mental dan disiplin.
Dengan semakin kompleksnya permasalahan yang dihadapi dunia pendidikan, Apakah sebenarnya hukuman disiplin bagi siswa yang dianggap nakal itu masih perlu atau tidak?
Apalagi seiring kemajuan zaman, tingkat kenakalan remaja juga turut mengikuti perkembangan zaman. Masih seringnya keterlibatan murid dalam tawuran pelajar, pornografi, pergaulan bebas, Â minuman keras dan narkoba masih mewarnai dunia pendidikan hingga saat ini.
Lalu, hukuman apa yang cocok dan tepat diberikan kepada murid yang melanggar disiplin atau melakukan kesalahan dan perbuatan yang dianggap melanggar norma atau kenakalan? Masih relevankah hukuman disiplin tersebut?
Secara logis di tingkatan keluarga sekalipun orang tua juga memberikan hukuman bagi anaknya yang nakal, lalu di tingkatan institusi baik pemerintah maupun swasta bila ada pelanggaran yang dilakukan pegawainya maka akan ada Punisment yang berlaku.
Nah, begitu juga di dalam dunia pendidikan, maka masih merupakan hal yang logis, wajar dan relevan bila hukuman disiplin diberlakukan terhadap para murid.
Namun ada beberapa syarat mengenai alasan layak atau tidaknya hukuman disiplin tersebut diberikan terhadap murid.