Mohon tunggu...
Sigit Eka Pribadi
Sigit Eka Pribadi Mohon Tunggu... Administrasi - #Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#

#Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#Menulis sesuai suara hati#Kebebasan berpendapat dijamin Konstitusi#

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Menyoal Enzo Zens Allie, Simaklah Hal Berikut Ini

8 Agustus 2019   20:42 Diperbarui: 8 Agustus 2019   20:50 336
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selanjutnya lagi adalah seleksi fisik, dalam hal ini calon prajurit haruslah memiliki fisik yang prima dan sesuai dengan standar penilaian kesamaptaan jasmani seperti kemampuan dan ketahanan lari, push up, pull up ataupun shuttle run. Sehingga ada salah satunya saja yang tidak memenuhi syarat calon akan dieliminasi.

Tahapan berlanjut pada psikologi dan psikotes, dalam tahap ini calon prajurit dituntut harus memenehui syarat kemampuan intelegensia, seperti menganalisa, mengamati, mengambil keputusan hal ini dibutuhkan terkait dalam kondisi dalam tekanan seberat apapun harus memiliki kehandalan dan keutamaan kemampuan tersebut.

Apabila di tahap ini calon prajurit gagal memenuhi syarat tahap ini maka tetap akan dieliminasi meskipun tahapan sebelumnya telah dilewati. Namun apabila dapat terlewati maka tibalah waktunya menuju tahapan akhir yaitu tahap penentuan akhir atau Pantukhir.

Ditahap inilah akan dirangking sesuai nilai-nilai yang diperoleh pada tahapan sebelumnya, biasanya dalam hal ini akan melibatkan unsur pejabat utama. Ditahap ini kelulusan prajurit akan disesuaikan sesuai alokasi penerimaan.

Misalkan alokasi yang dibutuhkan adalah 40 orang, kemudian yang mengikuti pantukhir ada 80 orang maka akan dirangking dan dilaksanakan secara transparan. Sehingga setelah semua tahapan selesai dilaksanakan maka didapatlah Siswa Taruna Akmil yang akan menempuh pendidikan lebih lanjut lagi di lembaga pendidikan.  

Menempuh dan melewati jenjang pendidikan dilembaga bukan pula hal yang mudah, dalam pendidikan dilembaga para siswa sangat digembleng dan didoktrinisasi yang dimulai dari pembentukan awal, atau istilahnya di nolkan, lalu pembentukan kemampuan mental ideologi  intelegensia dan juga kemampuan fisik.

Seluruh siswa dilemdik sangat diawasi dengan ketat, sehingga tak pelak juga saat sudah dilemdik sekalipun ada siswa yang harus dipulangkan ke orang tua, karena gagal melewati gemblengan dilembaga pendidikan.

Didikan keras dilembaga ini harus dilewati Siswa Taruna Akmil selama kurang lebih empat tahun, setelah itu barulah bisa dilantik dan lulus menjadi perwira dengan pangkat Letnan Dua sesuai kecabangan masing-masing, seperti infanteri, kavaleri, dan kecabangan lainnya.

Jadi setelah semua ini diterapkan maka tidak ada alasan lagi untuk meragukan dan tidak percaya dengan penerapan sistem werving atau seleksi prajurit TNI.

Lalu bagaimana dengan Enzo Zens Allie yang diduga terlibat dan terpapar HTI atau paham radikal mengapa bisa lulus jadi siswa Taruna Akmil?

Mengenai hal ini perlu dilihat, kesahihan dan kebenaran fakta atas dasar apa ia disimpulkan terpapar HTI, apakah hanya dari info melalui akun medsosnya saja bisa dijadikan bukti, itu belum tentu, karena dihadapkan zaman era kemajuan teknologi ini, kita diharuskan jangan mudah percaya dengan apa yang ada di Medsos.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun