Berkaitan dengan makin maraknya perilaku esek-esek ABG yang laris manis bak kacang goreng, ditambah lagi makin berkembangnya jasa perilaku seks layanan Gay dan Lesbian, membuat kekhawatiran pihak pemerintah dan, tentu saja, orangtua.
Bagi orangtua kekhawatiran itu tidak hanya anak gadisnya yang jadi perhatian lebih, namun anak lelakinya pun butuh perhatian juga.
Bagi pemerintah, hal ini semakin menambah daftar panjang pekerjaan. Berbagai upaya untuk berusaha semaksimal mungkin menanggulangi permasalahan tersebut.
Namun apa hendak dikata, fenomena perilaku mengkomersialkan diri dari para ABG dan remaja terus tumbuh berkembang seiring teknologi.
Fenomena gunung es yang berlaku menjadi problem yang agak sulit diatasi, istilahnya ketika diberantas satu malah kian tumbuh seribu.
Hal inilah yang menyebabkan pertumbuhan layanan seks ABG ini kian pesat, bahkan hal ini pun sudah melanda kalangan artis seleberiti wanita tanah air yang ikut-ikutan mengkomersialkan diri.
Fakta-fakta mengejutkanpun terkuak dari beberapa kasus yang berhasil diungkap oleh pihak-pihak yang berwenang.
Ternyata para wanita ABG pelaku esek-esek ini banyak juga dari dari kalangan yang berada, bahkan bisa dibilang orangtua mereka sangat mampu atau kaya dan terpandang.
Inilah juga yang menjadi tanda tanya besar mengapa mereka yang berasal dari kalangan berada juga turut terlibat dan larut dalam perilaku mengkomersialisasi tubuh.
Memang dari permasalahan ini cukup rumit untuk mencari titik temunya dan atas dasar motivasi apa sebenarnya para ABG wanita ini melakukan perilaku tersebut.
Karena kalau dilihat dari sudut pandang lain ternyata ada faktor penyebab lainnya diluar faktor-faktor yang secara umum menjadi penyebabnya.