Mohon tunggu...
Sigit Eka Pribadi
Sigit Eka Pribadi Mohon Tunggu... Administrasi - #Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#

#Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#Menulis sesuai suara hati#Kebebasan berpendapat dijamin Konstitusi#

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Utang Sih Boleh Asalkan Bisa Bayar

30 Juli 2019   12:05 Diperbarui: 30 Juli 2019   12:16 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar | Uangteman.com

Bagi pelaku dunia usaha baik itu perusahaan ataupun instansi pinjaman atau hutang merupakan sektor penting untuk mendukung permodalan. Begitu juga bagi pelaku individu pinjaman atau hutang dapat membantu modal diluar penghasilan.

Berbicara mengenai pinjaman yang di lakukan oleh perusahaan/instansi tentunya dalam memproses pinjaman tersebut akan sangat selektif dan betul-betul memperhitungkan skala prioritas perlu tidaknya pinjaman tersebut di lakukan.

Para vendor yang memiliki permodalan yang dipinjami juga akan selektif dalam menggelontorkan dana pinjamannya kepada perusahaan/instansi yang menjadi nasabahnya.

Lagi pula, perusahaan/instansi sudah memiliki penyalurkan masing-masing pos pengeluaran anggaran yang telah diatur sedemikian rupa termasuk pos pengeluaran pembayaran cicilan pinjaman, sehingga jarang terjadi adanya kasus kredit macet karena menunggak, meskipun ada kasus juga adanya perusahaan/instansi yang mengalami kredit macet.

Namun secara umum perusahaan/instansi yang terjerat kasus kredit macet masih dalam ambang batas wajar. Oleh karena itu bagi pelaku perusahaan/instansi mengenai pinjaman atau hutang itu, tidaklah terlalu menjadi persoalan.

Hal ini berbeda dengan pelaku individu, yang seringkali melakukan pinjaman, namun ceroboh tidak mempertimbangkan kekuatan dari penghasilan pribadi yang diperoleh, sehingga inilah yang seringkali menjadi masalah munculnya kredit macet.

Atau bahkan seseorang yang belum punya penghasilanpun berani mengambil resiko mengambil pinjaman hanya demi mendapatkan sesuatu yang diinginkan.

Ini karena seringkali godaan budaya konsumtif sangat mempengaruhi gaya hidup seseorang untuk mendapatkan pinjaman, apalagi dengan iming-iming bunga yang murah.

Selain itu di Era kemajuan peradaban saat ini, makin menjamurnya vendor yang menggelontorkan pinjaman-pinjaman online(Pinjol) dengan syarat yang sangat mudah, semakin menambah trend meningkatnya masyarakat untuk mendapat pinjaman.

Ini menjadi kontradiktif, di satu sisi pihak vendor seperti bank, pegadaian, leasing atau pihak lainnya memberikan syarat ketat bagi peminjam individu, namun pinjol malah jor-joran menggulirkan pinjaman dengan begitu mudahnya. Ditambah lagi masih banyak bergentayangannya para rentenir yang terus mencari peminjam.

Terkait hal ini, sebenarnya yang perlu mengontrol atau mencegah tren budaya hutang bukanlah pemerintah, namun dari diri pribadilah yang bertanggung jawab.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun