Mohon tunggu...
Sigit Eka Pribadi
Sigit Eka Pribadi Mohon Tunggu... Administrasi - #Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#

#Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#Menulis sesuai suara hati#Kebebasan berpendapat dijamin Konstitusi#

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Berkat Amir Sutaarga, Museum Tak akan Lekang oleh Waktu

4 Juli 2019   21:33 Diperbarui: 4 Juli 2019   21:41 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Amir Sutaarga | Kemendikbud.go.id

Museum merupakan potret masa lalu untuk menjadi cerminan masa depan. Museum hingga saat sekarang ini terus mengalami perkembangan seiring dengan dinamisnya perkembangan zaman.

Perkembangan museum memberikan dampak yang positif bagi dunia ilmu pengetahuan disegala bidang sehingga museum sangatlah penting dalam pembentukan karakter dan identitas bangsa Indonesia.

Dengan adanya museum, lintasan peristiwa sejarah masa lampau suatu bangsa dapat terekam kembali, maka dapat dibayangkan bagaimana bila tak ada museum, maka akan sirnalah berbagai peninggalan sejarah dan peristiwa sejarah lampau yang pernah di lintasi oleh suatu bangsa.

Namun dibalik itu semua, juga patut diketahui siapakah sebenarnya perintis museum di Indonesia. Ya beliau adalah Moh. Amir Sutaarga lahir dikuningan 5 Maret 1928, ternyata beliau inilah sang perintis museum-museum yang ada di Indonesia, dan melalui tulisan ini meskipun sudah ada beberapa tulisan yang mengulasnya namu tak ada salahnya untuk mengingat kembali sosok legenda bangsa ini, agar lebih dikenal lagi oleh bangsa ini.

Sosok Amir yang semula bercita-cita menjadi ahli dibidang perkapalan dan ingin menempuhnya di Belanda, akan tetapi akibat pecahnya perang pada 5 Maret 1942, Amir gagal mewujudkan keinginannya tersebut, hingga akhirnya beliau berdesekolah di Taman Madya Yogyakarta dan terpanggil bergabung dalam dunia militer untuk berjuang demi merebut dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

pada masa itu Amir ditugaskan pada bagian intelejen sebagai perwira penghubung, dalam tugasnya Amir dikenal memiliki integritas dan cerdik serta pandai dalam strategi dan siasat perang, diusianya yang masih muda yaitu 17 tahun amir dipercaya menyandang pangkat Letnan Dua Divisi 1 Siliwangi, Amur bergerilya berjuang bersama teman-temannya serta teman akrabnya Uka Tjandrasasmita yang merupakan seorang arkeolog.

Pada tahun 1948, saat usianya 22 tahun usai perang, Amir meninggalkan dunia militer dan bekerja di lembaga Bataaviasch Genootschap Van Kunsten En Wetenschappen(BGKW), ditempat ini Amir bertemu dengan seorang ilmuwan Belanda yaitu Van Deer Hop, yang kemudian mengajak Amir ke Jakarta dan belajar ilmu Etnologi atau ilmu bangsa-bangsa.

Pada tahun 1952 Amir diangkat oleh Van Deer Hop menjadi redaktur dan mulai saat inilah dirinya mulai menuangkan gagasan mengenai museum, hingga akhirnya menerima beasiswa untuk belajar ke Eropa. Setelah lulus dari Eropa, pada tahun 1958 juga menimba ilmu mengambil jurusan Antropologi di Universitas Indonesia.

Disela-sela menuntut ilmu, Amir juga aktif di lembaga museum nasional, di lembaga ini Amir terus berjuang memperkenalkan museum dan kepurbakalaan, dan pada tahun 1962 diangkat menjadi Kepala Museum Pusat(sekarang museum Indonesia), setelah itu Amir dipercaya menjadi Direktur permuseum.

Perjuangan Amir tak kenal lelah dan terus memperjuangkan warisan kebudayaan melalui museum, hingga akhir hayatnya, beliau terus berjuang dengan visioner dalam pelestarian dan pengembangan kultural bangsa melalui museum.

Atas segala jasanya, maka negara melalui Asosiasi Museum Indonesia, sepakat menegaskan untuk menganugerahkan Museum Award pada tanggal 1 Juni 2012 sebagai bapak permuseuman Indonesia sekaligus penghargaan khusus pengabdian sepanjang hayat dalam dunia museum.

Penghargaan yang sangat layak disandangkan padanya yang telah mengabdikan diri hingga sepanjang hayat untuk kemajuan museum nasional dan museum lainnya di Indonesia.

Tepat setahun setelah penghargaan tersebut yaitu tanggal 1 Juni 2013, Moh. Amir Sutaarga pulang keharibaan Ilahi dan di makamkan di pemakaman Menes, Banten.

Demikianlah sekilas kisah seorang Moh. Amir Sutaarga sang bapak museum Indonesia, yang hingga akhir hayatnya terus berdedikasi untuk dunia museum di Indonesia.

Kegigihan Amir untuk terus mengabdi bagi permuseuman, disaat ini diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi siapa saja, agar museum tetap langgeng dan ramai, museum selalu menjadi ikon tulisan emas sejarah suatu bangsa didunia ini, museum tak akan lekang oleh waktu, akan terus ada selama bangsa itu punya sejarah. mari kita ramaikan museum dan belajar sejarah. Semoga dapat menambah wawasan dan dapat bermanfaat.

Referensi : Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman Dirjen Kebudayaan Kemendikbud RI.

Sigit.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun