Budaya Gotong royong merupakan warisan dari nenek moyang bangsa Indonesia yang sejak dulu kala sudah menjadi bagian dalam kehidupan bermasyarakat.
Seperti misalnya disebuah desa, masyarakat melakukan gotong royong pembersihan lingkungan, saluran air atau got dalam rangka memperoleh lingkungan yang bersih sehat nyaman.
Gotong royong pembersihan lingkungan, atau saluran air ini, bermanfaat dalam pencegahan terhadap banjir, karena air yang menggenang karena tumpukan sampah, aliran air tidak lancar sehingga dapat menyebabkan banjir.
Dan didalam dan setelah pelaksanaan gotong royongpun terjalin erat suasana toleransi antar masyarakat yang pastinya heterogen baik suku maupun agama, dan setelah selesaipun manfaatnya bisa dirasakan bersama. Dengan gotong royong pekerjaan seberat apapun akan ringan bila dikerjakan secara bersama-sama dan hasilnya pun dapat di rasakan bersama.
Budaya gotong royong juga merupakan bentuk kepedulian terhadap lingkungan, dan banyak lagi manfaat lainnya yang dapat dilakukan dengan budaya gotong royong.
Meskipun didesa masih ada namun juga sudah tidak membudaya lagi, dan patut dicermati, saat ini suasana gotong royong sangat langka sekali ditemukan dikota, padahal kehidupan dikota dituntut untuk saling toleransi dan suasana kebersamaan. Kehidupan masyarakat kota yang lebih moderen seakan semakin melunturkan semangat gotong royong.
Bung Karno, menawarkan Pancasila yang berintikan lima asas. Namun Bapak Proklamator Republik Indonesia tersebut juga memberikan pandangan bahwa jika nilai-nilai Pancasila tersebut diperas ke dalam tiga sila, bahkan satu "sila" tunggal, maka yang menjadi intinya inti, core of the core, adalah gotong-royong.
Menurut Bung Karno: "Jika kuperas yang lima ini menjadi satu, maka dapatlah aku satu perkataan yang tulen, yaitu perkataan gotong royong.
"Gotong-royong adalah pembantingan tulang bersama, pemerasan keringat bersama, perjuangan bantu-membantu bersama. Amal semua buat kepentingan semua, keringat semua buat kebahagiaan semua. Ho lopis kuntul baris buat kepentingan bersama ! Itulah Gotong Royong !"(Bung Karno)
Pekikan Yel-yel "holopis kuntul baris" adalah aba-aba nenek moyang kita di tanah Jawa, yang digunakan sebagai paduan suara untuk memberi semangat ketika mengerjakan tugas berat yang hanya bisa dikerjakan secara bergotong-royong, bersama-sama.
Yel-yel ini disorakkan ketika kita membutuhkan gerak yang seirama, agar tujuan kita satu semata, bagaikan barisan burung bangau yang sedang terbang berbaris di angkasa.
Yel yel lainnya juga banyak tercermin dari seluruh penjuru Indonesia, seperti barek sama dipikual, ringan sama dijinjiang, atau Gawi Manuntung Waja Sampai Kaputing, semua itu menandakan semangat persatuan dan kesatuan bangsa.
Mari kita bersama kembali melestarikan budaya gotong royong ini dimana saja, di desa, kota, provinsi bahkan seluruh Indonesia, betapa tercerminnya dan terwujudnya kekokohan bangsa Indonesia yang kita cintai bersama ini.
Sigit.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H