Mohon tunggu...
Sigit Eka Pribadi
Sigit Eka Pribadi Mohon Tunggu... Administrasi - #Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#

#Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#Menulis sesuai suara hati#Kebebasan berpendapat dijamin Konstitusi#

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Reformasi 21 Tahun Yang Lalu Dalam Ingatan

12 Mei 2019   22:29 Diperbarui: 13 Mei 2019   22:49 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ditengah perjalanan Supir taksi berkisah, sore tadi sampai malam ini lagi rusuh mas, mahasiswa demo ditembakin ame polisi, banyak yang luka mas, ada yang mati mas empat katanye, tutur sang sopir. Kami bertiga hanya terdiam, belum secara detil mengetahui peristiwa demi peristiwa, yang kami tau kami hanya ingin cepat sampai ke Pekayon Bekasi.

Akhirnya sampai juga di Bekasi Barat yaitu di pekayon kompleks perumahan Pekayon Jaya, setelah bayar ongkos taksi si supir dengan patungan bertiga, saya ketuk pintu rumah tante, keluarlah Roy adik sepupu saya, yang kaget melihat kedatangan saya bertiga.

Loh mas," katanya seraya terperangah. Iya Roy, kita habis demo, untung selamat kita, bisa sampe sini, kata saya. Masuk mas masuk mas ayo semua masuk istirahat."Roy mengajak kami masuk.

Satu ruangan dirumah tante disiapkan Roy untuk kami bertiga, setelah kami membasuh badan dan makan, kami langsung istirahat dikamar, karna saking lelahnya kami langsung tertidur.

Esoknya kami terbangun, sudah disambut keluargaku yaitu tante Rini, om Joko, Roy dan Rully. Tante langsung peluk saya, Alhamdulillah le kowe ra popo. Coba liat itu berita di TV sama di Koran,"Kata tante.

Kami terkesiap dan terperangah mendengar kabar yang terjadi, bahwa telah gugur 4 Mahasiswa dalam demo itu.

Dan lebih kaget lagi ada nama Bang Awan, Hendriawan Sie turut gugur dalam peristiwa tersebut. Sosok yang ingin kami jumpai saat itu. Kami tak bisa berkata-kata lagi, hanya bisa terdiam dan prihatin dengan apa yang terjadi, kami bersyukur, kami beruntung bisa selamat.

Tante menyarankan untuk tetap di Bekasi sampai situasi benar-benar kondusif karena kabarnya hari ini tanggal 13 Mei 1998 Jakarta dan sekitarnya makin memanas, tante menyuruh saya dan teman untuk tetap di Bekasi dan melarang kami dengan keras untuk kembali ke Jakarta kami disuruh mengabari orang tua masing-masing di Balikpapan.

Ternyata memang benar, situasi dan kondisi Jakarta makin mencekam, aksi anarkis massa, kerusuhan dan penjarahan dimana-mana, mall pada dibakar dan banyak korban jiwa.

Kami hanya bisa monitor perkembangan lewat TV di rumah tante, kami juga melihat kejadian mobil yang menyeruak menabrak aparat saat itu, Sampai akhirnya kami menyaksikan Pak Harto mengundurkan diri saat itu. Itulah puncak aksi reformasi saat itu. Kami bertiga juga bersyukur dan berpelukan.

Pasca tiga mingguan setelah peristiwa kami bertiga baru bisa pulang ke Balikpapan. Kami diantar tante saya dan keluarga ke Bandara, setelah mengucapkan terima kasih karna kami sudah tinggal beberapa lama di rumah tante saya, akhirnya kami tinggalkan Jakarta dengan sekilas peristiwa yang membekas tak terlupa dalam ingatan ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun