Ditengah perjalanan Supir taksi berkisah, sore tadi sampai malam ini lagi rusuh mas, mahasiswa demo ditembakin ame polisi, banyak yang luka mas, ada yang mati mas empat katanye, tutur sang sopir. Kami bertiga hanya terdiam, belum secara detil mengetahui peristiwa demi peristiwa, yang kami tau kami hanya ingin cepat sampai ke Pekayon Bekasi.
Akhirnya sampai juga di Bekasi Barat yaitu di pekayon kompleks perumahan Pekayon Jaya, setelah bayar ongkos taksi si supir dengan patungan bertiga, saya ketuk pintu rumah tante, keluarlah Roy adik sepupu saya, yang kaget melihat kedatangan saya bertiga.
Loh mas," katanya seraya terperangah. Iya Roy, kita habis demo, untung selamat kita, bisa sampe sini, kata saya. Masuk mas masuk mas ayo semua masuk istirahat."Roy mengajak kami masuk.
Satu ruangan dirumah tante disiapkan Roy untuk kami bertiga, setelah kami membasuh badan dan makan, kami langsung istirahat dikamar, karna saking lelahnya kami langsung tertidur.
Esoknya kami terbangun, sudah disambut keluargaku yaitu tante Rini, om Joko, Roy dan Rully. Tante langsung peluk saya, Alhamdulillah le kowe ra popo. Coba liat itu berita di TV sama di Koran,"Kata tante.
Kami terkesiap dan terperangah mendengar kabar yang terjadi, bahwa telah gugur 4 Mahasiswa dalam demo itu.
Dan lebih kaget lagi ada nama Bang Awan, Hendriawan Sie turut gugur dalam peristiwa tersebut. Sosok yang ingin kami jumpai saat itu. Kami tak bisa berkata-kata lagi, hanya bisa terdiam dan prihatin dengan apa yang terjadi, kami bersyukur, kami beruntung bisa selamat.
Tante menyarankan untuk tetap di Bekasi sampai situasi benar-benar kondusif karena kabarnya hari ini tanggal 13 Mei 1998 Jakarta dan sekitarnya makin memanas, tante menyuruh saya dan teman untuk tetap di Bekasi dan melarang kami dengan keras untuk kembali ke Jakarta kami disuruh mengabari orang tua masing-masing di Balikpapan.
Ternyata memang benar, situasi dan kondisi Jakarta makin mencekam, aksi anarkis massa, kerusuhan dan penjarahan dimana-mana, mall pada dibakar dan banyak korban jiwa.
Kami hanya bisa monitor perkembangan lewat TV di rumah tante, kami juga melihat kejadian mobil yang menyeruak menabrak aparat saat itu, Sampai akhirnya kami menyaksikan Pak Harto mengundurkan diri saat itu. Itulah puncak aksi reformasi saat itu. Kami bertiga juga bersyukur dan berpelukan.
Pasca tiga mingguan setelah peristiwa kami bertiga baru bisa pulang ke Balikpapan. Kami diantar tante saya dan keluarga ke Bandara, setelah mengucapkan terima kasih karna kami sudah tinggal beberapa lama di rumah tante saya, akhirnya kami tinggalkan Jakarta dengan sekilas peristiwa yang membekas tak terlupa dalam ingatan ini.