Mohon tunggu...
Sigit Eka Pribadi
Sigit Eka Pribadi Mohon Tunggu... Administrasi - #Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#

#Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#Menulis sesuai suara hati#Kebebasan berpendapat dijamin Konstitusi#

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Emansipasi Wanita Harus Terus Diperjuangkan

20 April 2019   15:46 Diperbarui: 20 April 2019   15:58 607
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ibu Menteri Susi Puji A. walau hanya mengenyam pendidikan hingga SMP, namun upayanya untuk maju terus diperjuangkannya, hingga berhasil sekarang ini | Dokumen Liputan 6.com

Memaknai tentang makna Kartini berdasarkan inspirasi Habis gelap terbitlah terang, maka Emansipasi atau Non-Diskriminasi merupakan nilai dasar utama yang diperjuangkan oleh RA. Kartini bagi kaum wanita.

Hal inilah yang kemudian menjadi tonggak bagi terbukanya peran serta dan kiprah wanita di masa sekarang ini ataupun di masa yang akan datang. 

Sedikit mengulas Sosok seorang RA. Kartini itu seperti apa?

Menurut sumber sejarah Raden Ajeng Kartini lahir di Jepara pada 21 April 1879,  Jawa Tengah. Anak seorang bangsawan yang taat adat istiadat. Kartini tidak di izinkan melanjutkan jenjang pendidikannya oleh orang tuanya, sehingga Kartini hanya bisa mengenyam Pendidikan SD hingga lulus dan sejak inilah Kartini harus dipingit dalam rangka akan di nikahkan.

Namun Kartini tak patah semangat dan terus menimba ilmu pengetahuan melalui membaca buku-buku, surat kabar serta menulis. Sejak inilah ia mengamati perkembangan wanita Eropa yang maju dan berangkat dari ini maka ia juga ingin memajukan wanita Indonesia. 

Keinginanya itu diwujudkannya bersama teman-temannya saling belajar ilmu pengetahuan dan tulis menulis. Saat itupun dengan segala upayanya  ia sempat mendapatkan Beasiswa belajar di Belanda. Namun beasiswa tersebut tak dapat dilakuinya karena ia harus menuruti keinginan orang tuanya untuk dinikahkan dengan Raden Adipati Joyodiningrat.

Akan tetapi kegigihan Kartini tak pupus begitu saja, ia terus berjuang untuk kaum wanita, mengetahui gelagat Kartini yang teguh, ternyata sang suami akhirnya turut mendukung, hingga Kartini berhasil mendirikan sekolah wanita yang dinamai Sekolah Kartini diberbagai tempat, seperti di Jogja, Semarang, Surabaya, Cirebon dan daerah lainnya.

Namun RA. Kartini harus tutup usia pada 17 September 1904, setelah kelahiran putranya, usianya kala itu 25 tahun. Untuk mengenang perjuangan Kartini salah seorang sahabatnya Mr Abendanon membukukan surat Kartini yang pernah dikirimkan pada sahabatnya di Eropa dengan judul "Doorduisternis Tot Licht atau Habis Gelap Terbitlah Terang".

Inilah sekilas perjuangan Kartini pada masa itu, hingga setiap 21 April di peringati sebagai hari Kartini, saat itu Kartini terus berupaya bagaimana berjuang tentang Emansipasi dan Non-Diskriminasi dengan begitu gigih dan memiliki prinsip dan keyakinan yang teguh akan nilai yang diperjuangkannya. Kecerdasan dan cara pandangnya yang visioner menembus zaman dan melintasi generasi ke generasi.

Kemudian seperti apa emansipasi wanita itu hingga sekarang?

Kalau mau jujur dengan menilik dari sudut pandang secara luas hingga kini para wanita di negeri ini masih bisa dikatakan belum memperoleh kebebasan dalam berbagai hal. Selain itu masih terdapat opini Pro dan Kontra tentang penetapan peringatan tanggal lahir RA. Kartini.

Ada opini yang mengatakan pemerintah pilih kasih dengan pahlawan wanita lainnya, karena Kartini berjuang tidak memanggul senjata dan berjuang hanya didaerah Jepara dan Rembang saja, berbeda dengan pahlawan wanita lainnya yang berjuang melawan penjajah dan kontra opini lainnya.

Kemudian ada opini yang mendukung perjuangan Kartini yang bukan hanya pejuang emansipasi wanita saja, tetapi ia merupakan tokoh nasional yang berjuang untuk kepentingan bangsa, karena dari inspirasi, ide dan gagasannya banyak juga wanita di zaman ini menjadi tokoh sentral dan publik figur.

Ibu Menteri Susi Puji A. walau hanya mengenyam pendidikan hingga SMP, namun upayanya untuk maju terus diperjuangkannya, hingga berhasil sekarang ini | Dokumen Liputan 6.com
Ibu Menteri Susi Puji A. walau hanya mengenyam pendidikan hingga SMP, namun upayanya untuk maju terus diperjuangkannya, hingga berhasil sekarang ini | Dokumen Liputan 6.com

Terlepas dari Pro Kontra tersebut, maka para wanita sekarang ini, dihadapkan dengan tuntutan zaman harus terus gigih berjuang tentang persamaan hak dan menegakan cita-cita Kartini menentang Diskriminasi. Walaupun telah ada keberhasilan para wanita yang telah berhasil menembus emansipasi dan non diskriminasi, namun cita-cita itu masih dirasakan belum sepenuhnya terwujud, masih banyak ditemukan berbagai perlakuan yang tidak adil terhadap wanita di negeri ini.

Oleh karena itu, perjuangan wanita belum berakhir, maka wanita saat ini kiprahnya harus bisa membuktikan dan menunjukan serta mengembangkan berbagai potensi dan talentanya, apalagi dihadapkan kemajuan zaman. Disamping Kodratnya sebagai wanita, maka wanita tetap memiliki hak untuk berkarier secara serasi, selaras dan seimbang demi cita-cita bangsa yang telah diperjuangkan dan hal ini pastinya akan turut memajukan bangsa Indonesia yang kita cintai bersama ini.

Salam hangat.

Sigit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun