wisata ke sebuah tempat pesona alam yaitu Telaga Sarangan.
Hari yang cerah saat bersantai dan bercengkrama dengan pagi membuat saya dan istri begitu menikmati kisah indah ini di kampung cigrok tempat bude dan pakde saya di Magetan. Daerah Magetan berada dikawasan Lereng gunung Lawu. Hari itu saya, istri dan keluarga akanDari rumah bude dan pakde di Cigrok Magetan, saya perkirakan jarak menuju ke Sarangan sekitar 25 kilometer, bisa menggunakan kendaraan pribadi atau dengan transportasi umum.
Sepanjang perjalanan saja sudah begitu kami nikmati  keindahan panorama tawangmangu, ditambah lagi dengan pemandangan perbukitan dan pemandangan gunung lawu yang terlihat jelas di depan mata. Kamipun melalui tanjakan-tanjakan yang berkelok-kelok dan cukup curam.
Sejenak kami berhenti di kawasan agro kebun strawberry. Sekalian juga beli oleh-oleh buah strawberi yang sebenarnya bisa diambil sendiri sesuai pilihan dan tak lupa kami berpose swafoto nih, hehehe.
Alhasil akhirnya sampai juga nih, di sekitar kawasan Sarangan, harga tiket masuk kawasan ini sebesar 15 ribu rupiah. Ditambah dengan biaya parkir untuk mobil sebesar 7 ribu rupiah.
Di kawasan ini juga tersedia penginapan dan juga homestay dengan berbagai macam harga yang disesuaikan dengan fasilitas yang disediakan sesuai keinginan kita.
Keindahan Telaga Sarangan memang tidak diragukan lagi cantik, menawan dan sangat Eksotis, saya dan keluarga begitu puas dan bahagia rasanya menikmati pesona sarangan ini.
Dari berbagai informasi telaga ini berada di ketinggian 1200 mdpl. Dengan luas wilayah kurang lebih 30 ha. Dan kedalaman air yang mencapai 28 meter. Daya tarik utama kawasan ini terletak di telaganya. Untuk menikmatinya  bisa menyewa perahu di telaga ini dengan harga 50 ribu rupiah.
Kita akan diajak berkeliling telaga selama 2 putaran dengan kecepatan yang cukup mendebarkan jantung, namun tetap asyik kami nikmati. Selain wahana kapal, kita juga bisa menggunakan jasa naik kuda, untuk berkeliling disekitar telaga, selain itu juga bisa beli cinderamata kaos dan berbagai macam souvenir cantik lainnya dan menikmati sate kelinci yang ada di kawasan tersebut.
Ada kisah mitos dan sejarah tradisi yang melegenda yang turun temurun dari cerita rakyat dan rata rata berbagai sumber menceritakan hal yang sama, yaituÂ
Bahwa asal-usul dari Telaga Sarangan berawal dari cerita mengenai sepasang suami istri yang tinggal di hutan lawu bernama, Kyai Pasir (Kyai Jailung) atau (Nyai Jailung). Mereka tinggal di sebuah rumah pondok di hutan.
Rumah pondok tersebut terbuat dari kayu. Walaupun , terbuat dari kayu. Namun, kedua pasangan ini sudah merasa aman dan tidak merasa terganggu. Mereka yang sudah tinggal lama di hutan, seperti sudah mengerti bagaimana karakter hewan buas. Jadi, mereka pun tetap aman walaupun hanya sebuah pondok.
Suatu hari, kyai pasir pergi ke ladang untuk bertanam. Ladang tersebut berada di tengah hutan yang menyebabkan kyai pasir harus menebang hutan satu per satu agar bisa berjalan ke sana. Kyai Pasir pun dikejutkan dengan penemuan telur ayam di sebuah pohon yang akan beliau tebang.
Kyai pasir pun membawa pulang telur tersebut. Diberikanlah telur itu kepada nyai pasir. Kemudian, mereka sepakat untuk merebus telur tersebut. Setelah mereka makan, kyai pasir pun melanjutkan kembali aktifitasnya di ladang. Sesampainya, di ladang hal aneh pun terjadi. Tiba-tiba kyai pasir merasa kesakitan.
Seluruh tubuhnya kaku dan dia pun berbaring ke tanah dan berguling ke sana kemari. Hingga, dia pun berubah menjadi seekor naga besar. Kejadian yang sama pun terjadi kepada nyai pasir yang berlari meminta pertolongan dengan pergi ke ladang. Tetapi, sesampainya di ladang, nyai pasir bertemu dengan sosok ular naga.
Nyai pasir yang ketakutan pun terjatuh dan tersungkur ke tanah. Kemudian berguling-guling hingga menjadi seekor naga. Kedua naga itu pun terus saja berguling-guling hingga membentuk sebuah cekungan dan semakin dalam. Tiba-tiba didalam tanah munculah air dan secara sekejap air tersebut menjadi banyak memenuhi cekungan tersebut.
Oleh karena itu, para warga menjuluki kawasan ini sebagai Telaga Pasir. Karena, kisah kyai dan Nyai pasir yang melegenda dan menjadi cikal-bakal dari terbentuknya telaga sarangan.
Di tengah-tengah telaga sarangan terdapat sebuah pulau yang konon berisi makam 3 orang sakti bernama syekh mundur, Nyai Ramping dan Joko lelono. Selain ditunggu oleh seekor ular naga, kawasan ini juga ditunggu oleh seekor harimau putih yang baik dengan menjaga kawasan ini.(Sumber)
Begitulah mitos dan cerita yang melegenda hingga sekarang yang dipercaya oleh masyarakat, terlepas dari itu, kami sangat puas menikmati keindahan alam ini, pesona Telaga Sarangan yang selalu terkenang dihati.
*****
Salam hangat.
Sigit.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H