Media TV saat ini masih mengesampingkan kepentingan publik dan disinyalir masih mengutamakan rating dan iklan, mayoritas stasiun TV terkesan mengabaikan dampak negatifnya. Sehingga masyarakat dibiarkan sendiri menyaring tayangan mana yang layak ditonton, dan mana yang tidak layak ditonton.
Banyak tayangan televisi yang tidak mempertimbangkan unsur edukasi dan aspek psikologis, sesungguhnya juga betapa besar peran industri media TV dalam membentuk pola pikir dan perilaku, gaya hidup dan serapan nilai konsumerisme karena televisi juga menjadi bagian dari realitas sosial. Â
Artikel lainnya.
Tayangan yang seperti apa sih ?
Contohnya saja acara infotainment, target pemirsa infotainment dibangun berdasarkan stereotifikasi terhadap sifat antagonis, iri, dengki, gosip, gibah dan lain sebagainya, Â apalagi acara tersebut begitu mendominasi.
Mulai pagi, beberapa stasiun televisi sudah menghadirkan isu-isu dan gosip hangat tentang para artis bahkan acara itu masih akan berlanjut sesuai segmen hingga sore habis maghrib. Tentunya dengan format dan stasiun televisi yang berbeda.
Sepak terjang tayangan infotainment memang bisa dibilang sangat spektakuler, Â Buktinya, stasiun televisi seakan berlomba menayangkan program acara yang menyajikan berita seputar selebritis ini.
Lalu timbulah pertanyaan lagi, bagaimana dengan acara lainnya seperti realiti show dan sinetron ?
Jawabanya hampir sama saja dengan penjelasan tentang infotainment. Kita bisa lihat dan boleh dicoba sendiri kalau di prosentasekan berapa persen sih tayangan yang mendidik.Â
Artikel lainnya.
60 persen adalah tayangan infotainment, sinetron, realiti show dan film
20 persen adalah tayangan iklan
10 persen adalah tayangan berita dan informasi.
5 persen adalah tayangan edukasi.
5 persen adalah tayangan lainnya seperti olah raga, kuliner  dan sebagainya
Sungguh Ironi!
Apasih sebenarnya yang jadi konteks utamanya?
Fenomena seleb sebagai public figure adalah sorotan dan panutan. Sebenarnya yang namanya public figure atau selebritis tidak hanya artis yang profesi sebagai bintang film, sinetron, penyanyi, musisi, presenter kondang, dan laing sebagainya. Akan tetapi juga termasuk politikus, ustadz, olahragawan, dan lainnya.
Kemudian negara Indonesia telah mengusung kebebasan berpendapat dan termasuk kebebasan pers. Inilah yang menyebabkan hal tersebut berkembang biak dan bahkan telah menjamur di Indonesia.
Ironi, miris dan prihatin bahwa masyarakat kita disuguhi tayangan-tayangan rahasia pribadi para selebriti kita, mulai dari gaya hedonisme mereka, cara pacaran mereka, pernikahan terselubung mereka, perselingkuhan mereka, pisah ranjang mereka, perceraian mereka dan lain sebagainya. Semuanya dijadikan tontonan, istilah tontonan jadi tuntunan dan tuntunan jadi tontonan seolah menjadi slogan yang kontrovesi namun melekat pada media Televisi.
Apa yang harus ditegaskan? dan siapa yang berwenang? jawabanya hanya tiga kata Aturan dan Pemerintah.
Untuk penyiaran sehat dan berkualitas.
Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H