Tapi ketika hilang nafsu makanmu, gelisah bayangi diamu, ganjil tiba sikapmu, khayal sudah ucapmu, resah tampak tidurmu, itulah saat ibumu ini merisaukanmu, kasih hati nuraniku, membuncahkan tetes-tetes air mataku.
Ibu sayang padamu nak, walaupun apapun keadaanmu, kau mungkin tak bisa gantikan peran mendiang ayahmu, secara lahirmu sesungguhnya kau beban hidupku, tapi nanti hakikimu siapalah yang tau, tapi ibu rela nak, justru bersyukur karena semakin dekatku pada-NYA.
Anakku lihat ibu nak, walau dengan otot dan tulang menua, ibu semangat nak bekerja mengais sisa sisa rezeki walaupun keringat yang kering kuperas lagi, ini demi kau nak, lihat nak, kedekatanku pada-NYA, ibu terus bersujud memuji, melepas beban beban ini, munajat pada Ilahi untuk kehidupan kita dan harap sembuhmu.
***
Masya Allah, sebuah alunan hidup yang membuat saya terhenyak dan tersentak dalam diam, kehadiran janda tua itu dilintas hidupku, menyadarkanku seolah mencubit hatiku dan mengejeku, tiada terbandingkan deritanya dengan segala rezeki yang sudah dicurahkan padaku.
Ibu janda tua itu mungkin dimata manusia, rendah tak dihiraukan, tak ada harta dan kuasa, serta berbagai atribut keduniawian, tapi disisi Ilahi begitu dimulyakan.
Wahai ibu janda tua dan anakmu yang skizofrenia, sabar ya bu, semoga ibu diberi kekuatan, Insya Allah ibu akan mendapatkan kebahagian kekal, ibu tidak memiliki apa yang dimiliki kebanyakan orang, namun ibu memiliki apa yang tidak dimiliki kebanyakan orang.
Kuselipkan uang seratus ribuan untuknya bukan untuk ada apa apanya, tapi bentuk hadir imanku karnanya, yang tersadar karena hadirnya, yang hadir layaknya reinkarnasi para wali.
***
Salam 51
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H