Mohon tunggu...
Sigit Eka Pribadi
Sigit Eka Pribadi Mohon Tunggu... Administrasi - #Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#

#Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#Menulis sesuai suara hati#Kebebasan berpendapat dijamin Konstitusi#

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Gadget pada Pola Komunikasi Anak

15 Februari 2019   07:37 Diperbarui: 15 Februari 2019   08:09 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


"Aku ingin seperti handphone" ujar seorang seorang kecil dengan penuh kepasrahan yang disertai tatapan polos, namun menyiratkan kesedihan.

 

Ilustrasi yang saya sampaikan di atas, pada masa kini bukan sekedar ilustrasi semata. Hal ini dikarenakan ilustrasi tersebut sudah menjadi kenyataan di kalangan masyarakat.

Perkembangan teknologi informasi yang begitu cepat, awalnya diciptakan untuk memberikan kemudahan bagi segala  urusan manusia. Berbagai macam jenis teknologi yang tidak terhitung jumlahnya dapat kita jumpai di zaman yang disebut dengan zaman modern ini.  Salah satu contoh teknologi yang sangat popular bahkan bisa dikatakan memegang peranan penting pada zaman modern ini adalah gadget.

Dengan gadget kita bisa mendapatkan informasi dengan begitu mudahnya. Apa yang terjadi di belahan dunia lain dalam hitungan detik,  bahkan sepersekian detik dapat diketahui di belahan dunia lainnya. Itulah hebatnya gadget yang merupakan hasil dari perkembangan teknologi informasi. Selain kemudahan mendapatkan informasi, keberadaan gadget juga memudahkan kita dalam berkomunikasi tanpa memandang perbedaan waktu dan  jarak yang terbentang.

Sebelumnya sama sekali tidak pernah terbayangkan bahwa kita dapat berkomunikasi dengan orang lain yang berada sangat jauh dengan kita. Namun, dengan keberadaan gadget seperti saat ini sangat memungkinkan hal tersebut terjadi. 

Seseorang yang terpisah oleh jarak ribuan kilometer masih dapat berkomunikasi dan bertatap muka dengan mudah melalui gadget melalui aplikasi video call. Sehingga muncul pendapat  bahwa "teknologi membuat yang jauh menjadi dekat".

Hal tersebut memang benar adanya bahwa dengan keberadaan gadget sebagai konsekuensi logis dari pesatnya perkembangan teknologi informasi, membuat dunia seolah-olah menjadi tidak berbatas dengan apapun. Tidak berbatas waktu dan tidak berbatas jarak. Dengan gadget  semua dengan cepat mudah dijangkau.

Pada masa sebelumnya, gadget masih tergolong sebagai barang tersier, hanya dapat dijangkau oleh kalangan tertentu saja. Pada masa itu gadget dibandrol dengan harga yang relatif mahal. Namun, di masa sekarang harga sebuah gadget relatif terjangkau, sehingga gadget bukanlah barang tersier, tetapi sudah  menjadi barang primer bahkan sudah menjadi kebutuhan pokok bagi manusia modern. 

Hal ini dapat dilihat dari kenyataan dalam masyarakat bahwa  bermain gadget sudah menjadi hal yang biasa, bahkan bagi anak-anak pada usia dini.  Pada kenyataannya banyak anak usia Sekolah Dasar, bahkan anak usia PAUD sudah memakai atau memiliki gadget berupa smartphone yang merupakan pemberian dari orangtuanya sendiri, yang terkadang keadaan perekonomiannya masih dapat dikatakan  "pas-pasan". 

Saat ini  gadget dimiliki oleh hampir semua kalangan masyarakat , termasuk anak-anak. Sudah menjadi pemandangan yang biasa jika sejak usia dini anak telah berkenalan dan cukup akrab dengan gadget.

Namun keberadaan  gadget diibaratkan pisau bermata dua. Sisi lain memberikan kemudahan dan kenyamanan, namun di sisi lainnya memberikan dampak negatif yang cukup signifikan. Untuk selanjutnya dalam pembahasan artikel ini, untuk memfokuskan penulisan gadget akan penulis batasi cakupannya. Gadget yang dimaksud di sini merujuk pada handphone.

Saat ini  sering kita jumpai dengan dalih agar  buah hatinya anteng, tidak rewel  dan diam, orangtua dengan entengnya memberikan handphone.  " Biar kerjaan lebih cepat selesai bu, soalnya kalau anak saya mainan hp, anak saya diam dan anteng bu, jadi saya bisa mengerjakan pekerjaan yang lain".  

Kenyataan inilah yang sepatutnya menjadi keprihatinan kita bersama, seringkali kita melihat seorang bayi yang usianya masih dalam hitungan bulan oleh orangtuanya sendiri sudah dikenalkan dengan handphone.  Sangat miris, namun inilah kenyataan yang terjadi saat ini.

Pada usia 0-5 tahun, otak anak berkembang dengan begitu pesatnya.Oleh karenanya sering dikenal dengan masa golden age. Semua rangsangan motorik maupun non motorik diterima dengan maksimal pada fase ini. Pada masa-masa inilah, seharusnya setiap orangtua mengenalkan hal-hal yang bersifat positif dan membiarkan anak-anak untuk aktif dan bermain. 

Ya, bermain, inilah kunci dalam memahami anak-anak pada masa ini,  mereka   mempunyai hak untuk berinteraksi dan bermain dengan teman sebayanya.Namun, dengan keberadaan handphone, baik disadari maupun tidak, hal ini tidak lagi menjadi perhatian utama bagi kita sebagai orangtua. Saat ini handphone telah menjadi semacam candu. Bagaimana tidak, ketika bangun dari tidur, hal pertama yang di cari adalah handphone. 

Sama halnya, ketika berkumpul bersama keluarga. Yang dulunya begitu hangat dalam saling ngobrol dan berbincang satu sama lain, namun ketika berkumpul dengan keluarga handphone telah "mengambil perhatian" masing-masing anggota keluarga.  Ketika berkumpul dengan keluarga, masing-masing kita  "sibuk" handphone masing masing.

Maka tidak jarang kita melihat sebuah keluarga makan yang makan bersama  di suatu tempat, duduk bersama saling berdekatan  namun tidak berinteraksi satu sama lain, tidak saling berbincang karena masing-masing sibuk dengan dunianya sendiri, "asik" dengan handphone masing-masing. Apatis dengan lingkungan di sekitar mereka, bahkan dengan satu sama lain. 

Pergeseran perilaku seperti ini berimbas pada pola komunikasi orangtua dengan anak. Komunikasi orangtua dan anak  seharusnya bersifat dialogis, dua arah atau saling timbal balik. Namun kecenderungan yang terjadi sat ini adalah komunikasi satu arah saja, itupun mempunyai kecendurangan hanya melalui handphone.

Semua komunikasi dilakukan melalui handphone, baik lewat aplikasi WA maupun aplikasi yang lain.  Orangtua yang seharusnya menjadi panutan bagi anak anak, bersifatacuh tak acuh terhadap kondisi anaknya. Kondisi seperti ini dalam ilmu parenting disebut sebagai neglectful parenting. 

Neglectful parenting sebagai  cara pengasuhan dari orangtua yang bersifat acuh tak acuh terhadap kebutuhan anak, baik kebutuhan fisik maupun kebutuhan non fisik (mental). Kebutuhan non fisik inilah yang sering kali masih dianggap sebelah mata oleh sebagian orangtua. 

Orangtua lebih fokus pada kesibukannya masing-masing dengan dunia masing-masing.  Ayah, yang seharusnya menjadi panutan dalam keluarga sibuk dengan handphone dalam rangka mengurus pekerjaannya,  Ibu, yang seharusnya menjadi tempat curahan hati sang anak juga sibuk dengan kegiatannya sendiri. Komunikasi yang berjalan antara ayah, inu dan anak hanya bersifat normatif saja.

Kesibukan orangtua seperti ini  tentu saja berpengaruh pada pola pengasuhan anak. Kondisi mental anak sangat mungkin  terganggu. Anak akan merasa disisihkan, diabaikan, atau tidak diperhatikan. Akibatnya, tidak jarang  di era modern ini banyak anak yang semakin apatis dengan lingkungan di sekelilingnya. Ia bersikap apatis karena dia merasa telah diacuhkan oleh kedua orangtuanya yang semestinya memberikan perhatian. 

Timbul perasaan "buat apa aku peduli kalau aku saja tidak dipedulikan oleh orangtuaku". Rasa keterikatan dalam keluarga yang semakin memudar secara tidak langsung juga mempengaruhi  pola komunikasi, begitu juga sebaliknya. Komunikasi yang "ala kadarnya" tanpa menyentuh esensi menjadi komunikasi yang hambar.

Semakin hari anak-anak semakin sulit untuk berinteraksi dengan berkomunikasi dengan lingkungan, bahkan dengan lingkungan terdekatnya. Hal ini disebabkan oleh, satu, semakin renggangnya intensitas  komunikasi yang baik antara orangtua dan dua, sejak usia dini anak-anak yang telah berteman akrab dengan handphone, sehingga larut  dengan dunianya sendiri,  anak-anak semakin jarang berinteraksi dengan teman sebayanya, dimana seyogyanya bermain dan berinteraksi adalah  merupakan kebutuhan dasar anak-anak. Lapangan tempat  bermain sekarang semakin lengang, jarang  dikunjungi oleh anak-anak.

Biarkan anak-anak kita bermain dengan kawan sebayanya, karena dengan bermain inilah anak-anak belajar untuk bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya. Dunia anak adalah dunia bermain.  Semakin sering anak bersosialisasi maka semakin tinggi rasa percaya dirinya. Bermain bersamapun akan membuat anak belajar untuk  peduli dengan sesama dan tidak bersifat apatis dengan lingkungan di sekitarnya.

Dunia anak adalah dunia yang indah yang tidak akan pernah terulang kembali, oleh karena itu menjadi kewajiban kita sebagai orangtua untuk lebih memperhatikan pola-pola pengasuhan yang baik pada anak. Pola pengasuhan yang komunikatif, serta bersifat dialogis akan membuat anak merasa dicintai.

Pola pengasuhan anak yang tepat akan membuat relasi antara orangtua dan anak semakin erat.  Biarkan anak-anak tumbuh dan berkembang  tanpa ada pengaruh negative dari gadget. Orangtua tetap perlu untuk memberikan batasan serta aturan  yang jelas kepada anak. 

Selalu libatkan anak dalam pengambilan keputusan dalam setiap langkah hidupnya, sehingga sedari kecil anak sudah mempunyai rasa tanggung jawab kepada dirinya dan kepada keluarganya.

Anak adalah harta yang paling berharga bagi setiap orangtua dan merupakan titipan dari Tuhan. Oleh karena itu sudah seharusnya kita memberikan yang terbaik dari kita untuk selalu mendidik dan menjaganya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun