[caption caption="sumber : http://bola.liputan6.com/read/2271196/low-bicara-kepindahan-schweinsteiger-ke-mu"][/caption]Rasa penasaran Joachim Loew terhadap Piala Dunia sudah terjawab. Bukan cuma Piala Dunia direngkuh, melainkan torehannya bahkan sangat manis dirasa. ‘Membantai’ tuan rumah Brasil 7 – 1 di semifinal, mempecundangi Lionel Messi dan sederet bintang Argentina di final. Mengembalikan keperkasaan Jerman di kancah sepak bola dunia.
Satu trofi mayor lagi yang masih membuatnya harap-harap cemas, akankah sekali dalam karir kepelatihannya membesut Tim Panser, ia bisa menyandingkan trofi Piala Dunianya dengan tofi Henry Delauney sebagai juara Eropa. Jika bisa, wah... ia bisa membuat klub sendiri dengan Vicente Del Bosque, sebagai pelatih yang menyandingkan Piala Dunia dengan Piala Eropa untuk tim nasional yang dilatihnya.
Ada tiga tim yang diunggulkan berdasarkan catatan mereka sebelum akhirnya memastikan diri lolos ke Perancis. Meski punya liga ‘terbaik di dunia’, Timnas Inggris dikenal ‘melempem’ dalam percaturan sepak bola Eropa dan dunia. Di Piala Dunia lalu bahkan mereka tak lolos dari fase grup.
Tapi Inggris melaju ke Perancis 2016 dengan catatan sempurna. Mereka memetik kemenangan dalam semua pertandingan dan tak tergoyahkan di puncak Grup E. Bersinarnya Harry Kane bersama Tottenham Hotspur menembus dominasi ‘bintang asing’ di Liga Inggris berbanding lurus dengan kiprahnya bersama timnas Inggris. Imbasnya, Inggris lantas menjadi perhatian lebih serius bagi (terutama) tim-tim yang berada dalam satu grup.
Selain Inggris yang menjadi satu-satunya tim dengan catatan sempurna di kualifikasi menuju Euro 2016 Perancis, ada Spanyol yang meski sempat dikalahkan Slovakia di pertandingan kedua kualifikasi Grup C, tapi mereka akhirnya tetap menjadi yang terbaik di grup C.
Spanyol sudah tiga kali menjadi juara Eropa. 1964, 2008, dan 2012. Menyandang status juara bertahan yang sebelumnya bahkan juara dua kali berturut-turut membuat Spanyol tetap diunggulkan meskipun mereka ‘hancur lebur’ di Piala Dunia 2014 lalu, dan kini banyak pemain andalan (dari generasi emas mereka) mereka yang sudah ‘uzur’ (sebagian malah sudah pensiun).
Kiprah mereka sepanjang 2008 sampai 2012 lah penyebabnya. Generasi emas mereka begitu mempesona Eropa dan dunia sepanjang waktu tersebut. Walaupun gagal di Piala Dunia 2014, setelah gilang gemilang di Piala Dunia 2010, Spanyol yakin menatap Euro 2016 dengan catatan bagus sepanjang kualifikasi.
Catatan Spanyol ini yang sedang menjadi mimpi bagi seorang Joachim Loew. Ia yang menggantikan Juergen Klinsmann (yang gagal di Piala Dunia 2006) sempat digoyang isu permintaan mundur dari jabatan pelatih timnas Jerman lantaran gagal dalam final Euro 2008 melawan Spanyol. Tapi ia keukeuh tak mau mundur, karena masih penasaran dengan Piala Dunia 2010. Di Piala Dunia 2010 ia kembali gagal karena, lagi-lagi, disingkirkan Spanyol (yang sedang bagus-bagusnya) di semifinal.
Sakit.
Tapi Loew memang tak pernah ingin mundur. Ia kembali menambatkan harapannya di Euro 2012 Polandia – Ukraina. Sekali lagi ia masih gagal. Jerman tersingkir di semifinal oleh Italia.
Ia kapok? Tidak, harapan kembali ia tanam untuk Piala Dunia 2014 di Brasil. Seperti Thomas Alfa Edison yang tak pernah menyerah sebelum berhasil, Joachim Loew terus menyalakan harapannya pada keberhasilan membawa Jerman menjadi juara.
Dan akhirnya ia berhasil. Jerman menjadi juara Dunia kali keempat dengan catatan manis. Kegigihannya berjuang dan merawat harapan membawanya pada pada yang ia idam-idamkan.
Apakah ia sudah puas? Belum, saudara. Ia tidak lupa dengan harapannya di Piala Eropa. Kegagalan di dua Piala Eropa sebelumnya hanyalah sesuatu yang membuat rasa penasarannya semakin memenuhi ubun-ubunnya. Meskipun ia gagal di dua Piala Eropa sebelumnya, hasrat juara tetap dimilikinya.
Daftar motivasi Loew di Euro 2016 makin berderet bukan hanya karena ia gagal di dua edisi sebelumnya, tapi kini bertambah dengan hasrat yang jika dijabarkan dengan kata-kata kira-kira berbunyi, ‘menyandingkan gelar juara dunia dan gelar juara Eropa’. Ini adalah kesempurnaan jika Loew benar-benar bisa mengantarkan Jerman menguasai tanah Eropa tahun ini, setelah ‘menguasai dunia’ dua tahun lalu.
Jerman, waktu masih bernama Jerman Barat pernah mengawinkan gelar Piala Eropa 1972 dan Piala Dunia 1974. Tapi itu sudah puluhan tahun lalu dan itu tak melibatkan Loew dalam bentuk apa pun.
Menurut saya, peluang Loew untuk itu sangat besar mengingat Jerman masih diperkuat sebagian besar penggawa mereka yang sukses di Brasil yang tentu saja masih sama kental dengannya dalam motivasi.
Jika Spanyol bisa, mengapa Jerman tidak.
Kita tunggu saja, apakah Inggris akan sama sempurna seperti dalam kualifikasi, atau kembali melempem seperti yang sudah-sudah. Atau, Spanyol bisa mempertahankan gelarnya sehingga menjadi rekor tiga gelar beruntun, atau luluh lantak lagi. Atau, Joachim Loew mencatatkan kesempurnaan untuk Jerman, atau... malah tim lain yang berjaya.
Piala Eropa terlalu menarik untuk tidak ditunggu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H