[caption caption="sumber : http://sexybola.com/gambar-wallpaper_santiago_bernabeu_real_madrid_-terbaru_2015_2016/"][/caption]
Â
Sekarang ini sedang kembali ramai diperbincangkan soal venue yang akan menjadi tempat dihelatnya final Copa Del Rey edisi 2015/2016. Tampaknya pihak federasi sepak bola Spanyol tak pernah punya agenda khusus mengenai tempat dihelatnya partai final Copa Del Rey, sehingga setiap turnamen ini sudah mengerucut pada dua tim yang berhak tiket final, selalu muncul masalah mengenai tempat di mana pertandingan final harus digelar.
Tidak seperti final Piala FA di Inggris yang sudah pasti punya satu tempat, yaitu Stadion Wembley. Atau UEFA, yang sudah memilih kota dan stadion untuk final Liga Champions dan Liga Europa jauh sebelumnya, setiap tahun tempat yang akan menjadi venue laga final Copa Del Rey selalu menjadi ‘keributan’ tersendiri.
Jika federasi memiliki kebijakan dengan menentukan tempat untuk partai final jauh sebelum turnamen dimulai, barangkali tak akan memunculkan perdebatan. Jadi meskipun salah satu tim yang kemudian tampil di final adalah tim yang bermarkas di stadion yang ditunjuk sebagai tempat pertandingan final, hal itu tak akan menjadi masalah lagi.
Sebagaimana tahun lalu, setelah kembali memastikan satu tiket ke final tahun ini, Barcelona kembali mengusulkan Stadion Santiago Bernabeau sebagai tempat netral bagi mereka dan lawan mereka di final, Sevilla. Tapi sekali lagi Real Madrid tak rela markas mereka menjadi ajang pertandingan final Copa Del Rey.
Sudah menjadi rahasia umum jika Madrid tak pernah rela markas mereka menjadi tempat dilangsungkannya pertandingan final Copa Del Rey jika salah satu tim yang tampil di final adalah seteru mereka, Barcelona. Mereka bahkan tetap menolak pertandingan final di Santiago Bernabeau meskipun lawan Barcelona di final adalah mereka sendiri.
Suka atau tidak, Real Madrid memiliki ‘pengaruh lebih’ alih-alih sebuah klub peserta kompetisi dan turnamen yang seharusnya tunduk pada federasi yang menaunginya. Real Madrid adalah klub kebanggaan dan simbol kebesaran Kerajaan Spanyol yang (sepertinya diberi porsi) istimewa. Sampai federasi pun tak pernah dengan tegas menentukan tempat final Copa Del Rey jauh sebelum final akan berlangsung.
Madrid adalah tim yang selalu ‘berkepentingan’ terhadap partai final Copa Del Rey, tak peduli mereka tampil di final atau tidak, mengingat seteru mereka, Barcelona, bisa dibilang adalah ‘pelanggan’ partai final dengan peluang yang nyaris sama setiap tahunnya, dan sampai saat ini adalah pemegang gelar terbanyak Copa Del Rey.
Apalagi dalam ajang Copa Del Rey tahun ini, Real Madrid tersingkir ‘dengan tidak terhormat’. Mereka dicoret dari turnamen itu karena kasus memainkan Denis Cheryshev yang masih terkena larangan bermain karena hukuman akumulasi kartu kuning yang didapatnya kala masih membela Villareal dalam ajang Copa Del Rey di musim sebelumnya dan masih berlaku satu pertandingan lagi.
Santiago Bernabeau adalah rumah mereka. Mereka hanya ingin Santiago Bernabeau menjadi tempat mereka mengalahkan musuh dan merayakan kemenangannya. Bukan tempat musuh merayakan kemenangannya, apalagi jika musuh itu bernama, Barcelona.
Itulah mengapa Barcelona dengan semangat Catalan merdekanya, selalu ingin ‘mementahkan keistimewaan’ Real Madrid. ‘Jualan’ mereka sebagai tim ‘yang terdzalimi’ adalah juga kekuatan mereka mematahkan dominasi El Real. Bagi mereka keistimewaan Real Madrid akan sia-sia ketika gelar juara mampu mereka rengkuh semua.
Mereka akan selalu ‘ngotot’ partai final Copa Del Rey digelar di Santiago Bernabeau, karena semangat dan energi mereka yang sangat besar untuk ‘melawan’ keistimewaan dan mematahkan dominasi Real Madrid. Santiago Bernabeau adalah venue besar yang akan menyedot perhatian dunia. Barcelona akan semakin terlihat kinclong di sana dan itulah yang tak pernah diinginkan Real Madrid.
Vicente Calderon, markas Atletico Madrid, atau Mestalla kandang Valencia juga adalah venue-venue besar, tapi nuansanya akan lebih terasa bagi Barcelona jika venue itu adalah Santiago Bernabeau.
Tahun lalu federasi sepak bola Spanyol akhirnya menunjuk Camp Nou sebagai tempat final setelah tarik ulur Santiago Bernabeau menemui jalan buntu. Sekarang Sevilla tak ingin itu terjadi lagi, karena itu berarti setengah kemenangan sudah akan didapat Barcelona jika final dihelat di Camp Nou.
Sekarang ini Barcelona dan Sevilla ibarat dua anak yang akan bermain catur dan berharap seorang teman mereka, memperbolehkan rumahnya menjadi tempat netral untuk bermain. Masalahnya, teman mereka ini adalah seseorang yang memandang rumah sebagai istana agung tempat mereka bertahta dan berkuasa, hanya untuk mereka. Bukan tempat bersuka ria untuk orang lain.
Apakah Real Madrid akan merelakan Santiago Bernabeau untuk final Copa Del Rey?
Terlepas dari ‘misi penting lain’ Barcelona, permintaan laga dilangsungkan di Santiago Bernabeau sebenarnya tidak berlebihan mengingat itu memang tempat netral untuk Barcelona dan Sevilla. Apalagi sebagai stadion yang terletak di ibukota negara akan menjadikan kesan keperkasaan sepak bola Spanyol di mata dunia semakin mengkilap.
Tapi sekali lagi, persaingan dan perseteruan Real Madrid dan Barcelona sudah kadung merasuk ke tulang sungsum. Real Madrid tak peduli dengan kecemerlangan sepak bola Spanyol atau apa pun kecuali jika dari sisi merekalah kecemerlangan itu tampak.
Mereka lebih senang mencatat sukses Euro 2008, Piala Dunia 2010, dan Euro 2012 atas nama Iker Casillas sebagai kapten Real Madrid dan kapten tim nasional, meski kesuksesan itu belum tentu mereka raih tanpa peran vital lebih dari separuh punggawa Barcelona. Mereka tak akan suka sebutan tim nasional Spanyol menumpang era sukses Barcelona satu dekade terakhir. Karena mereka mengidentikkan tim nasional sebagi representasi Real Madrid.
Begitulah yang disukai Madrid. Mereka memposisikan dirinya sebagai penguasa yang tak ingin diganggu, dan sayangnya, Barcelona terlalu liar untuk ditundukkan. Apalagi dalam satu dekade terakhir. Barcelona sungguh-sungguh mengangkangi dan membenamkan Real Madrid menjadi tidak istimewa, karena prestasi-prestasi mencorong El Real (sebagian besar) adalah prestasi ‘masa lalu’, dan hanya sedikit yang update.
Real Madrid sudah memenangi trofi Liga (dan sebelumnya saat masih dalam format Piala) Champions sebanyak sepuluh kali, atau yang terbanyak se-Eropa yang dengan bangga mereka sebut sebagai La Decima. Barcelona baru lima kali. Tapi semua tahu jika empat dari lima gelar Liga Champions milik Barcelona itu didapat dalam satu dekade terakhir, di era persaingan yang sudah semakin ketat. Meski baru lima tapi terasa lebih update.
Pendek kata, apa yang diraih Barcelona dalam satu dekade terakhir benar-benar membuat Real Madrid seakan hanya tim yang cemerlang di masa lalu. Jadi menyaksikan seteru mengangkat Piala di rumah anda memang akan terasa seperti mimpi buruk, berapa pun rumah anda disewa untuk itu.
Saya tidak fanatik kepada salah satu klub di atas. Tapi pada dasarnya begitulah persaingan kedua klub penguasa sepak bola Spanyol itu, sampai menyentuh ke hal-hal di luar teknis yang terkadang terasa lucu. Tapi apa pun itulah sepak bola, tidak ada sisi yang tidak digunakan sebagai kemasan iklan penarik perhatian. Bisa jadi, apa yang dari luar kita lihat seperti itu, di dalamnya sana berbeda sama sekali. Maksudnya, itu adalah marketing bagi keduanya, demi sekali lagi, keuntungan bisnis.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H