Mohon tunggu...
Siti Fakhriyyah
Siti Fakhriyyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Hubungan Internasional UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Dream the Impossible

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sejarah dan Relevansi Wajib Militer sebagai Kebijakan Pertahanan Korea Selatan

19 April 2022   23:44 Diperbarui: 19 April 2022   23:52 791
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kebijakan selanjutnya yaitu pada Agustus 2018 Kementerian Pertahanan Korea Selatan melakukan uji coba memperbolehkan peserta meninggalkan tempat pelatihan untuk urusan pribadi sebanyak dua kali dalam sebulan. 

Uji coba tersebut ternyata menuai banyak manfaat dan membuat komunikasi antara militer dengan masyarakat sipil menjadi sipil menjadi semakin baik serta moral prajurit juga semakin meningkat Selain itu, peserta tetap dapat mengurus persoalan pribadi, mengembangkan keterampilan, mendapat perawatan medis di luar kamp militer dan memiliki istirahat cukup untuk melanjutkan tugas. Pada Februari 2019, masa uji coba berakhir dan kebijakan itu pun diterapkan secara permanen.

Sistem Wajib Militer Apakah Masih Relevan?

Menurut Penulis, kebijakan wajib militer Korea Selatan ini telah mendapatkan banyak modifikasi dalam penyesuaiannya terhadap sikap masyarakat yang mengalami perubahan untuk mengikuti perkembangan zaman, Jika dibandingkan dengan sistem wajib militer pada masa lalu yang cenderung otoriter, pada masa ini sistem tersebut telah dapat berhasil mengikuti perkembangan masyarakat Korea Selatan sebagai negara demokrasi.

Ketegangan hubungan dan ancaman nuklir dari Korea Utara juga menjadi faktor kuat mengapa sistem wajib militer tidak dihapuskan. Misalnya baru-baru ini terjadi ketegangan ketika Korea Utara memberikan ancaman kepada Korea Selatan untuk menyerang Seoul. 

Hal ini terjadi dikarenakan Menteri Pertahanan Korea Selatan, Suh Wook memberikan pendapat bahwa kemampuan militer mereka cukup kuat untuk menyerang Korea Utara. Perkataan Menteri Pertahanan Korea Selatan ini membuat panas Korea Utara, adik Kim Jong Un, Kim Yo Jong berkata bahwa pendapat tersebut malah menjadikan hubungan antara dua negara tersebut semakin keruh. Ia juga menegaskan bahwa Korea Utara siap menggunakan senjata nuklir mereka jika Korea Selatan menyerang. 

Reunifikasi juga dapat dikatakan sulit untuk terjadi terutama faktor dari masyarakat Korea sendiri yang saling berseberangan dalam hal ideologi. Dengan keadaan yang masih memanas seperti ini, maka kebijakan wajib militer menjadi sangat penting untuk tetap dilaksanakan oleh Korea Selatan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun