Mohon tunggu...
Sifa Sanjurio
Sifa Sanjurio Mohon Tunggu... Dosen - Traveler

Perempuan asli Cianjur Jawa Barat Indonesia yang bercita cita ingin membahagiakan Ummi tercinta. Pernah kuliah di UIN Ciputat, UI salemba dan Tehran University. Open Minded, Cinta NKRI. Farsi in advance. sifasanjurio@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mahasiswa, Puasa, dan uniknya acara Lailatul Qadar di Tehran..

20 Juli 2014   22:50 Diperbarui: 18 Juni 2015   05:46 1063
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Prolog

Ini puasa Ramadhan kelima yang saya jalankan di Iran, kebetulan semua pada musim panas, dan sebelumnya saya sudah menulis juga pengalaman puasa disini (http://luar-negeri.kompasiana.com/2012/07/20/intip-kebudayaan-puasa-di-iran-yuk-479415.html)

Ketika saya membaca kembali dua tulisan yang lalu disini, tak terasa banyak sekali perubahan perubahan yang saya rasakan setelah menjelang lima tahun saya tinggal di Iran. Diantaranya yang paling mencolok adalah harga Dollar, dulu pada tahun 2012 saya tulis harga dollar 24 ribu riyal Iran satu dollarnya, harga yang sangat fantastik sekali dan orang orang yang bergaji dollar atau yang mempunyai dollar disini, bisa mendadak kaya. Sekarang 2014 harga dollar sudah semakin tinggi seiring dengan makin tingginya harga barang barang disini, yaitu sekitar 31 atau 32 ribu riyal Iran.

Pendapatan Mahasiswa berkurang

Mahasiswa yang mendapat beasiswa dari pemerintah Iran hanya bisa 'gigit jari' dan pasrah serta berusaha semampu tenaga dan kekuatan untuk dapat bertahan hidup disini, karena tidak ada kenaikan beasiswa yang 'berarti' jika dibanding dengan naiknya harga barang barang yang berlipat lipat. Ditambah KBRI Tehran sekarang sudah tidak lagi menggunakan jasa para mahasiswa yang ada disini, dengan alasan tidak ada anggaran untuk membayar mahasiswa. Padahal kalau berfikirnya lebih jauh lagi, mahasiswa disamping bukan hanya sekedar bekerja, mempraktekkan keahliannya berbahasa Farsi juga pengetahuan tentang Iran dan sekitarnya, tetapi juga mereka ikut andil dalam membantu mahasiswa dari segi finansialnya dengan cara terhormat (bekerja sebagai guide). karena Rasulullah pernah bersabda: Tangan kanan ketika bersedekah, jangan sampai tangan kiri mengetahuinya. Bahkan dalam Alquran Allah berfirman: Ketika bersedekah, jangan sampai menyakiti perasaan hati si penerima sedekah. Dan juga Agama sangat 'apreasi' dan menghargai ketika kita bersedekah kepada orang orang fakir miskin atau orang yang membutuhkan dengan tidak 'show up' kepada orang lain (berkeluh kesah atau meminta minta). Jadi sekarang kalau ada tamu resmi dari Indonesia, tidak seperti tiga tahun yang lalu, kita mahasiswa selalu dilibatkan, dan kita merasa senang karena akan mendapat 'ekstra' penghasilan. Sekarang hal seperti ini tidak terjadi lagi. Lokal staf dan ibu ibu DWP (kumpulan para isteri dubes dan diplomat)  yang dilibatkan mengantar antar tamu kemana mana. Mahasiswa hanya tahu ada tamu ketika Wisma Duta mengundang kita untuk bertatap muka bersilaturahmi. Sementara disini tidak seperti di negara Eropa, Barat atau Australia yang diberi kebebasan bekerja untuk para mahasiswa asing khususnya.

Kemarin ada edaran zakat fitrah dari pihak KBRI, dan selama saya dan teman teman disini, tidak pernah kita mendapatkan hak kita sebagai penerima zakat untuk kategori 'ibnu sabil fi sabilillah' (orang yang sedang berada di Jalan Allah untuk menuntut ilmu). Kita mahasiswa hanya satu kali mendapat THR dari salah seorang 'home staff' KBRI Tehran pada tahun 2012 yang peduli dengan kita, alhamdulillah 100 dollar kita dapat. Mahasiswa di Tehran juga tidak banyak, sekarang hanya sekitar 8 orang. Jadi tidak akan sampai membuat 'bangkrut' si pemberi zakat atau sedekah.

Suasana Asrama Mahasiwa

Saya yang tinggal di Asrama puteri Universitas Tehran, seperti tahun tahun sebelumnya, ketika liburan musim panas selama tiga bulan, kebanyakan dari para mahasiswi disini pulang kampung ke negaranya masing masing, atau kalau orang Iran asli, mereka pulang kampung ke kampungnya masing masing, dan Asrama sepi seperti tanah tak bertuan, ditambah Bulan Ramadhan pula, maka bisa diprediksi kapan kehidupan di asrama berlangsung? ya sekitar menjelang buka puasa dan menjelang sahur, selepas itu asrama kembali sepi bak kuburan. Apalagi di tengah cuaca panas yang hampir mencapai 40 derajat celcius lebih, Kamar lebih nyaman dengan 'AC ' yang selalu menemani kita sepanjang saat selama musim panas ini.

Ini tidak berarti kita tidak mempunyai sama sekali kegiatan di bulan Ramadhan ini, seperti biasa pihak Departemen Pendidikan Iran khusus yang menangani mahasiswa asing selalu mengadakan acara iftar atau buka puasa bersama dan ini menjadi ajang silaturahmi dan kebersamaan yang semakin erat antar mahasiswa asing lainnya yang ada di Tehran dari berbagai kampus yang berbeda, karena 'senasib' tidak bisa pulang kampung. Juga khusus untuk Mahasiswa Indonesia yang berjumlah tak lebih dari delapan orang ada kelebihan sendiri, bisa mencicipi makanan Indonesia empat hari selama Ramadhan di KBRI (KBRI mengadakan kegiatan kultum, buka puasa, dan shalat berjamaah tarawih setiap hari Minggu malam di KBRI).

Mengejar Lailatul Qadar

Oh ya, sebelum kita bahas lebih lanjut, perlu saya jelaskan terlebih dahulu apa itu Lailatul Qadar. Lailatul Qadar sebenarnya berasal dari Bahasa Arab dan penjelasannya terdapat dalam Alquran penjelasan apa itu Lailatul Qadar, yaitu dalam Surat AlQadar, Surat ke 97. Lailatul artinya Malam. dan Qadar artinya Takdir. Ada yang menyebutkan bahwa pada malam ini, takdir manusia ditentukan, oleh karena itu kita berharap dan berdoa pada malam ini, agar kita ditakdirkan menjadi manusia yang berguna, bermanfaat, sukses dunia akhirat. Karena pada malam ini juga Alquran sebagai kitab suci umat Islam untuk pertama kalinya diturunkan oleh Allah Swt kepada Nabi Muhammad, dimana para malaikat terutama malaikat Jibril, turun ke dunia ikut mendoakan orang orang yang pada malam ini terjaga sampai waktu fajar tiba.

Ada yang unik dan berbeda di Tehran, bahkan di seluruh Iran, ketika malam ganjil di bulan Ramadhan ini tiba, terutama tanggal 19, 21 dan 23 Ramadhan, dimana seluruh mesjid di seluruh pelosok Iran mengadakan acara untuk menyambut Lailatul Qadar, dan masyarakat Iran akan tumpah ruah membanjiri mesjid mesjid sampai halaman mesjid dan jalan jalan utama kota Tehran ditutup, karpet karpet digelar di jalan jalan tersebut, dan masyarakat mengerjakan shalat malam, dan juga memanjatkan doa munajat yang dipimpin oleh seorang Hujjatul Islam wal Muslimin atau Ayatullah (sebutan untuk orang yang ahli agama di Iran), acara berlangsung dari jam 10 malam sampai jam 2.30 pagi. Bagi mahasiswa Tehran University ada bus service (antar jemput) ke Mesjid Tehran University yang memang selalu mengadakan kegiatan tersebut, disini dikenal dengan nama "Ihya Shab e Qadr" atau menghidupkan malam Qadar.

Malam ini begitu special untuk orang orang Iran khususnya, saya membandingkan dengan penyambutan malam Qadar atau lailatul Qadar di Indonesia, yang hanya dilakukan oleh orang orang tertentu saja di mesjid. Bahkan di Indonesia sepuluh hari terakhir bulan ramadhan justeru sebagian mesjid mesjid sudah mulai kosong ditinggalkan jamaahnya yang sibuk mempersiapkan lebaran (mudik, buat kue, dll). Begitu juga dengan pihak KBRI sekarang tidak ada acara khusus dalam menyambut Lailatul Qadar.

Lain lagi di Iran, yang justeru sebaliknya. Bahkan orang orang yang tidak berpuasa sekalipun, ketika malam Qadar tiba, mereka akan memaksakan ke mesjid. Dan setelah saya mengikuti acara Lailatul Qadar ini baru saya paham kenapa mereka begitu antusias mengikuti acara ini. Acara Ihya shab e Qadar biasanya didahului dengan shalat malam beberapa rakaat, dilakukan secara berjamaah, kemudian membaca Alquran, setelah itu bermunajat lewat doa Jaushan Kabir (kumpulan 1000 pujian untuk Allah Swt, yang sangat menyentuh), dilanjutkan dengan ceramah, dan diakhiri dengan doa dengan meletakkan Alquran di atas kepala kita (sama seperti kita bersumpah di atas Alquran), Ini terus terang sangat menyentuh sekali, hati kita berdesir, berdegup kencang, ketika sang pemimpin doa membimbing kita berdoa dengan dimulai mendoakan manusia yang bermilyar milyar di bumi ini sampai akhirnya doa untuk orang tua kita, tentunya juga doa untuk sendiri. Tak terasa air mata menetes segar di pipi, teringat sang 'ummi' di Cianjur. Ya Allah panjangkanlah usia ummi ku satu satunya dalam keadaan sehat wal afiat, bahagia selalu.. Suara tangisan bahkan jeritan bersahut sahut dimana mana.. Tepat jam 2.30 acara pun selesai. Saya yang kebetulan duduk di dalam mesjid, ketika keluar untuk pulang, suasananya sama dengan tahun tahun sebelumnya, penuh, padat, jalan penuh, macet dimana mana. Ini baru di Ibukota, Kota Metropolitan Iran, Tehran. Suasana akan lebih syahdu dan bahkan membuat kita merinding ketika kita mengikutinya di dua kota suci Iran yaitu Mashhad dan Qom.

Iran, negara terzalimi, yang disebut sebut Islam Kafir oleh sebagian orang yang tidak tahu, kembali menunjukkan bahwa tidak ada yang 'berkuasa di dunia ini' kecuali Allah Swt sang pencipta dunia dan isinya. Apapun keputusan yang diputuskan 'sang penguasa' di dunia ini, Iran tak bergeming, dia siap melawannya sampai titik darah penghabisan. Bisa dilihat dari 'alotnya' perundingan nukir dengan negara 5+1 yang sampai sekarang belum tuntas, tetapi sebenarnya sudah bisa diketahui hasilnya, ketika judulnya 'perundingan' tetapi yang ada adalah 'penekanan', Iran sebagai negara yang mementingkan harga diri dan martabat sebuah negara, tidak akan dengan mudah menyerah dan menerima begitu saja.

[caption id="attachment_316138" align="alignnone" width="600" caption="Suasana Penyambutan Lailatul Qadar di Beheshti Zahra, Tehran Iran"][/caption]

[caption id="attachment_316139" align="alignnone" width="600" caption="Suasana Penyambutan Lailatul Qadar di Sebuah Penjara Iran"]

1405849036208640825
1405849036208640825
[/caption]

[caption id="attachment_316140" align="alignnone" width="595" caption="Peserta Acara Lailatul Qadar di emperan Jalan utama Tehran"]

14058491291705457776
14058491291705457776
[/caption]

Sifa Sanjurio,

Ramadhan 22, 1435. July 20, 2014

Asrama Fatimiyah V, Utage 103

Amir Abad Shomali, Intihaye Kargar Shomali

Tehran, Iran, 1439956311

+98 935 855 7389

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun