Terkadang, kita mungkin sering mendengar berbagai istilah tentang statistik.
Ada yang mengatakan statistik, ada yang juga yang mengatakan ilmu statistik, bahkan dalam bahasa yang lebih formal namun jarang digunakan menyebutnya dengan statistika.
Apakah semua pengertian itu sama?Â
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), statistika didefinisikan sebagai ilmu tentang cara mengumpulkan, menabulasi, menggolong-golongkan, menganalisis dan mencari keterangan yang berarti dari data yang berupa angka sedangkan statistik diartikan sebagai data yang berupa angka yang dikumpulkan, ditabulasi, digolong-golongkan sehingga dapat memberi informasi yang berarti mengenai suatu masalah atau gejala.
Dengan demikian, kita dapat menyimpulkan bahwa statistika adala proses kegiatannya sedangkan hasilnya adalah statistik.
Secara umum, statistik didefinisikan dalam dua pengertian yaitu pengertian sempit dan luas. Pengertian yang sempit mengikuti definisi statistic dan pengertian yang lebih luas mengikuti definisi statistics dalam berbagai literatur lain.
Dan inilah yang kemudian dalam bahasa indonesia dibedakan menjadi statistik dan statistika, begitupun ilmu statistik untuk menegaskan yang berarti ilmu tentang statistik atau sama dengan statistika. Pengertiannya pun tidak jauh berbeda seperti yang tertera dalam KBBI.
Statistika adalah ilmu yang mempelajari tentang pengumpulan, mengolah, menganalisis, menyajikan dan menginterpretasikan data.
Sedangkan, statistik merupakan karakteristik dari suatu sampel. Sampel adalah bagian dari populasi yang berguna untuk menggambarkan populasi.
Dengan demikian, statistik merupakan angka-angka yang dapat menggambarkan keadaan suatu populasi atau fenomena. Misalnya, statistik kemiskinan berarti angka yang dapat menggambarkan fenomena kemiskinan.
Angka-angka statistik memiliki suatu makna dan definisi tertentu sehingga tidak dapat diinterpretasikan sembarangan. Menginterpretasikan angka statistik harus mengikuti definisi yang ada dibalik angka tersebut dimana definisi ini mencakup batasan-batasan bagaimana statistik itu dihasilkan.
Sebagai contoh, misalkan, angka kemiskinan dedefinisikan sebagai jumlah penduduk yang pendapatannya dibawah dua dollar (Purchase Power Parity) sehari. Maka, penduduk yang memiliki pendapatan 2,1 dollar perhari tidak termasuk penduduk miskin walau mungkin terlihat sebagai orang yang miskin.Â
Karena itu, terasa kurang relevan jika kita mengatakan bagaimana mungkin angka kemiskinan turun padahal orang miskin masih banyak yang berkeliaran sedang yang mengatakan belum melakukan penghitungan secara ilmiah.
Ada juga, dalam salah satu surat kabar, menganalisis angka kemiskinan dengan mengatakan bahwa angka kemiskinan akan terus bertambah dikarenakan nilai tukar dollar yang juga makin meningkat padahal dollar yang dijadikan batasan dalam menentukan penduduk miskin didasarkan kepada Purchase Power Parity atau kemampuan daya beli yang mana nilainya tidak terpengaruh jika nilai tukar dollar terhadap rupiah.
Menghasilkan statistik bukanlah pekerjaan mudah karena statistik sama saja dengan mengkuantifikasi suatu kejadian atau fenomena sehingga akan memudahkan kita untuk mengambil keputusan atas kejadian tersebut.
Bayangkan, ketika kita harus meng-angka-kan suatu kejadian, bukankah itu hal yang tidak mudah? Karena itu, para pengguna statistik membutuhkan batasan-batasan, asumsi-asumsi tertentu serta berbagai macam kriteria pengukuran dan hal-hal lain demi menjaga agar hasil sesuai dan relevan dengan kenyataan dan keadaan sebenernya.
Ini pulalah yang membuat pekerjaan statistik tidak bisa dilakukan dengan sembarangan dan asal-asalan tetapi membutuhkan akal sehat, logika dan kehati-hatian.
Statistik itu seperti membangun ketidakpastian diatas ketidakpastian. Karena statistik identik dengan melakukan prediksi, meramal dan menduga.
Tentunya, yang namanya mengira-ngira, menduga, atau meramal tidak ada suatu yang pasti, bukan? Tetapi, statistik dapat dijadikan pijakan yang kuat untuk kita agar dapat berjalan ditengah ketidakpastian itu, untuk dapat melangkah dengan tepat di masa depan. Disinilah kita mengenal tingkat kepercayaan dan tingkat kesalahan atau error.
Tingkat kepercayaan membuat statistik dapat relevan dijadikan pegangan dalam mengambil keputusan. Tingkat kepercayaan yang biasa digunakan dan menjadikan hasil itu dapat dipercaya adalah 95%, jika kurang dari 90% biasanya jarang ada yang berani menggunakan.
Demikian sedikit ulasan tentang statistik, sedikit agak ribet ya? tetapi tampak hebat, kan? Bukanlah perkara yang mudah juga sembarangan ketika kita bisa membangun suatu pijakan yang kuat diantara ketidakpastian.
Karena itu, siapapun, para pengguna statistik, diharapkan dapat menggunakan ilmu ini dengan bijak. Ingatlah, perkataan seorang ahli filsuf, Disraeli yang mengatakan bahwa statistik adalah salah satu dari tiga jenis kebohongan di dunia ini.
Benar. Bagaimanapun statistik hanyalah alat. Baik buruknya tergantung penggunanya seperti pisau, jika berada ditangan seorang pencuri, akan digunakan untuk mengancam bahkan membunuh orang lain, tetapi jika berada ditangan seorang koki, akan digunakan untuk memberikan masakan terbaik untuk orang lain. Demikian semoga tulisan tentang statistik ini bermanfaat bagi kita semua.
*tulisan ini merupakan tulisan re-upload dari blog saya* ^_^
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H