Melihat fenomena itu, saya jadi ingin bercerita tentang cerita seekor anak singa. Ya. Seekor anak singa yang tertinggal dari rombongannya saat mereka sedang berburu. Anak singa yang tertinggal itu ditemukan oleh sekelompok kambing yang kemudian membesarkannya. Bahasanya, membesarkan seperti anak sendiri. Alhasil, sang anak singa pun tumbuh layaknya seekor anak kambing yang tumbuh. Berbicara seperti kambing dan makan seperti kambing. Hingga akhirnya ketika ia sudah besar ia bertemu kembali dengan kelompoknya, para singa. Saat para singa itu meminta sang anak singa kembali kepada mereka, ia menolak karena ia sudah nyaman dengan kelompoknya. Sampai saat ia sedikit termenung di pinggir sungai, ia melihat rupanya yang sama dengan kelompok singa yang mengajakanya kembali. Dia bertanya, apa benar saya dalah bagian dari kelompok ini?
Begitulah saya pikir kondisi para pemuda sekarang saya pikir. Mereka adalah singa yang ganas, disegani dan buas. Mereka punya potensi masing-masing dalam diri mereka. Tetapi, mereka berprilaku seperti kambing. Mereka fokus kepada hal-hal yang membuat mereka nyaman tanpa mau mencoba beralih dan mengeluarkan potensi yang ada di dalam diri mereka. Karena itu, di hari sumpah pemuda ini, di hari dimana Indonesia bangkit, mari kita coba perlahan tinggalkan sejenak kebiasaan buruk kita dengan berlama-lama di medsos, menghabiskan waktu untuk berpacaran dan hal yang kurang bermanfaat lainnya. Tinggalkan kondisi nyaman kita perlahan agar bisa meraih hal yang lebih tinggi lagi. Yang dapat bermanfaat bagi kita juga bangsa ini. Kita sudah tahu contoh-contoh pemuda yang sukses bukan? Berhenti menyalahkan pemerintah, berhenti menuntu, belajarlah menerima dan mulailah bergerak. Ini semua pilihan. Kita ingin menjadi pemuda sampah atau menjadi pemuda yang gemilang?
Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H