Mohon tunggu...
Mochamad Sidiq Waluyo Jati
Mochamad Sidiq Waluyo Jati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Student

Industrial Engineering Student of University of Muhammadiyah Malang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Perjalanan Indonesia dalam Transisi Energi Bersih

21 Februari 2022   16:00 Diperbarui: 21 Februari 2022   16:06 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Ternyata "Efisiensi" adalah permasalahan utamanya. Panel surya tahun 1970 mampu mengonversi sinar matahari menjadi listrik dengan efisiensi 15% saja. Sekarang efisiensi tertingginya baru mencapai 25%. Apalagi harga yang mahal membuat jarang konsumen yang menggunakannya. Selain itu, di Indonesia sendiri, market dari panel surya masih sangat kecil, tidak banyak yang tertarik ke EBT secara umum. 

Kebanyakan industri dalam negeri masih belum siap, jadi pembangkit-pembangkitnya mayoritas masih menggunakan produk impor. Di sisi lain, standing dalam negeri – dalam konteks perbankan – mereka masih belum akrab dengan konsep bisnis EBT. 

Konsep bisnis EBT membutuhkan modal yang sangat besar jauh di atas rotation dan maintenance cost, jadi membutuhkan uang yang besar di awal. Juga, dari segi personil dan orang yang ahli sudah banyak, namun masih jauh dari apa yang diharapkan.

Lalu bagaimana solusinya? Terdapat dua jenis pengembangan EBT di Indonesia, yaitu Renewable Energy Based Industrial Development dan Renewable Energy Based Economic Development. 

Renewable Energy Based Industrial Development yaitu dengan membangun pembangkit- pembangkit EBT di seluruh Indonesia dengan tujuan untuk menciptakan pertumbuhan industri yang nantinya akan menciptakan permintaan. Selain EBT, untuk sektor yang sudah maju, ada yang ditujukan bagi daerah-daerah yang masih perlu didorong perekonomiannya. 

Caranya dengan membangun pembangkit-pembangkit off-grid, yaitu membangun pembangkit dengan skala kecil dan tidak tersambung dengan PLN. Misalnya pembangkit EBT yang mampu mengaliri listrik sebanyak 30-50 rumah di daerah 3T (Terluar, Tertinggal, Terdepan). 

Kondisi atau keadaan energi saat ini mengajarkan pada kita mengenai usaha serius dan sistematis dalam mengembangkan serta menerapkan sumber energi terbarukan untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil yang perlu segera diterapkan. 

Selain itu dalam penggunaan sumber energi terbarukan yang ramah lingkungan, tentu juga akan menyelematkan lingkungan hidup dari berbagai dampak buruk yang timbul akibat penggunaan BBM. 

Terdapat banyak sumber energi terbarukan yang ramah lingkungan, mampu diterapkan segera di Indonesia. Dalam penerapan ini tentu memerlukan adanya kerjasama maupun koordinasi antar departemen teknis serta dukungan dari industri dan masyarakat untuk mewujudkan implementasi sumber energi terbarukan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun