Zaman Berbeda
Generasi pertama JIMM --- yang lahir dua dekade silam --- merespon secara kritis terhadap stagnasi pembaharuan dalam gerakan Muhammadiyah melalui tiga pilar gerakannya, yaitu : hermeneutika, ilmu sosial dan new social movement. Melalui tiga gerakan itu, JIMM mengimajinasikan Muhammadiyah sebagai gerakan Islam kritis yang respon terhadap persoalan Islam kontemporer (Mudzakkir, 2005). Generasi awal JIMM ini mengajak untuk kembali menelaah dengan menyasar pada tantangan-tantangan global dengan mengusung metodologi dan epistemologi baru yang berakar dari semangat tajdid Muhammadiyah dengan tujuan untuk mendorong Islam yang benar-benar berkemajuan dan membangun peradaban.Â
Pada Muktamar 2023 ini para pemikir muda Muhammadiyah mengajak untuk merumuskan 3 (tiga) tantangan baru yang dihadapi Muhammadiyah, yaitu : pertama, kesadaran tentang pentingnya pembaharuan pemikiran Muhammadiyah --- sehingga tidak hanya rajin mengkritik tradisi yang jumud dalam praktik beragama, tetapi juga untuk berani mengkritik praktik-praktik kekuasaan yang korup, menyimpang dari tujuan beragama (maqasid syariah), serta berkelindan dengan kekuasaan yang menindas orang lain.
Kedua, berkembangnya pengetahuan baru yang mengubah cara hidup masyarakat banyak, tak terkecuali warga Muhammadiyah. Kita hari ini menghadapi banyak sekali tantangan baru yang belum terlihat 20 tahun yang lalu. Perlu adanya upaya yang lebih sistematis untuk memastikan bahwa gerakan Muhammadiyah tetap relevan dan efektif dalam merespons tantangan-tantangan baru yang muncul. Dalam hal ini, Muhammadiyah perlu memastikan bahwa gerakan Muhammadiyah tidak hanya fokus pada isu-isu praktis jangka pendek, tetapi juga menggugat hal substansial yang memiliki efek jangka panjang dan mengglobal.
Ketiga, kaderisasi intelektual baru di kalangan generasi muda Muhammadiyah. Kaderisasi menjadi aspek penting dalam gerakan intelektual di Muhammadiyah. Selama dua dekade ini, generasi intelektual Muhammadiyah terdahulu telah berusaha untuk menjaring dan mengkader generasi yang lebih muda, yang memiliki kepedulian terhadap isu-isu pemihakan sosial dan memiliki pengaruh intelektual yang luas dan diakui secara akademik.Â
Menjaga obor intelektual
Sebagai organisasi dan gerakan pembaharuan Islam berkemajuan, Muhammadiyah patut bersyukur masih adanya anak-anak muda yang berkomitmen menjaga tradisi berpikir tersebut. Tinggal sejauh mana upaya Muhammadiyah dalam merawat generasi-generasi belia aset masa depan Muhammadiyah. Tidak dipungkiri, hingga saat ini masih ada beberapa 'sesepuh' Muhammadiyah di daerah yang masih memiliki pandangan stereotip terhadap keberadaan komunitas muda pemikir ini di Muhammadiyah.Â
Gerakan pembaharuan pemikiran Islam di Muhammadiyah tidak boleh redup. Karena itu, seluruh warga Muhammadiyah penting untuk memahami dan menyadari bahwa gerakan pembaharuan pemikiran merupakan ruh Muhammadiyah dalam menjalankan visi dan misi dakwah amar ma'ruf nahi munkar. Muhammadiyah tidak boleh menjadi bagian dari parodi kehidupan sosial umat akhir-akhir ini. Karena itu, Muhammadiyah tidak boleh lelah dalam melakukan pencerahan.
Dan, gerakan pencerahan Muhammadiyah bisa berjalan sepanjang masa manakala transformasi pengkaderan kaum intelektual tidak terputus oleh kepentingan-kepentingan politik sesaat. Kaderisasi kaum pemikir harus terus berjalan, menghasilkan kader-kader tangguh dan militan, yang tidak mudah goyah oleh godaan-godaan berbagai hal yang beraroma praktis-pragmatis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H