Mohon tunggu...
Sidharta Bodhi
Sidharta Bodhi Mohon Tunggu... Lainnya - Karyawan Swasta

akun untuk tugas kuliah

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Bahaya Peredaran Kecubung di Wilayah Banjarmasin (Contoh Naskah Feature Radio)

28 Juli 2024   18:43 Diperbarui: 28 Juli 2024   18:48 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Karya : Sidharta Bodhi (220501010106)

PENGANTAR (LEAD): Selamat pagi, pendengar setia. Anda sedang mendengarkan Radio Suara Kota pada frekuensi 12.3FM. Saya, Fulena, hadir untuk menyampaikan berita utama hari ini, Jumat, 28 Juli 2024. Peredaran dan penyalahgunaan tanaman kecubung di wilayah Banjarmasin semakin mengkhawatirkan. Tanaman yang dikenal memiliki efek halusinogen ini telah menyebabkan beberapa kasus keracunan dan gangguan kesehatan serius. Berikut laporan selengkapnya dari reporter kami di lapangan.

[Suara Backsound pada Berita]

REPOTER STUDIO : Laporan selengkapnya akan disampaikan oleh reporter kami, Fulana, langsung dari lokasi kejadian di Banjarmasin.

[Suara Latar Belakang: Suara keramaian atau lalu lintas]

REPOTER LAPANGAN: Terima kasih, Fulani. Saya sekarang berada di pusat kota Banjarmasin, di mana telah terjadi peningkatan kasus penyalahgunaan tanaman kecubung. Tanaman ini dikenal memiliki efek halusinogen yang berbahaya jika dikonsumsi sembarangan. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin, dalam bulan ini saja, telah tercatat lima kasus keracunan akibat konsumsi kecubung. Kepala Dinas Kesehatan, menyatakan kekhawatirannya terhadap peredaran tanaman ini.

[Suara Kepala Dinas Kesehatan]: "Kami sangat prihatin dengan meningkatnya kasus keracunan kecubung. Tanaman ini memang memiliki efek yang sangat berbahaya jika dikonsumsi tanpa pengawasan. Kami mengimbau masyarakat untuk tidak sembarangan mengonsumsi tanaman yang tidak dikenal."

REPOTER LAPANGAN: Selain itu, pihak kepolisian setempat juga telah mengambil langkah-langkah untuk mengendalikan peredaran kecubung. Kapolresta Banjarmasin, menjelaskan tindakan yang telah diambil.

[Suara Kapolresta]: "Kami telah meningkatkan patroli dan pengawasan di daerah yang rawan peredaran kecubung. Selain itu, kami juga melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang bahaya tanaman ini. Kami berharap masyarakat bisa lebih waspada dan segera melaporkan jika menemukan peredaran kecubung di lingkungannya."

REPOTER LAPANGAN: Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai bahaya kecubung, kami mengundang seorang ahli toksikologi dari Universitas LM. Berikut wawancara kami.

[Suara Ahli Toksikologi]: "Efek dari kecubung sangat berbahaya karena dapat menyebabkan halusinasi, pusing, mual, dan bahkan bisa berujung pada kematian jika dikonsumsi dalam jumlah banyak. Tanaman ini mengandung zat kimia yang dapat mengganggu sistem saraf pusat, sehingga sangat berbahaya jika digunakan tanpa pengawasan medis."

REPOTER LAPANGAN: Selain wawancara dengan ahli toksikologi, kami juga berbicara dengan seorang warga yang sempat mengalami keracunan kecubung, Amang Idoy, yang menceritakan pengalamannya saat tidak sengaja mengonsumsi tanaman tersebut.

[Suara Amang Idoy]: "Saya tidak tahu kalau tanaman itu berbahaya. Setelah mengonsumsinya, saya merasa pusing dan mual. Untungnya, keluarga saya segera membawa saya ke rumah sakit. Dokter bilang saya keracunan kecubung, dan kalau tidak cepat ditangani, bisa berakibat fatal."

REPOTER LAPANGAN: Kasus seperti yang dialami Andi bukanlah satu-satunya. Menurut laporan dari Dinas Kesehatan, banyak kasus serupa yang terjadi karena kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai tanaman kecubung. Oleh karena itu, edukasi dan sosialisasi mengenai bahaya tanaman ini sangat penting.

[Suara Latar Belakang: Suara kesibukan di rumah sakit]

REPOTER LAPANGAN: Untuk mengetahui lebih lanjut tentang tindakan yang diambil oleh rumah sakit setempat dalam menangani kasus keracunan kecubung, kami berbicara dengan Dr. Fulan, dokter di RSUD Ulin Banjarmasin.

[Suara Dr. Fulan]: "Kami selalu siap siaga untuk menangani kasus keracunan seperti ini. Penanganan awal yang kami lakukan adalah memberikan cairan infus dan obat-obatan untuk mengurangi efek racun. Kami juga mengedukasi pasien dan keluarganya mengenai bahaya tanaman ini agar kejadian serupa tidak terulang."

REPOTER LAPANGAN: Selain penanganan medis, pencegahan juga menjadi fokus utama. Untuk itu, kami berbicara dengan Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Provinsi Kalimantan Selatan, mengenai upaya pencegahan peredaran kecubung.

[Suara Kepala BNN]: "Kami bekerja sama dengan berbagai pihak untuk meningkatkan pengawasan dan memberikan edukasi kepada masyarakat. Salah satu langkah yang kami lakukan adalah melakukan razia di tempat-tempat yang dicurigai sebagai pusat peredaran kecubung. Kami juga mengadakan seminar dan sosialisasi di sekolah-sekolah dan masyarakat umum."

REPOTER LAPANGAN: Pentingnya peran serta masyarakat dalam mengatasi masalah ini juga tidak bisa diabaikan. Acil Ratna, seorang ibu rumah tangga, mengungkapkan kekhawatirannya tentang peredaran kecubung di lingkungan tempat tinggalnya.

[Suara Acil Ratna]: "Saya sangat khawatir dengan peredaran kecubung ini, apalagi banyak anak-anak yang tidak tahu bahaya tanaman ini. Kami sebagai orang tua harus lebih waspada dan terus mengawasi aktivitas anak-anak kami agar terhindar dari bahaya kecubung."

REPOTER LAPANGAN: Untuk itu, masyarakat diimbau untuk melaporkan kepada pihak berwenang jika menemukan adanya peredaran kecubung di lingkungannya, seorang ketua RT di Banjarmasin, menceritakan langkah-langkah yang diambil di lingkungannya.

[Suara Ketua RT]: "Di lingkungan kami, kami mengadakan rapat rutin untuk membahas masalah ini. Kami juga bekerja sama dengan pihak kepolisian untuk mengadakan patroli. Selain itu, kami memberikan penyuluhan kepada warga tentang bahaya kecubung."

REPOTER LAPANGAN: Dengan adanya kerjasama antara masyarakat, pihak berwenang, dan tenaga medis, diharapkan masalah peredaran kecubung ini dapat segera diatasi. Edukasi dan pencegahan menjadi kunci utama dalam mengurangi kasus keracunan dan penyalahgunaan tanaman kecubung.

Demikian laporan langsung dari pusat kota Banjarmasin. Saya, Fulana, kembali ke studio.

Anchor: Terima kasih, Fulana. Demikian berita utama pagi ini tentang bahaya peredaran kecubung di wilayah Banjarmasin. Tetaplah bersama kami untuk berita-berita menarik lainnya. Anda sedang mendengarkan Radio Suara Kota, 12.3 FM.

[Suara Penutup Berita]

Anchor: Baik, pendengar setia, setelah berita utama tadi, kami akan melanjutkan dengan segmen wawancara eksklusif bersama Dr. Anita Lestari, ahli toksikologi, yang akan memberikan tips dan informasi lebih lanjut mengenai tanaman berbahaya lainnya yang perlu diwaspadai. Tetaplah bersama kami.

[Suara Jingle Segmen Wawancara]

REPOTER STUDIO: Selamat datang kembali di segmen wawancara eksklusif Radio Suara Kota. Pagi ini, kita masih membahas tentang bahaya peredaran kecubung. Bersama saya di studio, ada Dr. Fulan. Selamat pagi, Dokter.

Dr. Fulan: Selamat pagi, Fulani. Terima kasih telah mengundang saya.

REPOTER STUDIO: Dokter, bisa Anda jelaskan lebih lanjut tentang efek kecubung dan tanaman berbahaya lainnya yang perlu diwaspadai oleh masyarakat?

Dr. Fulan: Tentu, Fulani. Selain kecubung, ada beberapa tanaman lain yang juga berbahaya jika dikonsumsi sembarangan. Misalnya, tanaman jatropha, yang bijinya mengandung racun dan dapat menyebabkan keracunan parah. Tanaman ini sering kali tumbuh liar dan tidak banyak yang mengetahui bahayanya.

REPOTER STUDIO: Apa saja gejala yang harus diwaspadai jika seseorang terkena keracunan tanaman berbahaya seperti kecubung atau jatropha?

Dr. Fulan: Gejala keracunan bisa bervariasi, namun umumnya termasuk pusing, mual, muntah, diare, dan dalam kasus yang parah, bisa menyebabkan halusinasi, kejang, atau bahkan koma. Jika seseorang mengalami gejala-gejala ini setelah mengonsumsi tanaman yang tidak dikenal, segera bawa ke rumah sakit untuk penanganan medis.

REPOTER STUDIO: Terima kasih, Dokter. Sungguh informasi yang sangat berguna. Baik pendengar setia, tetap waspada dan hindari mengonsumsi tanaman yang tidak dikenal. Kita akan kembali setelah jeda komersial berikut ini.

[Suara Iklan]

LEAD: Anda masih bersama kami di Radio Suara Kota, 12.3 FM. Jangan lewatkan informasi menarik lainnya setelah segmen iklan berikut ini. Tetaplah bersama kami.

[Suara Iklan dan Jingle Penutup]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun