Bimbingan Belajar Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Yang Mengalami Kesulitan Belajar
Â
Pengertian belajar menurut M. Surya seperti dikutip oleh Budiamin dan setiawati (2009: 105) belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman seorang individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan. Adapun beberapa cara belajar yaitu:
- Keadaan jasmani. Keadaan jasmani diperlukan mengingat belajar memerlukan tenaga. Agar belajar dapat berlangsung secara baik dan mencapai suatu hasil yang baik pula diperlukanlah badan yang sehat.
- Keadaan emosional dan social. Anak yang merasa jiwanya tertekan akan suatu hal akan memengaruhi proses dalam belajar.
- Keadaan lingkungan. Tempat belajar hendaknya menjadi tempat yang senyaman mungkin untuk belajar, baik dalam keadaan sepi, tenang, ataupun hening. Karena setiap individu memiliki keadaan belajar yang berbeda-beda.
- Memulai pelajaran. Pada permulaan pelajaran sering dirasakan kelambanan, malas, bosan dan lain-lain. Jika perasaan seperti itu sangat kuat pelajaran ataupun tugas-tugas akan sering diundur-undurkan, bahkan ditunda. Kelambanan atau kemalasan itu dapat diatasi dengan suatu perintah kepada diri sendiri untuk memulai pekerjaan itu tepat pada waktunya, misalnya: besok jam 8 tepat tidak kurang dan tidak lebih mengerjakan tugas. Dalam hal ini kita seakan-akan membagi diri kita menjadi dua bagian yaitu sebagian member perintah dan sebagian lagi menjalankan perintah itu.
- Membagi pekerjaan. Sebelum memulai pelajaran itu lebih dahulu menentukan apa yang dapat dan harus kita selesaikan dalam waktu tertentu.
- Waktu bekerja. Orang yang ingin belajar dengan bersungguh-sungguh harus bertekad, jangan sampai meninggalkan tempat belajarnya. Selama proses belajar tersebut kita curahkan perhatian kita sepenuhnya kepada pekerjaan atau tugas kita.
- Menggunakan waktu. Menghasilkan sesuatu hanya mungkin, jika kita gunakan waktu dengan efisisen. Waktu yang telah lewat tidak akan bisa kembali lagi. Coba hitung berapa banyak waktu yang terbuang sia-sia tanpa dimanfaatkan untuk pelajaran. Belajar sungguh-sungguh bukan berarti diburu-buru oleh waktu, melainkan belajar tenang, teliti, dan dengan penuh konsentrasi. (Nasution, 2012: 50-53).
Dalam kegiatan pembelajaran untuk mencapai pembelajaran yang berhasil diperlukan suasana belajar yang menyenangkan atau nyaman bagi diri sendiri. Setiap orang memiliki karakter yang berbeda-beda dalam menangkap sebuah materi pembelajaran. Ada yang cepat dalam menangkap sebuah materi pembelajaran dan ada pula yang sangat lamban dalam menangkap sebuah materi pembelajaran. Oleh karena itu, perlu diberikan cara belajar yang efektif dan efisien. Disamping memberikan petunjuk-petunjuk bagaimana cara belajar, ada baiknya juga perlunya pengawasan dan bimbingan terhadap anak-anak dalam belajar. Hasilnya lebih baik lagi kalau cara-cara itu dipraktikkan dalam setiap pelajaran yang diberikan oleh guru. (Nasution, 2012: 50).
Tujuan umum pelayanan bimbingan pada dasarnya sejalan dengan pendidikan itu sendiri karena bimbingan merupakan bagian integral dari sistem pendidikan. Bimbingan dapat diartikan suatu bagian integral dalam keseluruhan program pendidikan yang memiliki fungsi positif, bukan hanya suatu kekuatan kolektif. Proses terpenting dalam dalam suatu bimbingan yaitu proses penemuan diri sendiri. Hal tersebut akan membantu anak untuk menyesuaikan diri terhadap situasi baru, mengembangkan kemampuan anak untuk memahami diri sendiri dan menerapakannya pada situasi yang akan datang. (Febrini, 2011:1). Upaya bimbingan memungkinkan siswa mengenal dan menerima diri sendiri serta mengenal dan menerima lingkungannya secara positif dan dinamis serta mampu mengambil keputusan, mengamalkan dan mewujudkan diri sendiri secara efektif dan produktif sesuai dengan peranan yang diinginkannya di masa depan. (Salahudin, 2010:22).
      Bimbingan merupakan pelayanan bantuan untuk para siswa baik individu atau kelompok agar memiliki sifat mandiri dan berkembang secara optimal dalam hubungan pribadi, sosial, belajar, karier melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung atas dasar norma-norma yang berlaku. Tujuan bimbingan yaitu untuk membantu kemandirian mereka agar dapat mengembangkan potensi-potensi diri yang dimilikinya secara optimal. (Hikmawati, 2012:64).
      Menurut Prayitno dan Erman Amti (1999:79) bimbingan belajar yaitu salah satu bentuk layanan yang penting diselenggarakan di sekolah. Pengalaman menunjukkan kegagalan yang dialami oleh siswa tidak selalu disebabkan oleh kebodohan. Tetapi kegagalan itu sering terjadi disebabkan oleh kurangnya pelayanan bimbingan yang kurang memadai. Layanan bimbingan belajar adalah layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan diri dengan sikap dan kebiasaan belajar yang baik, materi belajar dengan kecepatan dan kesulitan belajar, serta berbagai tujuan dan kegiatan belajar lainnya.
      Menurut Amin Budiamin dan Setiawati (2009:108) tujuan pemberian bimbingan belajar disekolah dasar yaitu:
- Pengembangan sikap dan kebiasaan yang baik, terutama dalam mengembangkan keterampilan dan cara bersikap terhadap guru.
- Menumbuhkan disiplin belajar dan terlatih, baik secara mandiri maupun berkelompok.
- Mengembangkan pemahaman dan pemanfaatan kondisi fisik, sosial dan budaya di lingkungan sekolah atau lingkungan sekitar untuk pengembangan pengetahuan, keterampilan dan pengembangan pribadi.Uman Suherman seperti dikutip oleh Anas Salahudin (2010:24) menjelaskan bahwa dasar pemikiran bimbingan di sekolah/madarasah, bukan semata-mata terletak pada ada atau tidaknya landasan hukum atau ketentuan-ketentuan, namun yang paling penting adalah upaya untuk memfasilitasi siswa yang selanjutnya disebut sebagai konseling, agar mampu mengembangkan sikap fisik, emosi, intelektual, sosial dan moral-spiritual. Dari hal ini maka konseling membutuhkan seseorang yang dapat membimbing dan mengarahkan demi terwujudnya keseimbangan dalam mengatasi sebuah masalah. Karena itu fungsi bimbingan disekolah dasar adalah sebagai berikut:
- Fungsi Penyaluran (Distributif)
- Fungsi ini yaitu sebagai bimbingan dalam membantu menyalurkan siswa dalam memilih program pendidikan yang sesuai dengan bakat, minat, cita-cita dan cirri-ciri kepribadiannya.
- Fungsi Penyesuaian (Adjustif)
- Fungsi ini yaitu sebagai bimbingan dalam membantu siswa untuk memperoleh penyesuaian pribadi yang sehat. Dalam fungsi ini siswa dibantu menghadapi dan memecahkan masalah dan kesulitan-kesulitannya. Fungsi ini juga membantu siswa dalam usaha mengembangkan dirinya secara optimal.
- Fungsi Adaptasi (Adaptif)
- Fungsi ini yaitu sebagai bimbingan dalam rangka membantu staff sekolah, khususnya guru dalam mengadaptasikan program pengajaran dengan ciri khusus dan kebutuhan pribadi siswa. Dalam fungsi ini, pembimbing menyampaikan data tentang ciri-ciri, kebutuhan minat dan kemampuan, serta kesulitan siswa kepada guru. Dengan data dari guru, guru berusaha untuk merencanakan pengalaman belajar bagi para siswanya sehingga siswa memperoleh pengalaman belajar yang sesuai dengan minat, bakat, cita-cita dan lain sebagainya. (Hamdani, 2012:90-91). Â
Jenis masalah individu yang terkait dengan objek bimbingan dan konseling tidak hanya mecakup tentang belajar. Dalam proses belajar siswa juga menghadapi situasi-situasi yang bersangkutan dengan kehidupan pribadi dan sosialnya. Masalah-masalah individu yang timbul dalam lingkup sekolah sebagaimana yang diemukakan oleh Djumhur dan Moh. Surya seperti dikutip oleh Anas Salahudin (2010:66-67) adalah sebagai berikut:
- Masalah pendidikan (pengajaran atau belajar). Seorang individu merasakan kesulitan dalam menghadapi kegiatan belajar, misalnya cara membagi waktu belajar, cara belajar, mengerjakan tugas, menyesuaikan dengan lingkungan sekolah, meneyesuaikan dengan pelajaran baru, guru-guru, tata tertib sekoah dan lain sebagainya.
- Masalah pribadi dan sosial. Masalah pribadi individu yang muncul umumnya didasarkan pada diri individu itu sendiri yang berhadapan dengan lingkungan sekitarnya. Masalah semacam ini banyak dialami oleh individu yang memasuki masa kedewasaan yang ditandai dengan perubahan yang sangat cepat, baik fisik maupun mental. Misalnya ingin menyendiri, cepat bosan, agresif, emosi yang tinggi dan lain-lain. Adapun masalah sosial yang kerap dialami oleh siswa di sekolah dengan hubungan antarindividu atau hubungan antarindividu dengan lingkungan sosialnya, misalnya kesulitan dalam mencari teman, merasa terasing dengan pekerjaan kelompok, kesulitan dalam bergaul dan lain sebagainya.
- Masalah pekerjaan. Masalah-masalah ini berhubungan dengan pemilihan pekerjaan. Misalnya dalam memilih jenis-jenis pekerjaan yang cocok dengan dirinya, memilih latihan tertentu untuk suatu pekerjaan, mendapatkan informasi tentang suatu pekerjaan dan kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan pekerjaan.
Berbagai usaha telah dilakukan Pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Setiap siswa disekolah dituntut untuk memiliki prestasi yang baik baik dalam bidang akademis maupun non akademis. Prestasi belajar adalah sebuah kalimat yang terdiri dari dua kata yaitu prestasi dan belajar. Prestasi menurut Syaiful Bahri (1994:19) adalah hasil suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individu maupun kelompok. Menurut teori yang sudah ada prestasi belajar adalah bukti hasil maksimum yang diperoleh seseorang tersebut setelah melalui usaha-usaha dalam belajar.
Sedangkan kesulitan belajar menurut Mulyono (2003:47) adalah gejala yang nampak dalam berbagai asapek baik dalam bentuk kognitif, afektif dan psikomotorik atau dapat dikatakan, kesulitan belajar adalah suatu kondisi tertentu yang dilandasi dengan adanya hambatan dalam kegiatan pencapaian satu tujuan yaitu hasil belajar.
Dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling perlu adanya persiapan terlebih dahulu. Pelaksanaan program bimbingan dan konseling yang ada dilakukan ketika ada siswa yang perlu mendapatkan sebuah bimbingan dan pendampingan dengan gurunya. Program BK yang ada bertujuan untuk membantu siswa yang mengalami permasalahan dan kesulitan dalam belajar. Peran guru dalam menanggapi permasalahan dan kesulitan belajar siswa yaitu dengan  guru memberikan bimbingan dengan melakukan pendekatan kepada siswa yang mengalami permasalahan atau kesulitan dalam belajar. Guru mencaritahu yang menjadi sumber permasalahan yang dihadapi siswanya. Sebelumnya guru melakukan proses tanya jawab terhadap siswa yang mempunyai permasalahan dalam belajar tersebut. Dengan bertanya jawab dengan murid guru dapat mengetahui masalah yang dihadapi dan sebab maslah tersebut muncul. Kemudian guru membantu siswa untuk mencari solusi pemecahan masalah yang dihadapi. Guru tetap membina siswa tersebut agar permasalahan tersebut tidak terulang kembali. Guru setelah melakukan bimbingan dan konseling juga melakukan evaluasi untuk mengetahui apakah permasalahan tersebut telah terselesaikan atau belum. Jika belum guru akan melakukan bimbingan lanjutan.
Guru juga terus melakukan inovasi dalam suatu pembelajaran agar siswa tidak merasa bosan dan akan lebih tertarik untuk mempelajarai pelajaran yang diajarkan oleh gurunya. Guru hanya bisa mengawasi siswa yang mengalami kesulitan belajar di lingkungan sekolah. Jadi dirumah orang tua yang bisa mengawasi anaknya dalam belajar.
Untuk dapat menunjang keberhasilan pelayanan bimbingan dan konseling khususnya dalam bimbingan belajar dibutuhkan biaya dan fasilitas yang memadai. Untuk mencapai hasil yang optimal bimbingan belajar dibutuhkan kegiatan serta metode yang tepat dalam pelaksanaannya. Dalam melaksanakan layanan bimbingan belajar guru mengacu pada hasil belajar yang diperoleh oleh siswanya. Pengajaran perbaikan bertujuan untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan siswa dalam proses dan hasil belajar mereka yang diberikan kepada seseorang atau sekelompok siswa yang membutuhkan agar dapat meningkatkan prestasi belajar mereka. Sasaran utama pengajaran perbaikan dalah siswa-siswa yang mengalami keterlambatan belajar dan nilainya belum memenuhi KKM. Namun dalam pelaksanaannya pengajaran perbaikan dilakukan kepada semua siswa.
Selain pengajaran perbaikan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa, guru juga melakukan pengayaan. Pelaksanaan pengayaan diberikan oleh guru sejalan dengan pengajaran perbaikan. Dalam hal ini maksudnya siswa diberikan soal-soal latihan atau melakukan ulangan kembali dimana bagi siswa yang memiliki nilai dibawah KKM bisa menjadi perbaikan dan bagi siswa yang sudah mencukupi nilai KKM ataupun melebihi KKM bisa menjadi kegiatan pengayaan, hal ini akan memperkaya materi dan memperluas pengetahuan. Untuk meningkatkan motivasi belajar, guru memberikan teguran atau nasihat-nasihat  kepada siswa agar siswa dapat mencapai prestasi belajar mereka secara optimal. Cara lain untuk meningkatkan motivasi belajar siswa agar mencapai prestasi belajar yaitu guru dapat menerapkan metode pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa. Salah satu metode yang sering digunakan yaitu grouping atau belajar kelompok. Melalui metode ini siswa diajak untuk berdiskusi dengan temannya dan belajar menyampaikan hasil diskusi didepan kelas. Menurut Sunaryo Kartadinata (1998:75) yaitu menciptakan suasana pembelajaran yang menantang, merangsang, dan menyenangkan.
Dalam mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik, guru lebih menekankan pada pemberian motivasi kepada siswa. Karena menurut guru peranan motivasi sangatlah penting dalam menentukan kebiasaan belajar yang baik siswa. Selain itu metode pembelajaran yang tepat dapat membuat siswa merasa nyaman dan tertarik. Namun dibalik itu semua guru menemukan hambatan dalam mengombinasikan antara metode pembelajaran dengan metode bimbingan belajar. Dalam peraturan tentang pelaksanaan bimbingan dan konseling yang dikeluarkan oleh kementrian pendidikan dan kebudayaan RI. Dalam Permendikbud nomor 111 Tahun 2014 pasal 10 ayat 1 berbunyi: penyelenggaraan bimbingan dan konseling pada SD/MI atau yang sederajat dilakukan oleh konselor atau guru bimbingan dan konseling. Akan tetapi pada pelaksanaannya di sekolah dasar bimbingan tidak dilakukan oleh konselor atau guru bimbangan dan konseling melainkan dilakukan oleh guru kelas, hal ini terjadi karena tidak adanya guru BK disekolah dasar. Selain itu dalam melaksanakan layanan bimbingan belajar, guru mengalami hambatan pada keterbatasan waktu. Hambatan itu muncul saat guru harus mengelola waktu antara harus mencapai tujuan penyampaian materi dengan pelaksanaan bimbingan belajar. Temuan ini mendukung pendapat dari Prayitno (1997:160) bahwa hambatan dalam melaksanakan pelayanan bimbingan dan konseling di SD adalah kemampuan guru kelas yang diikuti oleh sarana prasarana, waktu, kemauan, dan kerjasama, dan dana serta dukungan kepala sekolah. Dan cara guru dalam melakukan bimbingan belajar untuk meningkatkan prestasi belajar siswa di sekolah dasar yaitu dengan melakukan kegiatan perbaikan dan pengayaan.
Jadi dalam bimbingan belajar dalam meningkatkan prestasi belajar siswa yang mengalami kesulitan belajar yaitu guru memberikan bimngan kepada siswa yang kesulitan belajar dengan mencari tahu terlebih dahulu masalah kesulitan belajar apa yang sedang dihadapi oleh siswanya, kemudian setelah mngetahui penyebab dari kesulitan belajar tersebut yaitu guru mencari jalan keluar atau solusi dari masalah kesulitan belajar yang dialami siswa tersebut. Setelah selasai dalam mengatasi kesulitan belajar tersebut, guru dapat melakukan bimbingan belajar dalam meningkatkan prestasi belajar siswa dengan cara memberikan kegiatan perbaikan dan pengayaan, peningkatan motivasi belajar, peningkatan ketrampilan belajar, pengembangan sikap dan kebiasaan belajar yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
Â
Arifin, M Luqman. 2013. Upaya Konselor Dalam Membimbing Belajar Siswa Di Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah. Konseling Religi: Jurnal Bimbingan Konseling Islam. 4(2). 201-218.
http://journal.stainkudus.ac.id/index.php/konseling/article/view/1004. (diakses pada tanggal 30 Oktober 2019).
Bahri Syaiful. 1994. Prestasi Belajar Dan Kompetensi Guru. Surabaya: Usaha Nasional Indonesia.
Budiamin, Amin, dan Setiawati. 2009. Bimbingan Konseling. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Islam Departemen Agama RI.
Febrini, Deni. 2011. Bimbingan Konseling. Yogyakarta: Teras.
Hamdani. 2012. Bimbingan Dan Penyuluhan. Bandung: CV Pustaka Setia.
Hikmawati, Fenti. 2012. Bimbingan Konseling. Jakarta: Rajawali Pers.
Mulyono Abdulrahman. 2012. Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Nugroho, Deddy Setyo. 2016. Pelaksanaan Layanan Bimbingan Belajar Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Sukorini. Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar.
http://journal.student.uny.ac.id/ojs/index.php/pgsd/articel/view/5066. (diakses pada tanggal 30 Oktober 2019).
Prayitno. 1997. Pelayanan Bimbingan Dan Konseling Sekolah Dasar. Padang: PT. Ikrar Mandiri Abadi.
Prayitno & Erman Amti. 1999. Dasar-Dasar Bimbingan Dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta.
S. Nasution. 2012. Didaktik Asas-Asas Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Salahudin, Anas. 2010. Bimbingan Dan Konseling. Bandung: Pustaka Setia.
Sunaryo Kartadinata, Dkk. 1998. Bimbingan Di Sekolah Dasar. Bandung: Depdikbud.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H