Pada artikel sebelumnya di sebutkan jika Antasari Azhar bisa saja menjadi kartu "truf" untuk Jokowi,jika bisa tentunya,karena factor bisa dan tidaknya juga tergantung kepada mereka berdua, sejatinya Rakyat menunggu aksi mereka dalam berpartisipasi untuk saling berkolaborasi membersihkan korupsi yang ada di indonesia.namun benar juga adanya pendapat yang mengatakan "jangan terlalu berharap kepada Antasari, karena semua hanyalah sensasi."baiklah oh baiklah.
Ada sedikit pendapat jika saja Antasari bisa dengan baik memberikan kontribusinya, tentunya perubahan besar terhadap negri ini akan tercapai, tapi apakah iya bisa, jika resiko itu terlalu besar untuk kestabilan Negara, maka abaikanlah, mungkin lebih baik berteman dengan hati dan membangun Indonesia untuk lebih baik lagi.namun mengapa di sini Antasari terlihat lebih pede dengan performanya saat ini. Tiga hal yang bisa terbaca adalah.
- [ ] Antasari ingin public tahu bahwa eksistensi dirinya di bidang "memegang rahasia koruptor" menjadi kunci dirinya masih di perlukan oleh pemerintahan saat ini.
- [ ] Setelah bebas dan menjadi bebas Murni karena mendapat grasi,Antasari mencoba berpolitik.itu kesan yang bisa di lihat oleh masyarakat.terlebih lagi setelah Antasari menyambangi PDIP dan juga menghadiri acara debat Pilkada DKI Jakarta.
- [ ] Antasari memberi pesan kepada lawan bahwa dirinya saat ini kuat dan siap melawan dengan cara apapun.bila di mungkinkan konfrontasi secara langsung.
Terkait kasus yang pernah membelitnya, Antasari sudah melakukan wawancara dengan vulgar dan terbuka di salah satu stasiun televisi, mantan pimpinan KPK itu secara gamblang menyebut pengusaha media,mantan pejabat dan segala sesuatu yang menurutnya adalah konspirasi untuk menjatuhkan dirinya.bisakah atau seriuskah Antasari mencari keadilan untuk dirinya,sejauh mana akan membuka kembali kasusnya,? atau Antasari hanya memberi sebuah sinyal, dalam hal ini tentunya hanya Antasari yang mengetahuinya.
Saya justru minta SBY, kalau beliau ingin cuit-cuitan, bantu kasus saya. SBY bongkar kasus saya. Siapa pelaku sesungguhnya," (Antasari.23/1/2017).
Sejauh ini publik menganggap Antasari bukan orang awam yang tidak mempunyai teman kelas atas.jika memang Antasari berkeyakinan SBY mengetahui kasusnya, mengapa tidak berteriak dan memperjelas dari dulu, apakah karena beralasan SBY sewaktu itu Presiden,? mengapa di saat belum mendapat grasi dan baru bebas bersyarat Antasari mengatakan, "trauma dengan politik.dan mengatakan bahwa dirinya, Abraham Samad dan Bambang Wijoyanto adalah korban kriminalisasi.jika mereka bertiga korban kriminalisasi, tentunya secara tidak langsung Antasari Azhar,Abraham Samad dan Bambang merupakan (telah menyebut) korban kriminalisasi dari rezim yang berbeda.di sini semakin samar, siapa sebenarnya yang di sasar Antasari.
Di satu waktu Antasari mengatakan, jangan benturkan saya dengan SBY, di lain waktu Antasari mengatakan arah menuju penyerangan terhadap SBY seperti di sebut di atas, jika Antasari menyadari masa lalu tentang testimoninya terkait Century, maka Antasari mungkin akan tertunduk malu, karena kini Sri Mulyani kembali menjadi Menkeu, dan kasus Century sudah selesai dengan hanya berhenti di level Budi Mulya sang mantan Deputy BI, bisakah kita menyebut dengan adanya Sri Mulyani di Kabinet, menandakan Century selesai.? tentu, secara formal Century selesai.
Pertemuan dengan Mega dan Jokowi yang Sarat politik.
Tidak ada angin berhembus menyinggung Grasi dan tentang apapun terkait Antasari sebelum dirinya bebas bersyarat, entah itu dari Tokoh PDIP maupun dari elit PDIP.semua nampak biasa-biasa saja, padahal grasi Antasari di ajukan pada tahun 2015. pada waktu itu pun Menkumham biasa-biasa saja dan tidak ada tindak lanjutnya.
Pernyataan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Yasonna Laoly pada Juli 2015 mengatakan Presiden Joko Widodo akan memberikan grasi kepada bekas Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Antasari Azhar. namun pemberian grasi itu terhalang beberapa hal.
"Mahkamah Agung memberikan pertimbangan bahwa jangka waktu pengajuan grasi Antasari sudah lewat sesuai UU Grasi, maka Mahkamah Agung memberikan pertimbangan bahwa grasi sudah tidak bisa diberikan." pemberian grasi terhadap Antasari hanya bisa menggunakan hak prerogatif Presiden.bisa saja Presiden melihat dari sisi kemanusiaan.(Juli 2015.di saat Antasari mengajukan Grasi)
Baru belakangan setelah Antasari bebas elit PDIP mengatakan ada bau amis pada kasus Antasari, di tambah grasi yang mencolok secara kebetulan di hari ulang tahun Megawati.(mungkin ini sebuah kebetulan), kunjungan Antasari kepada Mega, kemunculan di ajang debat, maka muncul pertanyaan-pertanyaan,semisal mengapa grasi tidak di berikan pada saat di ajukan.(tahun 2015) mengapa PDIP baru saat ini berkomentar, bukankah PDIP sudah memasuki tahun ketiga memegang kekuasaan di indonesia.' menjadi wajar jika masyarakat mengira ada unsur politis dalam hal ini.apakah ini sebuah psy war dari penguasa untuk lawan politiknya.?
Dengan baik Antasari mengatakan "Saya dukung ini,"Beliau memberi grasi, membuat saya bisa begini. Murni tidak ada syarat-syarat lagi," Antasari Azhar.pada acara debat Pilkada DKI Jakarta.27/01/2017. apakah maksud Antasari grasi tersebut di tukar dengan dukungan.? Baiklah oh baiklah jika itu maksudnya.
Bisakah Antasari untuk tetap sebagai Antasari yang terhormat, berwibawa, selalu kritis memberikan pendapatnya, dan tidak ikut memainkan politik? Â melihat bahasa telunjuk Antasari yang hanya mengeluarkan "ssst.." Â apakah menandakan sedang terjadi deal-deal ke arah mana Antasari berjalan.? Baiklah oh baiklah.jika Antasari memang sudah memilih pihak. maka sebaiknya Antasari bisa menjaga stabilitas dan kedamaian NKRI seperti yang di lakukan oleh tokoh besar.dan tidak terprovokasi dengan ikut membuat gaduh bangsa ini.
Salam dari ayah benyu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H