[caption id="attachment_118746" align="aligncenter" width="640" caption="http://corongonline.blogspot.com/2011/06/buku-dan-ideologisasi.html"][/caption]
Seni adalah penyelaman ke dalam diri agar bisa menutup diri dari pengaruh luar. Seni adalah ikatan ritualistik mesin alam yang tidak pernah berhenti bergerak. Seni itu memesona. Seni memaku audiens di tempat duduk mereka, menghentikan kaki di depan sebuah lukisan, meletakkan sebuah buku di tangan. Merenung merupakan seni yang ajaib.
- Camillie Paglia - Youth Speak:
"On a personal level, I turned 22: "It feels great, I don't feel old (am I Supposed to?)"
Ketika menulis saya mengekpresikan perasaan saya. Saya tak pernah merasa tua atau muda. Saya hanya merasa, saya sedang menulis. Menulis beberapa hal yang membuat saya tertarik untuk diberikan kepada orang-orang tercinta. Menulis sedikit pemikiran konyol, dan beberapa pengharapan di sela-selanya. Bahwa benar tujuan saya menulis hanya ingin menulis.
> My Inspirations.
Hal itu bervariasi buat setiap individu penulis. Mungkin bisa menulis dengan lancar saat berada di cafe. Di jalan. Di antara keributan massal atau mungkin di suasana tenang dan nyaman. Ada juga yang sesuai mood atau tak tergantung mood. Itu semua bervariasi. Di segala medan siapapun bisa menulis. I feel that inspiration is not something you can seek out. It finds you. Inspirasilah yang menemukan para penulis itu. Sesuatu yang abstrak namun bisa dirasakan oleh setiap orang yang sedang menulis.
Inspirasi bisa datang darimana saja. Ya, terkadang ada beberapa penulis yang hanya duduk diam memandang kertas kosongnya, menunggu inspirasi itu datang. Seperti seorang penyair yang menunggu sajak utuh untuk kemudian di larungkan ke dalam metamorfosanya. Setiap penulis itu bertumbuh dan berkembang. Saya ataupun Anda.
Kita semua berproses dan mempunyai begitu banyak inspirasi untuk kita tuliskan dan kita bagikan kepada sesama dalam bentuk sebuah cinta dan kepedulian kita terhadap apa yang paling sedang kita pikirkan. Teman diskusi saya pernah bilang begini: "Saya menulis, karena saya peduli". Tentu, itu hal cukup bagus kan? Peduli terhadap diri. Menulis untuk diri. Dan apapun tujuan kita menulis, selama kita sedang menulis. Kita adalah penulis.
Buat saya, ide bisa datang darimana saja! Sama halnya seperti inspirasi. Namun ide yang paling mudah kita temukan adalah ide dari kekuatan emosional kita. Ketika motivasi itu muncul. Ide menyerbu bak tawon betina mau kawin. Berdengung-dengung di kepala, menyeruak minta dituliskan. Dan ya, menulis seperti perjalanan batin tanpa henti. Kadang terasa lelah dan bosan namun tetap saja rasanya perjalanan seperti ini sangat menyenangkan.
> Craziest thing I've Done.
Saya pernah menulis gila-gila'an ketika saya merasa sangat frustasi lalu bersembunyi ke dalam puisi. Saya menulis tiada henti. Setiap detik saya menulis. Menulis di mana saja. Mencatat apa saja. Menulis apa yang saya lihat, menulis apa yang saya dengar, menulis apa yang saya sesap, saya rasakan, yang saya tekankan, yang saya tegaskan, yang saya pedulikan, yang saya ingin beritahu, yang ingin saya sampaikan, ya! Saya menulis apapun yang saya inginkan.
> Talk and Share Goals.
Saya berbicara apa yang saya tulis. Bereksperimen dalam tulisan benar-benar membuat saya merasa: "I Feel Great!". Seperti sedang menyantap makanan lezat dan bergizi. Batin saya mengatakan, saya ingin menuliskan tentang ini. Lalu saya tulis seperti sedang bercinta dengan pemikiran saya. Seperti sedang berdialog bersama diri saya yang lain. Ini perjalanan batin antara apa yang kita tuliskan kadang terselip makna-makna baru untuk memaknai kehidupan ini.
***
Lalu sebuah teknologi diciptakan untuk efisiensi waktu, dana, dan menjadikan kelayakan hidup yang lebih cepat mengarahkan ke arah perbaikan. Dengan stamina dan motivasi. Teknologi sudah menjadi makanan penulis di era sekarang. Teknologi adalah wadah penulis-penulis baru dan penulis tetua yang bisa bertemu dan saling berbagi ilmu. Lalu berekpresi dan menjadikan kaya akan eksperimen-ekperimen baru. Â Menjadikan sebuah tujuan lebih mudah dipahami dan cepat menyebar, bahkan ke seluruh dunia melalui teknologi.
Berani Berekspresi Lewat Tulisan!
"Berekspresi lewat tulisan?! Siapa takut."
.
Ayolah kita bersemangat menulis lagi kali ini. Banyak hal yang masih belum kita ekspresikan. Kita hidup tak terpatok akan satu kehidupan. Hidup ini penuh warna, penuh cinta, penuh kegembiraan. Mari, mulai sekarang kita menulis hal-hal apa saja yang ingin kita tuliskan. Bukan melulu hal-hal yang itu-itu saja. Tapi, kita tahu?! Menulis dan concern pada satu hal akan membentuk karakter menulis kita tak bisa di copy paste orang lain haha.
Itulah kuncinya! Menulis dengan karakter yang kuat.
Atau ketika saya ingin menulis tentang "Perempuan Punya Cerita". Itu salah satu hal yang membuat saya nyaman untuk dituliskan ke dalam bentuk reportase, opini, atau bahkan sajak. Itu sama halnya ketika saya sedang merefleksi diri sebagai perempuan.
Bahwa kami punya suara dan hak untuk menulis yang sama. Tak terlepas dari perbedaan genre antara penulis laki-laki dan perempuan. Penulis adalah penulis. Tak ada yang namanya penulis perempuan atau penulis laki-laki dalam mengemukakan sebuah pemikiran ditambah kecerdasan emosional yang mendasarinya.
> I Write Until The Last Drop.
Hal terburuk yang dilakukan penulis adalah berhenti menulis. Kita semua punya gambaran tentang metode menulis sesuai dengan kata batin kita sebagai penulis. Penulis yang identik dengan idealisme ataupun prinsip adalah seseorang yang mampu memotivasi diri setiap harinya untuk tetap menulis. Itu yang secara diam-diam datang dari dalam batin masing-masing: "Can I write until the last drop?"
Seperti fragmen masa kecil, momen kebersamaan dengan orang-orang tercinta, perjalanan liburan, berita koran lokal, TV nasional, kuliner, teknologi, ilmu pengetahuan yang diperbaharui, wawasan apapun itu. Bahan-bahan sederhana seperti itu bisa menjadi inspirasi untuk tetap menulis tiada henti.
Ini kutipan yang cukup membantu saya tetap bangkit dari kursi malas saya. Kemudian menulis di sela-sela kesibukan saya yang lain. Dengan kata lain kalimat itu pemantik saya agar tetap menulis dalam kondisi apapun.
"Semua orang punya sebuah bakat ketika berusia 25 tahun. Yang sulit adalah memilikinya di usia 50 tahun"
.
( Edgar Degas)
***
Saya menyelipkan satu contoh sajak tentang sebuah kisah dari catatan harian saya:
"Celana Dalam Warna Merah"
Kamar kecil milikku sendiri
Berada tak jauh dari bau pohon kertas dan tinta dari laut
Lamat-lamat aku mendekat pada daun pintu berdiri
Mengintip isi kamar kecil di ujung lorong yang berpaut
---
"Ada yang datang," suara sengau dari belakang kepala bertubrukan
Apa yang akan datang, temui aku di lorong kecil
Di depan kamar yang bergandengan dengan rak-rak wawasan
Selalu ada terang di setiap gelap dari seekor kancil
---
Bukan sekadar tiupan angin semilir di lorong berujung
Bukan sekadar kuli tinta dari media yang melarung
Kami, aku, dan yang lain bukan pahlawan bersarung
Bukan pula prajurit yang siap di telikung
---
Dan ketika benteng-benteng jaman dihancurkan
Lalu napas pemikiran diselipkan disetiap ulasan
Kami akan bangkit dari kamar kecil untuk siap memagut
Memberikan warna terang membaui pohon kertas dan dari tinta laut
---
*Thank you for my inspiration: "It's you"
With Love, SiBengalLiar
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI