Mohon tunggu...
Yai Baelah
Yai Baelah Mohon Tunggu... Pengacara - (Advokat Sibawaihi)

Sang Pendosa berkata; "Saat terbaik dalam hidup ini bukanlah ketika kita berhasil hidup dengan baik, tapi saat terbaik adalah ketika kita berhasil mati dengan baik"

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Puber Ketiga

25 Desember 2020   23:40 Diperbarui: 25 Desember 2020   23:42 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bisa jadi, seseorang itu,  manusia, tiap diri, meski tak  setiap orang menyadarinya, akan mengalami masa puber atau pubertas.  

Pubertas?

Ya,  maksud saya perubahan kejiwaan yang berlatar belakang spiritual. Perubahan kejiwaan yang mempengaruhi rasa, pikiran dan laku kita. 

Tak hanya puber pertama atau kedua, tapi jika beruntung maka kamu bisa mengalami puber terakhir, boleh dikatakan sebagai "puber ketiga". 

Puber ketiga?

Ya, puber ketiga adalah masa di mana setelah kamu berhasil menghentikan dengan paksa puber kedua.  Ketika kamu berhasil menghentikan puber kedua itu, maka mulailah kamu memasuki periode puber ketiga. Berat memang....

Masa puber ketiga, itu masa pergolakan jiwamu yang paling menentukan. 

Paling menentukan? 

Ya. Ia akan menjadi warna terakhirmu.  Bagaimana rasamu, pikiranmu, lakumu pada puber ketiga, maka seperti itulah keadaanmu hingga di akhir usia nanti. 

Kalau tidak sanggup menghentikan puber kedua?  

Ya, boleh jadi hingga akhir hidupmu akan seperti itulah..... sebagaimana gambaranmu di masa puber kedua tadi. 

Maksudnya?

Ya, jikalau misalnya di masa puber kedua itu kamu masih suka berlenggak-lenggok menari, masih sangat mencintai dunia ini, tak sanggup menahan diri dari banyak keinginan, masih ingin dipuji dan dipuja, rindu harta dan jabatan, maka sampai kakek nenek juga akan masih seperti itu lakumu!

Aahh... masa' sih???

Lalu bagaimana caranya agar bisa berhenti bergoyang ria tadi?  

Ya, segera pijak rem, berhenti, lalu banting stir ke arah lain yang berlawanan.  Segera berubah. Paksakan diri agar berubah ke fase puber ketiga! Sebelum semuanya terlanjur...  keburu tua, pikun lalu mati. 

Maka berubahlah segera. Paksakan diri untuk meninggalkan puber keduamu, mengabaikan masa yang menggebu-gebu itu. Ketika jiwamu sedang mengebu-gebu!.

Berubahlah menjadi baik mumpung belum terlambat.   Meski usiamu sudah melampaui 40, tapi jangan berkecil hati. Meski sudah terlanjur kepala lima atau kepala enam, tetaplah berjuang. Kesempatan baik akan selalu ada selagi kita belum menutup mata.  

Ya, jangan berkecil hati. Meski sebenarnya diri ini  tetap saja khawatir......  kepala empatku sedikit lagi akan terlampaui... 

*sekedar nasihat diri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun