Mohon tunggu...
Yai Baelah
Yai Baelah Mohon Tunggu... Pengacara - (Advokat Sibawaihi)

Sang Pendosa berkata; "Saat terbaik dalam hidup ini bukanlah ketika kita berhasil hidup dengan baik, tapi saat terbaik adalah ketika kita berhasil mati dengan baik"

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Ketika Seorang Golput (Tak) Mesti Berpihak

13 April 2019   17:33 Diperbarui: 13 April 2019   18:06 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Kembali kepada tema utama ulasan ini, bahwa bagaimana ketika seorang golput mesti memihak meski ia sendiri tak mesti bergerak, tak harus ikut(ikutan) turun gunung mencoblos di TPS?  Berpihak seperti apa? Bagaimana?

Terlebih dahulu harus dipahami, bahwa golputer itu kebanyakan adalah orang yang cerdas, rata-rata cerdas, banyak berasal dari kalangan intelektual, meski tak seluruhnya. Khususnya, mereka yang ter-kategori "golput idelogis", golputer sejati dengan segala idealismenya itu. Dan... pernyataan penulis ini tak usah diuji, setidaknya saat ini. Baiknya pada waktunya nanti, pada momen lain di suatu diskusi yang lebih berisi di warung kopi. Hhhhhhhh! (lagi dan lagi).

So? apa hubungan soal cerdas mencerdas tadi? 

Begini, dengan kecerdasannya itu, kecerdasan tidak dalam tanda kutip, maka sudah tentu sang golputer dapat, mampu dan bisa menilai, dapat memandang baik buruknya, layak tidak seorang calon, katakanlah capres. Lalu, dengan "penilaiannya itu",  sang golputer tadi dapat menyimpulkan hal siapa sebaiknya di antara mereka yang bertanding itu "selayaknya dikalahkan".  Kemudian  sang golputer  berusaha untuk "sedikit turut bermain" dalam permainan politik yang makin menggelitik ini.

Sang golputer sedikit banyak akan sengaja  menyebarkan ide-idenya lewat  komunikasi lisan atau tulisan yang  cenderung menuntun pendengar/pembaca untuk "berpihak" kepada hanya salah satu kandidat saja. Dan dalam komunikasinya itu, bisa saja terjadi  si golputer sedikit  'menyerang'  pihak lainnya yang tidak dikehendakinya untuk jadi/terpilih. Tentu itu semua dilakukan dengan cara cantik, tidak mengobrak-abrik sesuai karakteristik atau watak  asli sang golputer yang (masih) idealis tadi.             

Terakhir, timbul pertanyaan yang tak perlu dipersoalkan. Bahwa, apakah ini berarti sang golputer tadi mengurungkan niatnya untuk golput. Tentu konsekuensinya tak layak lagi buat dirinya disebut golput jika ia sudah memantapkan pilihannya terhadap calon tertentu? 

Tidak begitu. Tidak seperti itu. Tidak berarti ketika ia sudah mulai berpihak dan bahkan boleh dikatakan sampai pada tindakan "mengajak" orang  untuk memilih calon tertentu, namun itu semua tidak dilakukan secara terang-terangan (tidak blak-blakan). Tetap dengan cara  yang terkesan halus, semacam pesan tersembunyi. Ajakannya hanya sekedar mengarahkan kepada calon tertentu meski tidak ditentukan siapa nama orangnya. Hanya dengan memberikan "clue-clue" atau berupa tanda-tanda yang mengarah kepada karakter calon tertentu, yang identik dengan kandidat dimaksud.  

Begitulah, pada akhirnya, seorang golputer sejati, akan berusaha untuk tetap menjaga  idealime dan mempertahankan ideologinya itu, yang diwujudkan dengan tampilan yang tetap terkesan "netral", tidak memihak.  Yang tampak dari massage-massagenya  yang bernuansa logis, mengajak berpikir rasional dan akademis.

Tentu, ia tak akan seceroboh itu mau merendahkan dirinya dengan turut berpartisipasi dalam kancah politik praktis yang sudah telanjur di cap "kotor" oleh sang golputer itu sendiri.  Seperti menjilat ludah sendiri yang sudah terbuang. Tentu tidak demikian. Tidak akan demikian.  Sang golputer tetap akan terikat kepada "kode etik"nya, yakni pantang menyebut nama orang tertentu sebagai dukungan dengan konsekuensi dapat "melukai hati" pihak seberang yang tidak diinginkannya. 

Begitulah, golputer juga manusia, memiliki kelembutan hati layaknya kalian juga. Bahkan lebih dari itu, perasanya sangat sensitif sehinga ia merasa perlu untuk menjaga kata-katanya sehalus mungkin, jangan sampai ada pihak-pihak, dari pihak manapun mereka,  yang tersinggung bahkan marah dari akibat pernyataan-pernyatannya.  

Demikian. Tulisan ini adalah semacam "pengakuan", dari seorang golputer, yang mengetahui  langsung bagaimana sebenarnya keadaan yang sedang terjadi, yang terjadi pada diri pelaku golput. Setidaknya, ini adalah "isi pikiran" dari salah satu golputeres itu.         

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun