Daya memahami makna, bukan soal sejauh mana kualitas keilmuan sastranya, tapi sekali lagi, ini adalah soal rasa. Â Rasa yang tak semua orang sama. Maka semua berpulang kepada yang punya (rasa). Â Demikian. Apa yang saya kemuka tadi adalah fakta. Lantas, siapa yang bisa membantah?
Tidak pula bermaksud melarang seseorang menafsirkan sebuah puisi. Memberikan tafsir atas sebuah puisi. Itu bagus dan baik, karena justru bisa saja akan menyenangkan penulisnya (penulis puisi tadi).  Bagi sang penulis, mestilah itu diperhati  sebagai bentuk perhatian yang layak diperhati.Â
Begitulah pula, penulisi puisi mestilah "merelakan atau mengikhlaskan"  ke  setiap orang untuk bebas menafsirkan puisinya sesuai pemahaman pembacanya, bahkan sesuai seleranya (pembaca), tak juga ada sanksinya.Â
Jadi, jangan pernah membatasi atau memberikan kriteria formalitas (syarat kelayakan) kepada seseorang untuk menjadi pantas menafsirkan puisi. Saya tidak sepakat soal itu.Â
Cuma perlu dicatat saja, mestilah selalu diingat bahwa  tafsir yang paling tepat adalah tafsir yang bersumber dari pelontar kata itu sendiri, si pembuat puisi tadi.Â
Dalam hal ini kita (pembaca/pendengar) mestilah tahu diri.  Sekali lagi, jangan membatasi seolah-olah hanya mereka  yang menguasai ilmu sastra saja yang boleh dan berhak menafsirkan puisi.  Kita bisa saja mengatakan puisi ini baik, puisi itu buruk, bermanfaat atau tidak bermanfaat. Â
Itu adalah realitas dari sebuah subjektifitas, tergantung kepentingan yang membaca. Kalau dia merasa untung (mendapatkan nasihat/hikmat), merasa mendapat bermanfaat (menginspirasi), merasa nikmat atau sebaliknya, emang masalah boeat loe?!. Hehehehe.  Maka begitulah maksudnya sebagaimana yang sering saya bilang, "tergatung keberuntungan". Â
Sekali lagi, karena puisi adalah imajinasi, maka bebaslah orang menafsir sesuai imajinasinya masing-masing. Tapi ingat, sebaik-baik tafsir, sebenar-benar tafsir adalah tafsir yang diberikan oleh si pembuat puisi itu sendiri.
Menafsirkan puisi oleh pembaca puisi, adalah usaha pendekatan guna memahami pesan yang terkandung dalam suatu puisi, mencoba menangkap pesan apa yang hendak disampaikan si pembuat puisi.
Bukan berarti usaha ini tidak bisa, mustahil maksudnya. Tidak begitu. Puisi, ada yang mudah ada yang sulit dipahami, ada yang terang ada yang gelap (tersembunyi pesannya).Â