Tak ada marah yang paling indah, kecuali kemarahan seorang penyair.
Seorang penyair yang murka, maka marahnya adalah satir
Kata-katanya deras bagai hentakan airÂ
Tetap mengalir meski disisir  Â
Sindirannya lembut bak angin semilir
Tapi yang kena serasa disiram pasir
.
Meski getir dan bikin ketar-ketir
Tapi dengan mudah ia bisa mangkir
Karena umpatannya mengandung anasir
Tak asal  plintar plintir
Maka tak heran bila yang mendengar ada yang naksir
Meski beberapa ada yang minggir
.
Beda dengan sarkasme, satir tak bermaksud mengusir
Justru ia mengharap hadir
Hadirnya kesadaran mereka yang tersindir
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
*Marah dengan indah berarti engkau marah tak menggunakan kata-kata nista, tidak menista orang lain dan tidak pula menista diri sendiri#yaibaelah
*Pun kita membenci seseorang, mestilah kita memilih kata ketika mencaci. Â Kata yang membacakan diri kita bukanlah seorang pembenci#yaibaelah
*Antara isi dan diksi. Ungkap jati diri sejati. Apakah anda seorang pembenci. Ataukah anda sang pengasih#yaibaelah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H