Mohon tunggu...
Siauw Tiong Djin
Siauw Tiong Djin Mohon Tunggu... Ilmuwan - Pemerhati Politik Indonesia

Siauw Tiong Djin adalah pemerhati politik Indonesia. Ia bermukim di Melbourne, Australia

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

THHK, Baperki dan Nation-Building

13 Maret 2022   15:40 Diperbarui: 13 Maret 2022   16:00 1916
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tiong Hoa Hwee Kwan (THHK)

Tiong Hoa Hwee Kwan (THHK) -- Rumah Perkumpulan Tionghoa -- didirikan pada 17 Maret 1900 oleh beberapa tokoh peranakan Tionghoa di Batavia  (Jakarta).  Tujuan utama para pendirinya adalah mendorong Tionghoa yang bermukim di kawasan Hindia Belanda (nama Indonesia ketika ia dijajah oleh Belanda) untuk mengenal identitas-nya.  Mereka menginginkan komunitas Tionghoa yang sudah bergenerasi hidup di Hindia Belanda mengenal kebudayaan Tionghoa sehingga mereka bisa bersatu sebagai satu kelompok komunitas yang dihormati oleh penjajah Belanda.  Proses pengenalan kebudayaan atau pencarian identitas yang ditempuh oleh para pendiri THHK adalah penyebar-luasan ajaran Kong Hu Cu, ajaran atau "agama" yang dijunjung oleh komunitas Tionghoa baik di dalam maupun di luar Tiongkok pada zaman itu. 

Pengertian bangsa Tionghoa  berkaitan dengan Chinese Race, karena memang pada waktu itu, persoalan negara dan bangsa belum jelas. Pembentukan THHK mendahului pembentukan Republik Tiongkok yang dipimpin oleh Dr. Sun Yat Sen.

Lahirnya THHK membuahkan beberapa sikap penting dalam sejarah Indonesia. 

Para pendiri THHK memutuskan untuk menyebar-luaskan ajaran Kong Hu Cu ini melalui jalur pendidikan.  Berdirilah sekolah-sekolah THHK di berbagai kota besar di Hindia Belanda.  Bahasa pengantar yang dipergunakan adalah bahasa Guo Yu -- Mandarin . Guru-guru lulusan Tiongkok dan berbagai tempat lainnya di "import" untuk mengajar dengan program pendidikan modern yang secara keseluruhan bersandar pada apa yang berkembang di Tiongkok.  

Upaya THHK disambut oleh komunitas Tionghoa di Hindia Belanda, baik mereka yang berasal dari kelompok peranakan (yang sudah bergenerasi di Hindia Belanda) maupun yang berasal dari kelompok totok (yang lahir di Tiongkok).  Sekolah-sekolah THHK berkembang pesat.  Komunitas Tionghoa yang berhubungan dengan THHK terdorong untuk berkiblat ke Tiongkok dan mengenal, bahkan mendukung, nasionalisme Tiongkok.

Perkembangan ini  mengkhawatirkan pemerintahan Belanda.  Penjajah Belanda terdorong untuk membuka sekolah-sekolah Belanda khusus untuk komunitas Tionghoa pada 1908.  Tujuannya adalah menarik sebanyak mungkin siswa Tionghoa supaya pengaruh nasionalisme Tiongkok bisa berkurang.

THHK berhasil menyebabkan komunitas Tionghoa, terutama generasi mudanya, mengenal ajaran Kong Hu Cu dan kebudayaan Tionghoa.  Walaupun ini tidak berubah menjadi keinginan untuk "kembali" ke Tiongkok, oleh banyak sejarawan, dampaknya, dinyatakan mendorong kebangkitan nasionalisme Indonesia pada 1908.

Selain penemuan identitas Tionghoa dan ke-Tionghoaan ala Hindia Belanda, THHK  melahirkan pula sebuah istilah yang memiliki makna penting.  THHK merupakan organisasi pertama yang memperkenalkan dan menyebar-luaskan penggunaan istilah Tionghoa (menurut dialek Hokkian) atau Zhong Hua (menurut dialek Mandarin), menggantikan istilah "Cina".  Para pejuang revolusi Tiongkok di bawah pimpinan Dr Sun Yat Sen mengukuhkan istilah Tionghoa. Republik yang ia dirikan pada 1911 dinamakan Zhong Hua Ming Guo  (dalam Mandarin) atau Tiong Hoa Bing Kok (dalam Hokkian). Tionghoa dijadikan istialh perjuangan.

Para pejuang nasionalis Indonesia-pun menganut istilah "Tionghoa" sebagai istilah perjuangan.  Bagi mereka, istilah "Tionghoa" memiliki makna yang sama dengan istilah "Indonesia" yang dijadikan dasar pemersatu perjuangan yang diikrarkan dalam Sumpah Pemuda pada  1928. 

Sejarah menunjukkan bahwa istilah "Tionghoa" digunakan oleh komunitas Indonesia dan  pemerintah RI, hingga  pemerintah Suharto mengeluarkan kebijakan pada tahun 1967 untuk menggantinya dengan istilah "Cina", sebuah istilah yang mengandung konotasi penghinaan terhadap Tionghoa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun