Mohon tunggu...
Siamila Rizqiana
Siamila Rizqiana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Only for Assignment

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Faktor Penyebab Obesitas (Overweight) pada Remaja

2 Januari 2022   19:37 Diperbarui: 2 Januari 2022   20:02 1460
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Siamila Rizqiana

Mahasiswa Kesehatan Masyarakat

Universitas Pekalongan

Abstrak

Obesitas merupakan jenis penyakit metabolik yang disebabkan oleh adanya akumulasi lemak yang berlebihan. Masa remaja merupakan periode penting pada pertumbuhan yang menentukan periode berikutnya. Oleh karena itu, perlu adanya pendampingan orang tua dalam membentuk pola makan dan gaya hidup anak untuk menghindari gejala obesitas pada remaja. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor penyebab obesitas pada usia remaja. 

Metode penelitian menggunakan studi kepustakaan. Hasilnya, banyak penelitian yang menunjukkan bahwa faktor penyebab obesitas pada remaja dipengaruhi oleh pola makan dan gaya hidup yang buruk seperti tingginya konsumsi fast food, rendahnya aktivitas fisik, dan pengaruh sarapan di pagi hari.

Kata kunci: Obesitas, remaja, fast food, aktivitas fisik, sarapan.

 

PENDAHULUAN

Obesitas merupakan penyakit atau kelainan yang ditandai dengan penimbunan jaringan lemak di dalam tubuh yang berlebihan (Humairoh, 2021: 1195). Batas umum dikatakan obesitas adalah kelebihan berat badan diatas 20% dari standar normal. 

Penyebab dari kondisi obesitas adalah ketidakseimbangan antara energi yang masuk bersama makanan ke dalam tubuh, khususnya dalam bentuk lemak dan karbohidrat (Nugroho,  2018). Obesitas atau kegemukan merupakan penyebab terjadinya penyakit tidak menular yang angkanya terus mengalami peningkatan di Indonesia.

Berdasarkan World Health Organization (WHO), istilah  remaja merujuk pada penduduk pada rentang usia 10 sampai dengan 19 tahun. Sedangkan berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 25 Tahun 2014 menjelaskan bahwa remaja adalah penduduk dengan rentang usia 10 sampai dengan 18 tahun. 

Penjelasan lain dapat melihat pengertian dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) yang menetapkan kategori remaja terletak pada rentang usia 10 sampai dengan 24 tahun dan belum menikah.

Remaja yang mengalami obesitas memiliki resiko obesitas yang lebih besar saat dewasa. Hal ini dibuktikkan dengan peningkatan insiden obesitas pada peride transisi dari remaja menuju dewasa pada lima tahun terakhir (Simpati, 2021). 

Meskipun faktor genetik menjadi salah satu penyebab, namun tidak dapat dipungkiri faktor gaya hidup dan pola makan menjadi penyebab utama obesitas pada remaja. Oleh karena itu, diperlukan pola asuh orang tua dalam membentuk pola makan serta kebiasaan anak (Mushonga, 2017). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor penyebab obesitas yang terjadi pada usia remaja.

METODE

Desain penelitian menggunakan metode studi kepustakaan. Penulis melakukan review jurnal yang didapatkan di internet terakait gejala obesitas pada remaja. Setelah mendapatkan jurnal yang sesuai dengan topik pembahasan kemudian penulis melakkan analisis data dan disajikan secara kualitatif deskriptif.

PEMBAHASAN

Teori klasik H. L. Blum menjelaskan bahwa faktor yang dapat memengaruhi deraja kesehatan seseorang terdiri atas: 1) perilaku; 2) lingkungan; 3) pelayaan kesehatan; dan 4) genetik. Perilaku dan gaya hidup menjadi faktor utama dalam menentukan tingkat kesehatan, misalnya pola makan seseorang. Penelitian dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menujukkan bahwa prevalensi obsesitas di Indonesia pada rentang usia 5 - 12 tahun tercatat sebesar 18,8% sedangkan pada rentang usia 13 - 15 tahun sebesar 10,8%.

Kasus obesitas pada usia remaja masih menjadi masalah dunia yang dipengaruhi oleh berbagai faktor. Pola makan menjadi faktor utama dalam menyebabkan obesitas pada remaja dimana makanan yang disajikan tidak memiliki mutu gizi yang seimbang. 

Kecukupan gizi pada anak disebebabkan oleh kecukupan konsumsi anak, namun pada usia tersebut biasanya anak lebih aktif dalam memilih makanan yang disukai. Setidaknya, ada tiga faktor penting yang memengaruhi tingkat obesitas pada usia remaja.

  • Pengaruh Fast Food (Makanan Cepat Saji)

Simpati (2021) menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan antara mengonsumsi fastfood terhadap peningkatan gejala obesitas. Hasil penelitian ini didukung oleh Younas (2021) yang melakukan penelitian pada remaja Pakistan dan menyimpulkan bahwa konsumsi fast food pada remaja sedang menjadi tren dan memilii dampak yang mengarah pada obesitas.  Fast food merupakan bentuk makanan siap saji yang terbagi dalam beberapa jenis yaitu beradasrkan kemasan, teknik olah, dan sebagainya.

Fast food juga dibedakan menjadi makanan yang di goreng, makanan dalam kemasan kaleng, asinan, makanan olahan daging (burger, sosis, dan lain-lain), makanan berlemak dan jerohan, makanan yang dibakar, dan masih banyak lainnya. Fast food dalam penelitian tersebut mengacu pada jenis makanan yang dikemas, mudah disajikan, instan atau praktis, serta dapat diolah dengan cara yang sederhana. 

Fast food memiliki kandungan gizi yang tidak seimbang, tinggi kalori, tinggi lemak, gula dan garam serta rendah serat. Kalori dan lemak yang berasal dari fast food dalam jumlah berlebih akan disimpan dalam tubuh yang dalam jangka waktu tertentu dapat menyebabkan overweight (obesitas).

Penelitian Sriwahyuni (2021) menguatkan bahwa adanya relasi obesitas dengan konsumsi fast food pada anak usia remaja. Frekuensi anak mengonsumsi fast food rata-rata 1-2 kali seminggu dalam bentuk konsumsi fried chicken, bakso, nugget, dan soft drink (Junaidi, 2016). Fast food yang sudah masuk dalam lingkungan sekolah lebih mudah dijangkau oleh anak (Syafriani, 2018) ditambah dengan waktu penyajiannya yang singkat sehingga tidak memakan waktu lama untuk dihidangkan (Purnamasari, 2017).

  • Pengaruh Aktivitas Fisik

Rila Simpati dan Retno Sugesti (2021) membuktikkan adanya pengaruh antara aktivitas fisik terhadap obesitas. Aktivitas fisik merupakan gerakan untuk melatih otot-otot tubuh dan sistem penunjangnya. Tipe aktivitas fisik yang dapat mempertahankan kesehatan tubuh meliputi: pertama, ketahanan (endurance) yang dapat mendorong kesehatan jantung, paru-paru, otot, dan sistem sirkulasi darah. 

Kedua, kelenturan (flexibility) yang dapat membantu pergerakan, mempertahankan kelenturan otot, dan menjaga fungsi sendi. Ketiga, kekuatan (strength) yang membantu kerja otot dalam menahan beban, mempertahankan bentuk tubuh, dan menjaga kesehatan tulang.

Aktivitas fisik yang melibatkan kerja otot dalam kegiatan sehari-hari dapat mengontrol keseimbangan energi yang masuk ke tubuh, setiap kegiatan yang dilakukan juga dapat mendorong peningkatan dan pembakaran kalori. Sifat malas dalam melakukan aktivitas fisik dapat memicu resiko terjadinya obesitas. 

Penelitian ini didukung oleh Sawaswati (2021) yang menjelaskan bahwa aktivitas fisik dari usia anak-anak dapat memengaruhi kesehatan seumur hidup.  Aktivitas fisik dengan berbagai jenis kegiatan ringan dibutuhkan untuk membakar kalori sehingga kandungan makanan tidak menjadi lemak jahat yang mengendap dalam tubuh sehingga menjadi pemicu obesitas.

  • Pengaruh Sarapan Pagi

Sarapan juga memiliki pengaruh yang signifikan dalam mendorong terjadinya obesitas. Sarapan  di pagi hari menjadi kegiatan penting yang dilakukan sebelum menjalani aktivitas. Sarapan dilakukan mulai dari bangun pagi sampai dengan jam 9 pagi dan sebaiknya memuhi 15-30% dari angka kebutuhan gizi harian. 

Sarapan menjadi sangat bermanfaat pada masa pertumbuhan remaja seperti penurunan risiko obesitas, peningkatan konsentrasi di sekolah, mengurangi resiko anemia, status gizi normal, serta kemampuan disik dalam menurunkan resiko diabetes tipe 2.

KESIMPULAN

Obesitas merupakan permasalahan dunia yang angkanya terus naik dari tahun ke tahun. Faktor penyebab utamanya adalah pola makan dan gaya hidup tidak sehat seperti konsumsi fast food berlebih, kurangnya aktivitas fisik, dan pengabaian sarapan pagi hari oleh remaja. perlu adanya langkah sigap dari orang tua dan berbagai pihak pendukung agar remaja dapat membentuk pola makan dan gaya hidup yang lebih sehat baik di lingkungan rumah, sekolah, maupun pada lingkup pertemanan. Hal ini disebabkan kekhawatiran obesitas pada remaja memiliki peluang lebih besar untuk kembali mengidap obesitas pada usia dewasa dan berdampak buruk bagi kesehatan.

Daftar Pustaka

Humairoh, Dwi Camelia dan Purwo Setiyo Nugroho (2021) Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu dan Pengetahuan Gizi dengan Kejadian Obesitas Pada Remaja di SMPN 18 Samarinda. Borneo Student Research. 2 (2).

Junaidi. (2016). Habist Of Consumption Fast food To Primary School Children Of Obesity In Banda Aceh. Aceh Nutrition Journal. 1(2).

Mushonga, N. G. T., Mujuru, H. A., Nyanga, L. K., Nyagura, S., Musaka, N., & Dembah, R. (2017). Parental Knowledge, Attitudes and Practices Regarding Overweight among Preschool Children in Rural Zimbabwe. African Journal of Food, Agriculture, Nutrition and Development. 17(4).

Nugroho, P. S., & Fahrurodzi, D. S. (2018). Risiko Obesitas Terhadap Diabetes Melitus di Indonesia ;Studi Data Indonesian Family Life Ssurvey V. Jurnal Publikasi Kesehatan Masyarakat Indonesia. 5(3).

Saraswati, Kurnia Siwi, dkk. (2021) Literature Review: Faktor Risiko Penyebab Obesitas. Media Kesehatan Indonesia. 20 (1).

Simpati, Rila dan Retno Sugesti (2021) Pengaruh Konsumsi Fast Food, Asupan Sarapan Pagi dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Pada Remaja Putri. SIMFISIS Jurnal Kebidanan Indonesia. 1 (1).

Sriwahyuni, dkk. (2021) Pola Makan Terhadap Kejadian Obesitas Pada Anak. Jurnal Asuhan Ibu&Anak. 6 (2).

Younas, Bilal, Waqas Ahmad Khalid, dan Mansoor Ul Hassan. (2021) Fast Food Consumption and Increased Caloric Intake Leading to Obesity Survey Among Pakistan Teenagers. Sys Rev Pharm. 12 (4).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun