Fast food juga dibedakan menjadi makanan yang di goreng, makanan dalam kemasan kaleng, asinan, makanan olahan daging (burger, sosis, dan lain-lain), makanan berlemak dan jerohan, makanan yang dibakar, dan masih banyak lainnya. Fast food dalam penelitian tersebut mengacu pada jenis makanan yang dikemas, mudah disajikan, instan atau praktis, serta dapat diolah dengan cara yang sederhana.Â
Fast food memiliki kandungan gizi yang tidak seimbang, tinggi kalori, tinggi lemak, gula dan garam serta rendah serat. Kalori dan lemak yang berasal dari fast food dalam jumlah berlebih akan disimpan dalam tubuh yang dalam jangka waktu tertentu dapat menyebabkan overweight (obesitas).
Penelitian Sriwahyuni (2021) menguatkan bahwa adanya relasi obesitas dengan konsumsi fast food pada anak usia remaja. Frekuensi anak mengonsumsi fast food rata-rata 1-2 kali seminggu dalam bentuk konsumsi fried chicken, bakso, nugget, dan soft drink (Junaidi, 2016). Fast food yang sudah masuk dalam lingkungan sekolah lebih mudah dijangkau oleh anak (Syafriani, 2018) ditambah dengan waktu penyajiannya yang singkat sehingga tidak memakan waktu lama untuk dihidangkan (Purnamasari, 2017).
- Pengaruh Aktivitas Fisik
Rila Simpati dan Retno Sugesti (2021) membuktikkan adanya pengaruh antara aktivitas fisik terhadap obesitas. Aktivitas fisik merupakan gerakan untuk melatih otot-otot tubuh dan sistem penunjangnya. Tipe aktivitas fisik yang dapat mempertahankan kesehatan tubuh meliputi: pertama, ketahanan (endurance) yang dapat mendorong kesehatan jantung, paru-paru, otot, dan sistem sirkulasi darah.Â
Kedua, kelenturan (flexibility) yang dapat membantu pergerakan, mempertahankan kelenturan otot, dan menjaga fungsi sendi. Ketiga, kekuatan (strength) yang membantu kerja otot dalam menahan beban, mempertahankan bentuk tubuh, dan menjaga kesehatan tulang.
Aktivitas fisik yang melibatkan kerja otot dalam kegiatan sehari-hari dapat mengontrol keseimbangan energi yang masuk ke tubuh, setiap kegiatan yang dilakukan juga dapat mendorong peningkatan dan pembakaran kalori. Sifat malas dalam melakukan aktivitas fisik dapat memicu resiko terjadinya obesitas.Â
Penelitian ini didukung oleh Sawaswati (2021) yang menjelaskan bahwa aktivitas fisik dari usia anak-anak dapat memengaruhi kesehatan seumur hidup. Â Aktivitas fisik dengan berbagai jenis kegiatan ringan dibutuhkan untuk membakar kalori sehingga kandungan makanan tidak menjadi lemak jahat yang mengendap dalam tubuh sehingga menjadi pemicu obesitas.
- Pengaruh Sarapan Pagi
Sarapan juga memiliki pengaruh yang signifikan dalam mendorong terjadinya obesitas. Sarapan  di pagi hari menjadi kegiatan penting yang dilakukan sebelum menjalani aktivitas. Sarapan dilakukan mulai dari bangun pagi sampai dengan jam 9 pagi dan sebaiknya memuhi 15-30% dari angka kebutuhan gizi harian.Â
Sarapan menjadi sangat bermanfaat pada masa pertumbuhan remaja seperti penurunan risiko obesitas, peningkatan konsentrasi di sekolah, mengurangi resiko anemia, status gizi normal, serta kemampuan disik dalam menurunkan resiko diabetes tipe 2.
KESIMPULAN
Obesitas merupakan permasalahan dunia yang angkanya terus naik dari tahun ke tahun. Faktor penyebab utamanya adalah pola makan dan gaya hidup tidak sehat seperti konsumsi fast food berlebih, kurangnya aktivitas fisik, dan pengabaian sarapan pagi hari oleh remaja. perlu adanya langkah sigap dari orang tua dan berbagai pihak pendukung agar remaja dapat membentuk pola makan dan gaya hidup yang lebih sehat baik di lingkungan rumah, sekolah, maupun pada lingkup pertemanan. Hal ini disebabkan kekhawatiran obesitas pada remaja memiliki peluang lebih besar untuk kembali mengidap obesitas pada usia dewasa dan berdampak buruk bagi kesehatan.