Minggu, 19 Nopember 2017 hingga pukul 19.30 WIB, komplek kampus Universitas Kristen Indonesia (UKI) masih dipenuhi anak-anak muda. Mereka berkumpul dan beraktivitas dibeberapa titik. Ada yang dipelantaran kampus, ditaman kampus dan ada juga yang didalam ruangan. Kalau ditotal, jumlahnya bisa mencapai ratusan orang. Anak-anak muda yang sebagian besar adalah pemuda-pemudi Batak (Naposo Batak) tersebut, juga terlihat melakukan aktivitas yang berbeda-beda. Ada yang latihan menari (tortor), latihan paduan suara, liturgi, rapat, dan ada juga yang sekedar duduk-duduk santai dipelantaran kampus atau hanya sekedar melihat lihat. Beragam aktivitas yang dimaksud diatas dilakukan dalam rangka persiapan perayaan Natal.
Setiap hari Sabtu dan minggu, komplek kampus Universitas Kristen Indonesia yang berlokasi di Cawang, Jakarta Timur tersebut, memang selalu dipenuhi oleh Naposo Batak. Intensitas pertemuan-pertemuan disana semakin meningkat menjelang Bulan Desember, dimana perkumpulan perkumpualan (punguan marga) Naposo Batak akan mengadakan perayaan Natal. Tentunya, konsep dan waktu pelaksanaanya juga berbeda-beda.Â
Sebetulnya, kegiatan tersebut tergolong kegiatan yang positif, karena selain dapat mempererat tali persaudaraan, aktivitas tersebut sekaligus dapat mencegah Naposo Batak menghabiskan waktunya untuk perbuatan perbuatan yang negative atau menyimpang di Ibu Kota. Dengan begini, waktu akhir pekannya dihabiskan untuk kumpul kumpul di UKI.
Tanpa bermaksud mengesamping kemanfaatan aktivitas-aktivitas Naposo Batak yang cenderung dilakukan secara rutinitas tadi, apa sebetulnya peluang dan tantangan Naposo Batak kekinian, atau sekarang sering disebut Naposo Batak jaman now ?. Sebagai pengingat, saat ini kita sudah berada pada masa Revolusi Industri 4.0. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, kita akan berangkat dari kondisi kekinian. Pertama, bahwa kita harus mengakui Dunia berubah cukup cepat, perkembangan teknologi berkembang sangat pesat.Siap atau tidak siap, kita harus mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan yang dimaksud. Kalau tidak, kita pasti akan tertinggal. Tergilas oleh jaman. Kedua, saat ini kita sudah mulai mengalami Bonus Demografi Indonesia. Bonus Demografi ini, bisa jadi peluang besar, bisa juga jadi tangtangan yang cukup mengancam perkembangan bangsa.
Dari segi perkembangan teknologi misalnya, seperti yang disinggung Presiden Joko Widodo belum lama ini saat berbicara didalam forum Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional, 26 April 2017 di Jakarta. Presiden Jokowi menyoroti masih kurang baiknya perencanaan di Indonesia dan betapa tertinggalnya kita dalam hal penguasaan teknologi. Presiden meminta ada perubahan perencanaan agar menjadi lebih visioner seperti bos Tesla, Elon Musk. Seperti Mark Zuckerberg si pemilik Facebook, seperti Jack Ma si pemilik Alibaba, dan orang-orang sukses lainnya.
"Di luar sana orang sudah berpikir jauh. Coba lihat Elon Musk, dia berpikir mengenai kendaraan supercepatnya hyperloop, Tesla, dan SpaceX. Mereka sudah berpikir ke mana-mana, ke arah masa depan yang sangat fantastik," pungkas Joko Widodo. Musk sendiri belum lama ini kembali berambisi untuk membangun antarmuka mesin-otak bernama Neuralink yang menjalankan isi kepala. Mesin ini mengombinasikan kecerdasan otak manusia dan mesin yang konsepnya sebenarnya sama seperti yang diinginkan Facebook. Kendati demikian, Musk dan timnya tampaknya sudah lebih dekat untuk memasarkan interface ini sebagai produk massal. Bos SpaceX ini ingin mewujudkan Neuralink dalam empat tahun ke depan.
Jokowi mengakui jalan yang harus dilalui Indonesia begitu panjang untuk mengejar ketertinggalan, tapi bukan berarti tidak bisa. Apalagi jika pengembangan teknologi tidak selalu berkutat pada hal-hal konvensional. "Dulu kita bicara internet (dial up), tak lama kemudian bicara mobile internet," kata Jokowi. "Belum selesai bicara mobile internet, sudah ada Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan. Itulah kecepatan yang harus kita ikuti."
Terkait kondisi bonus demografi, Negara Indonesia memang akan mendapatkan bonus yaitu bonus demografi pada tahun 2020 sampai tahun 2030. Paling lama sampai tahun 2035. Bonus demografi dapat diartikan sebagai sebuah fase, siklus atau kondisi dimana usia produktif pada sebuah negara lebih besar daripada usia non produktifnya. Kondisi ini tentunya akan otomatis berdampak terhadap perekonomian suatu negara. Dampak ekonomisnya adalah, pertumbuhan perekonomian yang signifikan dengan catatan adanya tindakan pra kondisi yang efektif.
Kondisi atau fase ini disebut bonus karena tidak terjadi terus menerus melainkan hanya sekali saja terjadi dalam beribu-ribu tahun. Sedangkan yang dimaksud usia produktif yaitu kategori usia 15 - 64 tahun. Hitungan ekonomisnya, ketika usia produktif mendominasi jumlah penduduk suatu negara, maka akan menjadikan rasio ketergantungannya (Depedency Ratio) menjadi rendah. Sementara rasio ketergantungan penduduk Indonesia pada tahun 2020 sampai tahun 2035 diperkirakan berada dikisaran 0,4 - 0,5. Itu artinya 100 orang usia produktif hanya akan menanggung 40 - 50 saja penduduk usia non produktif. Kondisi ini tentu akan mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi bangsa. Sesuai kondisi diatas, beberapa pihak berpendapat bahwa tahun 2030 - 2035 adalah masa keemasan Indonesia.Â
Pendapat ini memang ada benarnya. Karena jika ada persiapan yang matang dalam menyambut masa itu, akan menjadi berkah tersendiri untuk Indonesia. Oleh sebab itu, harus dimanfaatkan dan disikapi lewat langkah-langkah yang konprehensif. Dan mengingat waktunya yang sudah semakin dekat, segala persiapannya sudah harus dimulai dari sekarang. Semua pihak harus berbenah diri.
Menanggapi Bonus Demografi tersebut, Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Surya Chandra Surapaty, mengatakan bonus demografi bisa menjadi bencana jika tidak dipersiapkan dengan baik. Hal tersebut terungkap dalam Seminar Kependudukan di Aula FKIP Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Rabu (2/8/2017). Acara tersebut dihadiri Rektor UNS Prof Dr Ravik Karsidi, MS dan Sekda Surakarta Budi Yulistianto. Seminar juga diikuti ratusan siswa dan mahasiswa.
Penguatan Kapasitas dan Kreativitas, Solusi Tantangan Jaman.
Dari kedua kondisi tadi, perkembangan teknologi yang cukup pesat dan dalam rangka memanfaatkan bonus demografi Indoesia, penguatan kapasistas atau upgrade Sumber Daya Manusia (SDM) adalah sesuatu yang mutlak dilakukan. Oleh sebab itu, kegiatan-kegiatan Naposo Batak juga seyogianya harus diarahkan kepada penguatan penguatan kapasitas. Selain unsur pelestarian budaya tentunya. Karena hanya dengan demikian kita mampu manjawab tantangan zaman saat ini.
Kaitan dengan penguatan kapasistas tadi, misalnya, kalau kita perhatikan apakah Naposo-naposo Batak saat ini sudah mahir dalam hal penguasaan bahasa Inggris ? Atau apakah mengikuti perkembangan tentang ekonomi kreatif yang sedang digencar-gencarkan pemerintah, dimana ada banyak sekali peluang asalkan kita berusaha dan kreatif ?, atau, apakah Naposo Batak paham mengenai social entrepreneur ?, dan banyak lagi isu-isu kekinian yang perlu dengan cepat dipahami Naposo Batak, dan itu menjadi peluang yang menjanjikan masa depan yang cerah.
Beberapa program kerja yang dinilai pas dalam rangka penguatan kapasitas Naposo saat ini misalnya: kegiatan pelatihan bahasa asing. Seorang Naposo diharapkan minimal menguasai satu bahasa asing. Selanjutnya pelatihan entrepreneurship. Ditujukan dalam rangka merangsang dan menggali kreativitas dalam berbisnis. Selain itu, latihan kepemimpinan. Dengan harapan, Naposo Batak memiliki jiwa kepemimpinan (leadership)yang mumpuni.Â
Kemudian pelatihan Problem Solving & Decision Making. Lewat pelatihan seperti ini, Naposo Batak dapat berpikir logis dan sistematis, dan dengan begitu dapat menyelesaikan berbagai persoalan hidup tanpa harus menggalau berlama-lama. Satu lagi yang dianggap penting adalah, pelatihan analisis sosial. Dengan demikian, Naposo Batak dapat peka terhadap realita sosial yang ada disekitarnya. Lewat kepekaan, seorang Naposo Batak dapat berkontribusi positif bagi lingkungan sekitarnya.
Lewat penguasan teknologi dan pelatihan-pelatihan yang disebut diatas, Â seorang Naposo Batak diharapkan akan lebih berbobot. Dalam hal ikut dan aktif dipunguan Naposo misalnya, tentu harus berbeda seorang Naposo yang ikut dan aktif di punguan dengan yang tidak bergabung di punguan. Sebab, dengan demikian organisasi (punguan) tersebut betul-betul bermanfaat. Sehingga harus jelas berbeda, seorang yang bergabung dengan punguan, dengan seorang yang memilih tidak bergabung. Sebab, ada proses pengembangan diri saat seseorang berorganisasi.
Sebetulnya, anak anak Muda Indonesia juga sudah banyak yang hebat-hebat dan telah menginspirasi banyak orang, bahkan sampai menyita perhatian tokoh Dunia. Dissa Syakina Ahdanisa (27) misalnya, mampu menginspirasi Presiden Barack Obama lewat karyannya. "And, I'm inspired by what Dissa's doing," kata mantan Presiden Amerika Serikat Barack Obama dalam pertemuan pemuda Asean di Laos. Dissa memang sangat kreatif dan mempunyai kepedulian sosial yang tinggi.Dissa sudah aktif dalam lembaga sosial masyarakat sejak menjadi mahasiswi di Jepang dan Australia. Beberapa kali Dissa menjadi relawan pengajar bahasa inggris untuk anak-anak yang tidak mampu diberbagai belahan dunia. Salah satunya Nikaragua dan Amerika Latin pada tahun 2013.
Di Nikaragua, Dissa menemukan sebuah kafe bernama De Las Sonrisas yang artinya kedai penuh senyuman. Kafe ini sangat berbeda karena semua pekerjannya adalah tunarungu. Hati Dissa tersentuh dan merasa bahwa ide ini harus diaplikasikan di Indonesia. Selain terinspirasi dari kafe De Las Sonrisas, sosok ibu juga banyak berperan dalam misi sosial Dissa. Ibunya adalah pemilik sebuah Yayasan yang khusus untuk anak-anak yatim dan dhuafa. Berbagai inspirasi ini menguatkan Dissa untuk membangun Finger Talk, sebuah kedai dengan pekerja tuna rungu dikawasan pamulang, Banten. Meski memiliki pekerjaan tetap disebuah firma keuangan global, Dissa tetap dengan tekun membesarkan Finger Talk sejak Mei 2015. Sangat keren.
Ada juga Vania Santoso (25), yang mampu menciptakan Fesyen keren dari Sak Semen. Saat ini Vania menjadi CEO Heystartic, bekerja di salah satu BUMN dan juga sekaligus sebagai Duta Lingkungan Asia Pasifik PBB. Ada lagi Egar Putra Bahtera (26) yang sukses memiliki produk sepatu sendiri. Nama produk sepatunya Chevalieryang dalam bahasa prancis artinya kesatria. Kesukseskan Egar berawal dari hobinya hunting sepatu bersama teman temannya. Hobbynya ditekunin, kerja keras dan kemudian berbuah kesuksesan. Ada lagi Tirta Mandira Hudhi (26) seorang dokter muda yang juga pebisnis sukses. Tirta sukses dari bisnis cuci dan reparasi sepatu yang dinamainnya Shoes & Care. Berkat kesuksesannya dalam berbisnis, Tirtapun memustuskan untuk tidak mengambil keuntungan dari profesi dokter yang akan dia jalani. Dan masih banyak lagi kisah anak anak muda sukses Indonesia yang bisa menjadi Inspirasi.
Naposo Batak juga harus bisa menjadi inspirasi bagi banyak orang, paling tidak untuk pemuda pemuda Indonesia yang lainnya. Naposo Batak sebetulnya sudah mempunyai modal yang sudah turun temurun. Yaitu mempunyai mental pejuang. Terbukti dari kemampuannya untuk bertahan hidup dan keberaniannya untuk merantau 'ke negeri' orang. Semoga Naposo Batak mampu menjawab tantangan jaman, menjadikan semua wadah sebagai tempat pengembangan diri, termasuk punguan naposo. Sehingga tidak sekedar sebagai tempat berkumpul, tidak sekedar rutinitas.
Natanael Siagian (28).Anggota Punguan Naposo Siagian Jabodetabek dan di Punguan Naposo Simanjuntak Jakarta Raya (Bere), Mantan Ketua Pemuda Gereja GPdI Batam 2009-2010, Mantan Menteri Hukum dan HAM Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Batam (Uniba) 2010 -2011, Â Mantan Ketua Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) Batam 2011-2013, Mantan Pengurus Dewan Pimpinan Daerah Gerakan Angkatan Muda Kristen Indonesia (GAMKI) Propinsi Kepulauan Riau 2013-2016, Mantan Pengurus Dewan Pimpinan Daerah Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Propinsi Kepulauan Riau 2013-2017. HP : 0811 9009 019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H