nah...
kembali ke transportasi massal.
menurut sobat sekalian, penting gak, sih, transportasi massal di pedesaan/kota yang bukan kota besar?
kalau saya, penting banget, sih. apalagi bukan desa yang sepiiiiiiiiii pake banget. yang dalam sehari, pasti ada kegiatan banyak orang yang berpindah dari satu titik ke titik lainnya dengan jarak yang cukup jauh.
tapi, sayangnya keberadaan transportasi massal di pedesaan/kota kecil kurang pendukung.
ya, memang sih. angkutan pedesaan biasanya masih dikelola perorangan. tapi setidaknya menurut saya, pemerintah desa bisa ikut andil dalam mengangkat kehidupan angkutan massal ini. mungkin bisa berperan dari sisi rule-nya, atau keamanannya. syukur-syukur kalau ada pemerintah desa yang menjadi pencetus hidupnya transportasi massal.
masalah keamanan, mungkin jadi salah satu point kritis dalam kehidupan transportasi massal. di wilayah saya, transportasi umum seperti ojek, kurang diminati. kecuali oleh orang baru atau orang yang kepepet. karena punya image lumayan buruk, salah satunya adalah keamanan dan keselamatan penumpangnya. becak, ada, sih, tapi jarak antar desa satu dengan desa lain lumayan jauh kalau harus naik becak - apalagi yang masih menggunakan tenaga kaki.
belum lagi, menurut pandangan banyak orang, dengan kemudahan cara mendapatkan kendaraan bermotor dan cara menggunakannya di jalanan. banyak orang yang memilih naik kendaraan pribadi karena dianggap cukup anti repot. bisa fleksibel mau kemana saja dan kapan saja. tapi, sayangnya banyak orang kurang menyadari aturan dasar keselamatan dalam berkendara. dan sayangnya, semua merasa lebih nyaman dan aman dengan kendaraan pribadi.
saya jadi ingat, dulu ketika masih jaman sekolah. setiap pagi (berangkat) dan siang (pulang) pergi-pulang ke dan dari sekolah, teman-teman berebut naik angdes. saking ramainya, sampai ada yang berdiri di pintu dan hanya berpegangan pada besi di atas pintu - sangat tidak aman, memang, dan ini harusnya menjadi PR dalam meningkatkan kemajuan angdes. sore, pun begitu... ketika jam pulang dari sekolah-sekolah di kota sebelah. angdes begitu ramai.Â
dalam benak saya waktu itu, dalam 10 atau 20 tahun kedepan, akan ada kemajuan dalam transportasi massal di desa saya. entah mobilnya ganti dengan tahun yang lebih muda, atau ada organisasi yang menaungi para angdes hingga terdapat rule dan ketentuan jam berapa saja operasional mereka (kepastian jam operasi). waktu itu, saya tak terbesit sedikitpun pemikiran bahwa minimal, kehidupan angdes masih sama.
kini, sepertinya untuk sementara hanya bisa menatap masa lalu dan berharap kemajuan teknologi juga berpengaruh dalam menghidupkan transportasi massal di pedesaan.Â